VATIKAN - Paus Fransiskus menyerukan agar segera memberlakukan gencatan senjata di Gaza dan membebaskan semua sandera Israel. Dalam penyampaian berkat dan pesan Paskah "Urbi et Orbi" atau pesan kepada kota dan dunia dari balkon tengah Basilika Santo Petrus, Paus mengecam penderitaan yang disebabkan oleh perang.
Setelah kebaktian, Paus Fransiskus menyapa para umat yang hadir
di alun-alun dan jalan yang menghubungkan Gereja Santo Petrus dengan
Sungai Tiber. Vatikan mengatakan sekitar 60.000 orang hadir dalam acara
tersebut.
Paus Fransiskus telah berulang kali mengekspresikan kesedihannya
atas bencana kematian dan kehancuran dalam konflik di Gaza.
"Saya kembali menyerukan untuk memastikan akses terhadap bantuan
kemanusiaan ke Gaza, serta pembebasan segera para sandera yang ditahan
sejak 7 Oktober lalu, dan juga untuk segera dilakukan gencatan senjata
di Jalur Gaza," kata pemimpin Tahta Suci itu.
"Betapa banyak penderitaan yang kita lihat dari mata anak-anak,
anak-anak lupa untuk tersenyum di wilayah konflik. Melalui mata mereka,
anak-anak menanyakan kepada kita: Mengapa? Mengapa semua kematian ini?
Mengapa semua kehancuran ini? Perang selalu merupakan absurditas dan
kekalahan," tambah Paus.
Selain Gaza, Paus juga menyebutkan titik konflik lainnya, termasuk
Ukraina, Suriah, Lebanon, Armenia, dan Azerbaijan, Haiti, Myanmar,
Sudan, wilayah Sahel dan Tanduk Afrika, Kongo, dan Mozambik.
Rencana Berkunjung ke Indonesia
Sementara itu, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, pada Sabtu
(30/3), nengatakan Paus Fransiskus dijadwalkan akan mengunjungi
Indonesia pada September 2024 mendatang, setelah diundang Presiden Joko
Widodo (Jokowi) pada 2022 lalu.
"Setelah penantian selama dua tahun, akhirnya Paus Fransiskus
datang ke Indonesia. Saya yakin ini akan menjadi kado istimewa bagi umat
Katolik," kata Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, dalam sebuah acara
di Jawa Tengah.
Yaqut menjelaskan berdasarkan surat yang dikirimkan Vatikan yang
diterima pemerintah, Paus Fransiskus akan hadir di Indonesia pada 3
September 2024. "Ini akan menjadi suatu kehormatan bagi Indonesia," kata
Menag.
Menurut Pew Research Centre, Indonesia adalah rumah bagi 242 juta
penduduk Muslim dan sekitar 29 juta penduduk Kristen, 8,5 juta di
antaranya beragama Katolik.
Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Benny
Susetyo, mengatakan kunjungan Paus ke Indonesia menjadi simbol yang
sangat berarti untuk menunjukkan betapa bangsa Indonesia, yang terdiri
dari 714 suku dan ratusan agama termasuk sebagai negara terbesar dengan
mayoritas Muslim, mampu menciptakan persaudaraan sejati dan hidup
berdampingan satu sama lain.
"Indonesia bisa menjadi contoh, jadi laboratorium dunia mengenai
hubungan antar-agama yang harmonis. Indonesia penting mempromosikan
nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila yang selama ini telah menjadi
fondasi hidup berbangsa di Indonesia," kata Benny.
Sementara itu, Romo Stefan Ramli, CICM dari Paroki Maria Bunda
Allah-Kondodewata, Tana Toraja, mengatakan berita kedatangan Sri Paus
merupakan kado Paskah buat umat Katolik di Indonesia.
Romo kelahiran Labuan Bajo, Flores, itu mengatakan Indonesia sudah
lama tak dikunjungi Sri Paus, terakhir ialah kunjungan Sri Paus John
Paul II Oktober 1982.
Bagi umat Katolik, kunjungan Paus Fransiskus semakin memperkuat
spirit kekatolikan mereka, menjadi terang dan garam bagi sesama.
0 comments:
Post a Comment