Penulis: Najmah Saiidah
Apa yang lebih membahagiakan seorang istri selain memiliki suami saleh yang layak menjadi imam baginya dan anak-anak yang dilahirkannya kelak. Lalu mereka berdua menjalankan biduk rumah tangga bersama, berlayar mengarungi samudera kehidupan menuju rida-Nya.
Memang mendapatkan suami yang “sempurna” adalah harapan setiap perempuan. Namun, tidak jarang seorang istri mendapati suaminya tidak selalu sama dengan harapannya. Kadang suami malas untuk membaca Al-Qur’an, bahkan sangat jarang bangun malam atau suami tidak rajin berpuasa.
Bahkan, ada suami yang terlalu sibuk kerja hingga menjauh dari Rabbnya. Saking sibuknya seringkali menyerahkan urusan-urusan keluarga kepada istrinya untuk mengaturnya, bahkan ketika harus mengambil keputusan keluarga sekalipun. Ini karena ia sangat percaya kepada istrinya.
Tentu saja kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus terjadi. Bagaimanapun mandirinya seorang istri, maka ia akan membutuhkan teman bicara, bimbingan, dan pengarahan dari seorang laki-laki yang sangat dipercayainya dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Lebih dari itu, syariat Islam memang telah memosisikan laki-laki (suami atau ayah) sebagai pemimpin dalam keluarga. Dibutuhkan beberapa upaya dari kita sebagai istri untuk memosisikan suami pada posisi yang telah ditetapkan Allah, yaitu sebagai pemimpin keluarga. Untuk menjaga haibah (wibawa) suami sebagai pemimpin keluarga, apa saja yang bisa kita upayakan?
1. Membantu suami untuk memahami posisinya sebagai imam.
Biduk rumah tangga seringkali diumpamakan seperti bahtera yang sedang berlayar di tengah lautan. Lautan tentu tidak selamanya tenang dan nyaman, kadang kala harus menghadapi badai, ombak, angin kencang, atau cuaca yang tidak bersahabat. Itulah mengapa, dalam Islam, suami diposisikan sebagai kepala rumah tangga atau imam atau pemimpin bagi keluarganya.
Bahkan, tanggung jawab seorang imam keluarga tidak saja terbatas di dunia semata, tetapi berlanjut hingga akhirat. Di sinilah pentingnya seorang suami mengetahui cara menjadi imam yang baik bagi keluarganya.
Tidak ada yang lebih membahagiakan seorang istri selain memiliki suami saleh yang layak menjadi imamnya, lalu mereka mengayuh biduk rumah tangga bersama menuju rida-Nya. Ketika pada kenyataanya suami kita tidak memiliki pemahaman yang utuh tentang posisinya sebagai imam dalam keluarga, sudah seharusnya kita sebagai istri membantu suami untuk memahami posisinya ini.
Misalnya, dengan belajar bersama, menghadiri kajian-kajian Islam tentang keluarga samawa (sakinah, mawadah, wa rahmah). Selain itu, ia berusaha mengingatkan suaminya dan senantiasa berdoa untuk bisa tumbuh bersama dalam kebaikan dan keberkahan.
2. Senantiasa saling menasihati.
Manusia mana pun tidak ada yang sempurna, pasti memiliki kekurangan dan tidak luput dari kesalahan. Persahabatan suami istri akan mengantarkan setiap orang untuk tidak rela pasangannya terus-menerus berada pada situasi yang buruk atau memaklumi kekurangannya, padahal bisa diperbaiki jika mau berusaha.
Saling memberi nasihat dan selalu memotivasi untuk berubah ke arah yang lebih baik merupakan wujud suatu hubungan yang saling mencintai karena Allah Swt.. Ini karena tujuannya adalah dalam rangka menjaga ketaatan kepada Allah Swt. dan menjauhkan pasangannya dari melakukan hal yang buruk, terlebih lagi kemaksiatan kepada-Nya.
Nasihat dan motivasi yang disertai dengan komunikasi yang tepat waktu, lemah lembut, dan tidak menjustifikasi kekurangan akan membuat pasangan yang dinasihati merasakan kesejukan dan ketenteraman dalam menerima masukan. Bahkan akan tersemangati untuk berubah kepada hal yang lebih baik.
3. Selalu memahami keadaan suami.
Kita ketahui bersama bahwa pernikahan adalah menyatukan dua orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda dan dua keluarga yang berbeda. Oleh karena itu, suami istri perlu saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta menerimanya dengan lapang dada tanpa ada penyesalan yang berkepanjangan.
Akan tetapi, memahami keadaan suami bukan berarti membiarkan kekurangan suami sebagai pemimpin keluarga begitu saja. Tentu kita harus terus memberikan dorongan agar suami mau belajar dan terus belajar sehingga muncul kepercayaan dirinya dalam memimpin keluarganya.
Saling memahami akan menjadikan suami istri berempati terhadap pasangannya sehingga tidak mudah saling berburuk sangka, tetapi tidak berarti toleran terhadap kesalahan dan kelemahan yang dapat merugikan pasangannya. Namun, sikap ini memudahkan suami istri untuk berpikir jernih sebelum memberikan pendapat dan menilai pasangannya.
4. Bersabar membersamai suami dan memberikan kesempatan kepada suami untuk berubah.
Keluarga yang tegak di atas syariat Islam, sesungguhnya akan mampu menciptakan ketenangan, ketenteraman, keadilan, dan rasa aman. Suami istri hidup berdampingan, saling asih dan asuh, serta menjalankan bahtera keluarga layaknya dua orang sahabat sejati yang selalu berbagi suka dan duka.
Hanya saja, ketika ada permasalahan menghampiri keluarga, kadangkala menjadikan segalanya serba sempit. Namun, jika ingat tujuan awal menikah adalah ingin menggapai rida Allah Swt., bersikap ikhlas, bersabar, dan selalu berupaya memperbaiki keadaan yang masih bisa diperbaiki tentu lebih baik.
Ikhlas bahwa kondisi ini datangnya dari Allah merupakan langkah pertama dan utama ketika kita menghadapinya, kemudian diiringi dengan tawakal dan sabar sehingga bisa mencari jalan keluar terbaik dengan pikiran jernih.
Situasi in tentu saja bukan hal mudah untuk dihadapi, baik oleh istri maupun suami. Bagi istri, tidak dapat dimungkiri memang terkadang sulit untuk menerima kenyataan ini. Demikian halnya suami, bisa jadi menjadi beban baginya.
Namun, dengan bekal ikhlas, sabar, tawakal, dan saling menguatkan dan mendukung, serta terus berusaha berubah menjadi lebih baik, insyaallah pasangan suami istri akan bisa melampui kondisi ini dengan baik.
5. Selalu mendoakan suami kita.
Sudah seharusnya kita menghiasi lisan kita dengan doa-doa agar suami menyadari kekurangannya dan mau berusaha belajar dan memperbaiki kondisinya. Kita senantiasa mendoakan agar suami kita selalu berusaha untuk bisa menjadi pemimpin yang baik dalam keluarga, walaupun bukan hal yang mudah baginya. Semoga ia dan keluarga kita selalu diberi keberkahan, terjaga dari keburukan, penuh kasih sayang, dan siap menghadapi situasi apa pun.
Dalam kondisi menghadapi beratnya beban hidup, keluarga muslim dianjurkan untuk bersabar, mohon ampun, dan memanjatkan doa kepada Allah, di antaranya,
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah: 286)
Dengan doa yang tulus agar Allah memberi kemudahan kepada suami untuk berubah, maka insyaallah suami akan menjadi lebih percaya diri sehingga lambat laun menjadi pemimpin keluarga sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt.. Semoga keberkahan, keselamatan, dan kelapangan rezeki selalu tercurah kepada keluarga. Amin.
Kekuatan doa dari istri merupakan senjata terbesar dan terampuh dalam setiap langkah dan usaha suami. Rasulullah saw. mengatakan, “Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan.” (HR Tirmidzi)
6. Memberikan kepercayaan kepada suami.
Ketika Allah memerintahkan kepada suami untuk mencari nafkah, memberikan perlindungan, mendidik istri dan anak-anaknya, sesungguhnya Islam telah memberikan kepercayaan hal tersebut kepada suami. Ia adalah pemimpin dalam keluarga. Hal ini pulalah yang selalu kita sampaikan kepada suami kita sehingga beliau semakin memahami tugas dan kewajibannya, tentu saja tidak dengan menggurui.
Dengan pemahaman ini pulalah, seorang istri menanamkan kepercayaan sepenuhnya kepada suaminya. Seorang suami yang paham hal ini, ketika keluar rumah mencari nafkah untuk keluarga, ia akan menjaga kepercayaan istri kepadanya, dengan mencari harta yang halal dan berusaha maksimal untuk bisa menghidupi keluarga. Ini semua semata-mata ia lakukan dalam rangka menunaikan kewajibannya sebagai pemimpin dalam keluarga dan menjaga kepercayaan istri dan keluarganya.
Demikianlah, Islam telah mengajarkan kita untuk selalu saling membantu dalam menjalankan kewajiban dan tuntunan syariat sehingga tidak ada satu pun perintah Allah yang tidak tertunaikan. Selain itu, kita harus selalu saling memberikan semangat, baik spiritual dan pemikiran.
Keduanya harus menjadikan pasangan hidupnya tetap teguh di jalan Islam. Keduanya harus mengajak pasangan hidupnya untuk bertakwa, bersabar, dan menjalankan kewajiban. Kita mengajak pasangan untuk menjaga kemuliaan, kanaah, dan hidup sederhana. Keduanya harus bekerjasama sehingga insyaallah bisa menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Khatimah
Seorang istri yang baik, istri yang penuh cinta kepada suaminya, istri yang mengharapkan keluarganya menjadi sakinah, mawadah, wa rahmah, ia tidak akan menyalahkan keadaan. Ia sadar kini ia telah menjadi istri.
Ia pun sadar bahwa keluarganya adalah medan amal menuju surga. Oleh karena itu, ia membantu suaminya menjadi pemimpin rumah tangga yang lebih baik. Ia tidak bosan mengingatkan suaminya menjadi lebih dekat kepada Allah Swt., dan memotivasinya agar semangat beribadah sehingga menjadi teladan bagi anak-anak.
Istri yang baik, ia sadar bahwa Allah-lah Yang Maha Kuasa membolak-balikkan hati manusia. Oleh karena itu, sebagaimana doa Nabi yang sering dipanjatkan, Allahumma yaa muqallibal quluub, tsabbit quluubanaa ‘alaa diinik, maka ia pun berdoa dengan doa yang sama.
0 comments:
Post a Comment