JAKARTA ( KONTAK BANTEN) Tinggal menghitung hari, umat muslim akan menyambut datangnya bulan
suci Ramadan. Di tahun ini, pemerintah telah menetapkan Hari Raya Idul
Fitri 1445 Hijriah atau Lebaran 2024 jatuh pada April 2024. Kendati
demikian, jadwal awal puasa yang dikeluarkan pemerintah masih menunggu
hilal dan sidang isbat, sementara PP Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan.
Sebelumnya,
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama
(Kemenag) RI telah menyusun kalender Hijriah Indonesia 2024. Berdasarkan
kalender tersebut, awal puasa Ramadhan 2024 atau tanggal 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada 12 Maret 2024 dan berakhir pada 9 April 2024.
Meski begitu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah resmi menyebarkan penetapan awal Ramadan 2024. Dikutip dari muhammadiyah.or.id, Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah pada 11 Maret 2024. Sedangkan Idul Fitri jatuh pada 1 Syawal atau 10 April 2024. Penetapan 1 Ramadan dan Idul
Fitri itu dinyatakan dalam surat penetapan Hasil Hisab Awal Ramadhan, 1
Syawal, dan 10 Zulhijah 1445 H.
Penetapan
tersebut disampaikan Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah,
Muhammad Sayuti pada 20 Januari 2024 melalui Konferensi Pers di Kantor
PP Muhammadiyah, Jl. Cik Ditiro, No. 23, Kota Yogyakarta. Kemudian
ditandatangani Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
Hamim Ilyas dan Sekretaris Atang Solihin.
Sebagai
informasi, perbedaan ini disebabkan karena pemerintah melalui
Kementerian Agama RI masih menggunakan metode Imkanur Rukyah 2 derajat.
Sedangkan, Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal, yang
telah lama dijadikan dasar untuk menentukan awal bulan dalam kalender
Islam Muhammadiyah.
Meskipun demikian,
penetapan awal Syawal dan Dzulhijjah Muhammadiyah kemungkinan besar
akan sejalan dengan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
metode hisab hakiki wujudul hilal oleh Muhammadiyah, sementara
pemerintah merujuk pada kriteria-kriteria visibilitas hilal yang
ditetapkan oleh Menteri Agama Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia,
dan Singapura (MABIMS).
Dasar penetapan 1 Ramadhan 1444 H oleh Muhammadiyah
Muhammadiyah
menggunakan metode hisab, yang menghitung peredaran bulan untuk
menentukan awal puasa Ramadan dan Idul Fitri. Adapun hisab yang
digunakan Muhammadiyah adalah hisab hakiki dengan kriteria
Wujudul-Hilal. Sesuai dengan Keputusan Munas Tarjih ke-23 di Padang pada
2003, Hisab memiliki fungsi dan kedudukan yang sama dengan Rukyatul
hilal sebagai pedoman penetapan awal bulan Ramadan, Syawal, dan
Zulhijjah.
Metode hisab sendiri memiliki
arti perhitungan. Istilah ini kerap digunakan dalam ilmu falak atau
ilmu astronomi. Pada ilmu falak, hisab digunakan untuk mencari tahu
posisi matahari dan bulan terhadap matahari. Sementara, dengan
penggunaan metode hisab sendiri berguna untuk menentukan awal bulan
kamariyah yang didasari oleh peredaran bulan mengelilingi bumi.
Lebih
lanjut, metode hisab hakiki dilakukan dengan menggunakan acuan pada
gerak faktual bulan di langit. Hal ini memiliki arti awal dan akhir
bulan sesuai dengan kedudukan atau perjalanan bulan. Metode ini
dipergunakan oleh Muhammadiyah dalam perhitungan waktu, seperti kapan
waktu shalat, puasa, Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain.
Berbeda
dengan penentuan awal Ramadan oleh Kementerian Agama yang masih belum
dipastikan jatuh pada tanggal berapa. Pemerintah biasanya menentukan
awal Ramadan dengan memanfaatkan rukyatul hilal, yakni metode ini
memantau hilal dengan menggunakan mata telanjang atau alat bantu seperti
teleskop.
0 comments:
Post a Comment