Foto: Gedung Putih di Washington, AS. (AP/Pablo Martinez Monsivais/File Foto) |
Jakarta (KONTAK BANTEN) - Amerika Serikat (AS) kembali buka suara soal kemenangan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden (pilpres) berdasarkan hasil quick count dan real count sementara KPU. Hal ini ditegaskan oleh Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, Selasa waktu setempat.
Dalam
pernyataannya, Kirby mengucapkan selamat kepada masyarakat Indonesia
atas suksesnya pemilu. Ia menyebut Presiden Joe Biden menantikan
keterlibatan awal dengan pemerintahan baru dan memperkuat kerja sama di
bawah kemitraan strategis.
"Kami tentu saja memantau dengan cermat penghitungan suara yang
sedang berlangsung, dan kami memahami bahwa Menteri Subianto memiliki
keunggulan yang signifikan," ujarnya dikutip dari situs resmi Gedung
Putih, whitehouse.gov, yang dilihat CNBC Indonesia, Rabu (6/3/2024).
"Kami
menjalin kerja sama yang sangat baik dengannya sejak dia menjadi
Menteri Pertahanan. Dan tahukah Anda, jika dia akhirnya terpilih, maka
kami berharap dapat melanjutkan hubungan itu," tegasnya.
Prabowo
sendiri saat ini unggul jauh dari dua rivalnya, Anies Baswedan dan
Ganjar Pranowo. Berdasarkan penghitungan quick count dan real count
terbaru KPU, Prabowo memperoleh suara hingga 58%, membuatnya kemungkinan
besar berhasil mengamankan kursi presiden dalam satu putaran pilpres
saja.
Meski begitu, Prabowo seringkali dikaitkan dengan isu
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masa lampau. Ia juga sempat ditolak
pergi ke AS atas dasar dugaan ini.
Selain itu, keputusannya untuk
menggandeng Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra Presiden Joko
Widodo (Jokowi), sebagai calon wakil presiden juga menuai kontroversi.
Beberapa pihak menilai hal ini mengancam perkembangan demokrasi di
Indonesia.
Dengan situasi ini, Kirby menekankan pesan bahwa
Washington akan terus mengedepankan prinsip-prinsip HAM dan demokrasi.
Ia yakin ini juga akan terus menjadi agenda Presiden Biden.
"Kami
tidak pernah mundur dari keprihatinan kami mengenai perlunya hak asasi
manusia, hak-hak sipil, dan semua nilai-nilai lembaga demokrasi,"
ujarnya.
"Dan Presiden tentu saja tidak akan segan-segan mengungkapkan keprihatinan kami, tambahnya.
Sebelumnya pengamat AS meminta Biden segera menyelamati Prabowo. Dalam artikel opini di laman The Diplomat,
CEO perusahaan konsultan strategis BowerGroupAsia dan anggota dewan
Dewan Bisnis AS-ASEAN, Ernest Z. Bower menyebut Biden harus memberi
ucapan selamat ke Prabowo sekarang.
"Presiden Joe Biden harus
segera mengucapkan selamat kepada Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo
Subianto, atas dugaan kemenangannya dalam pemilihan presiden pada
tanggal 14 Februari," ujarnya.
"Tindakan sederhana ini akan
menandakan bahwa pemerintah AS memahami realitas politik yang baru dan
terus berkembang di Asia," tegasnya.
Ia kemudian menyebut
bagaimana Presiden China, pesaing geopolitik dan ekonomi AS di
Indo-Pasifik, telah melakukannya. Begitu pula dengan sekutu dan mitra AS
lain, seperti Inggris, Australia, Belanda, India, dan Singapura.
Menurutnya
AS memang tak memberikan ucapan selamat kepada pemimpin asing terpilih
sampai hasil pemilu disahkan. Meski masuk akal, namun "tidak akan
menjadi hal yang masuk akal jika hal ini akan memakan waktu enam minggu
dan mitra regional serta pesaing AS sudah mempertimbangkannya".
"Komisi
Pemilihan Umum Nasional Indonesia kini memang berada di posisi yang
bertanggung jawab pada proses penghitungan suara ... Prabowo memimpin
... dengan tiga perempat surat suara telah dihitung," jelasnya lagi
mengatakan tak mungkin ada putaran kedua mengingat suara Prabowo
melebihi 50%.
"Ini sudah selesai dan 'bunuh diri' strategi bagi Washington untuk masih menunggu," tambahnya lagi.
Menurutnya
keraguan-raguan Washington saat ini dapat merugikan hubungan
AS-Indonesia dalam waktu dekat. Ini juga dapat merugikan
perusahaan-perusahaan AS saat mereka berupaya menyelaraskan diri dengan
pemerintahan yang akan datang dan mendukung kerja sama dengan
mitra-mitra Amerika.
Dijelaskannya bagaimana Indonesia penting
bagi Washington karena ukuran dan lokasi geopolitiknya di sepanjang
jalur pelayaran penting di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Belum
lagi populasinya yang mencapai 280 juta jiwa menjadikan RI sebagai
negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dan negara demokrasi
terbesar ketiga setelah India dan AS sendiri.
"Indonesia, dengan
perekonomian senilai US$1,2 triliun, adalah produsen nikel terbesar di
dunia, yang sebagian besar ditambang dan diproses oleh
perusahaan-perusahaan dari China," katanya lagi.
"Negara ini juga
merupakan salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia dan salah
satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar. Jadi penting bagi
Washington dan Jakarta untuk bekerja sama," tegasnya.
"Pemerintahan
Biden dipenuhi oleh para pakar Asia yang "memahaminya" dan harus mampu
mendobrak preseden dan tradisi hukum serta memperbarui pendekatan kita.
Penting bagi Biden untuk mengirim pesan kepada Prabowo sesegera
mungkin," jelasnya.
0 comments:
Post a Comment