Setiap
orang pasti pernah merasakan menjadi seorang pemimpin, entah itu di
lingkungan sekolah, tempat kerja, pertemanan, keluarga, atau untuk
dirinya sendiri. Momen tersebut akan membantu memunculkan kualitas dan
gaya kepemimpinan dalam diri seseorang. Pemimpin bukan sekadar
memerintah orang di bawahnya. Sosok pemimpin membantu diri mereka
sendiri dan orang lain untuk melakukan hal yang benar. Mereka menetapkan
arah, membangun visi yang menginspirasi, dan menciptakan sesuatu yang
baru. Kepemimpinan adalah tentang memetakan ke mana harus pergi untuk
berhasil sebagai tim atau organisasi. Ketika seorang pemimpin menetapkan
tujuan, mereka juga harus menggunakan keterampilan manajemen mereka
untuk membimbing orang-orang mereka ke tujuan yang tepat, dengan cara
yang efektif dan efisien.
Secara
umum, kepemimpinan menggambarkan hubungan yang erat antara seseorang
pemimpin dengan sekelompok manusia yang dipimpin karena adanya
kepentingan bersama. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan
dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi. Kepemimpinan mutlak
diperlukan bila terjadi interaksi kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan organisasi.
Paul
Hersey dan Ken Blanchard dalam teori “kepemimpinan siklus hidup” yang
kemudian berganti nama menjadi teori “kepemimpinan situasional” (1969),
mengemukakan bahwa esensi kepemimpinan adalah tercapainya tujuan melalui
kerja sama kelompok. Kepemimpinan seharusnya ditempatkan di depan baru
kemudian diikuti dengan manajemen. Mengapa kepemimpinan harus diletakkan
terlebih dahulu, yaitu karena kepemimpinan pada dasarnya merefleksikan
proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku,
pendapat, nilai- nilai, norma, dan sebagainya dari pengikut untuk
mewujudkan visi tersebut.
Peranan
kepemimpinan adalah memberikan dorongan terhadap bawahan untuk
mengerjakan apa yang dikehendaki pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan
secara umum didefinisikan sebagai suatu seni bagaimana membuat orang
lain mengikuti serangkaian tindakan dalam mencapai tujuan. Tujuan ini
merefleksikan nilai-nilai, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi yang
diharapkan oleh pemimpin dan yang dipimpin. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun, dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Dari sekian banyak definisi
kepemimpinan yang pernah dikemukakan para pakar, satu diantaranya yang
paling lugas dan sederhana adalah apa yang pernah dikemukakan John C.
Maxwell dalam bukunya “The 21 Irreputable Laws Of Leadership” bahwa
“Kepemimpinan itu adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang”.
Menurut
Maxwell, baik-buruknya suatu kepemimpinan akan membawa pengaruh dalam
segala segi kehidupan organisasi yang dipimpinnya. Setidaknya terdapat 3
esensi kepemimpinan yang perlu dipelajari dan ditumbuhkan agar dapat
menjadi sosok pemimpin yang ideal dan dapat membawa kesejahteraan bagi
masyarakat. Ketiga esensi penting dari kepemimpinan tersebut adalah:
1. PENGARUH
Esensi
pertama dari kepemimpinan adalah pengaruh. Seorang pemimpin seharusnya
dapat membawa pengaruh yang positif bagi mereka yang dipimpinnya. Sebuah
organisasi akan berjalan dengan maksimal dan baik dalam rangka
mewujudkan visi jika mendapat pengaruh positif yang kuat dari seorang
pemimpin. Pengaruh positif yang kuat ini akan menciptakan atmosfir yang
kondusif bagi pertumbuhan dan kemajuan organisasi. Pengaruh pemimpin
yang positif ibarat air kehidupan bagi mereka yang dipimpinnya. Pengaruh
positif yang kuat ini lahir dari integritas. Dari integritas lahir
keteladanan dan wibawa sebagaimana pernah Sun Tzu nyatakan, “Pemimpin
memimpin dengan teladan bukan dengan kekerasan”. Pemerintahan yang
bersih dan berwibawa lahir dari pemimpin yang berintegritas serta
memancarkan keteladanan sehingga pengaruh positifnya sangat kuat
melingkupi seluruh organisasi yang ia pimpin.
2. PEMBERDAYAAN
Esensi
kedua dari kepemimpinan adalah pemberdayaan. Pemimpin yang baik adalah
pemipin yang mampu menggali seluruh potensi yang ada dalam organisasi
yang ia pimpin. Pemimpin akan memberdayakan segala potensi yang ada,
terutama pemberdayaan SDM, demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Pemberdayaan SDM memiliki peranan yang strategis dalam kerangka
pencapaian tujuan organisasi. Dalam arti luas, pemberdayaan SDM secara
substansi dipahami sebagai proses peningkatan potensi, kompetensi, dan
karir dari pegawai. Sebagai sumber daya, tak jarang para pegawai
menghadapi kendala ataupun hambatan di dalam melaksanakan tugas
sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi ekspektasi dan tuntutan
organisasi. Dalam situasi seperti itu, diperlakukan intervensi yang
dimaksudkan untuk memampukan dan memberdayakan para pegawai agar dapat
memunculkan potensi yang mereka miliki hingga bisa memaksimalkan kinerja
mereka dalam bekerja. Diperlukan ketajaman dan kejelian dalam melihat
segala potensi yang dimiliki yang ada dalam wilayah kepemimpinannya.
Maxwell mengungkapkan bahwa “The best leaders are humble enough to
realize their victories depend upon their people”. Para pemimpin yang
baik memiliki sifat rendah hati untuk menyadari bahwa
kemenangan-kemenangan mereka bergantung pada pencapaian orang-orang yang
dipimpinnya. Organisasi yang ia pimpin dapat maju dikarenakan
memberdayakan semua sumber-sumber daya yang ada terutama sumber-sumber
daya manusia, bukan justru memanfaatkan mereka yang ia pimpin demi
keuntungan pribadi. Dalam hal ini coaching, mentoring dan counseling
mestinya menjadi perilaku kepemimpinan yang ditunjukkan sehari-hari di
dunia kerja.
3. PELAYANAN/PENGABDIAN
Esensi
ketiga dari kepemimpinan adalah pelayanan/pengabdian. Pemimpin yang
baik adalah mereka yang justru melayani, bukan untuk dilayani. Pelayanan
dan kepemimpinan sepertinya adalah dua hal yang sangat bertolak
belakang. Bagaimana mungkin melayani tapi juga memimpin? Bukankah
pemimpin itu justru adalah harus dihormati, dilayani, disanjung?
Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang memiliki jiwa besar untuk
bersedia merendahkan diri melayani mereka yang ia pimpin dengan penuh
pengabdian. Fokusnya hanyalah bagaimana mensejahterakan, mengantarkan
segala kebaikan bagi mereka yang ia pimpin. Jiwa pelayanan atau
pengabdian ini akan mengibarkan seorang pemimpin menjadi pemimpin yang
besar dan bermartabat.
Di
lingkungan birokrasi sering terjadi kerancuan atau mencampuradukkan
antara istilah pemimpin dengan pimpinan. Banyak orang menyebut pemimpin
itu adalah orang yang memiliki jabatan atau kedudukan. Padahal dua hal
ini adalah sesuatu yang berbeda. Kepemimpinan tidaklah sama dengan
kedudukan atau jabatan. Pemimpin (leader) adalah orang yang menjalankan
kepemimpinan (leadership), sedangkan istilah pimpinan merujuk kepada
kedudukan seseorang pada hirarki tertentu pada suatu organisasi.
Pimpinan organisasi ini tentu saja memiliki bawahan/pengikut yang karena
kedudukannya seorang pimpinan mempunyai kekuasaan formal
(wewenang/authority) dan tanggung jawab (akuntabilitas). Istilah lain di
lingkungan birokrasi yang memiliki makna sama dengan pimpinan adalah
atasan atau lazim juga disebut sebagai pejabat.
Maxwell
menyebutkan bahwa pemimpin yang baik selalu membuat sesuatu terjadi.
Mereka memberikan hasil kerja. Sebaliknya, pemimpin yang tidak kompeten
hanya peduli pada posisi jabatan sehingga cenderung memainkan politik
daripada menghargai bawahan/pengikutnya dan menjalankan peran
kepemimpinannya. Padahal bawahan yang baik sekali pun tidak dapat
mentolerir pemimpin yang buruk. Seringkali hal ini akan berujung pada
ketidakpuasan di tempat kerja.
Sebagai
pemimpin harus memandang setiap orang sebagai pribadi yang utuh,
termasuk kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Jadilah pendengar
yang baik, pertahankan suasana hati yang konsisten dan tetap optimis.
Pemimpin yang baik tahu bahwa konflik atau dinamika hubungan akan naik
dan turun ketika memimpin mereka namun tugas pemimpinan adalah tetap
mempertahankan sikap positif kala berhubungan dengan anggotanya. Hingga
pada akhirnya bawahan akan memberikan upaya terbaik ketika mereka
menyadari bahwa pemimpin mereka selalu hadir untuk mendorong dan
mendukung mereka. Seorang pemimpin harus memiliki gambaran yang jelas
tentang kekuatan dan kelemahan setiap orang yang dipimpin dan memahami
bagaimana mereka sesuai dengan kebutuhan tim. “A leader must have a
clear picture of each person’s strengths and weaknesses and understand
how they fit the needs of the team”, kata Maxwell. Tentukan nilai-nilai
yang penting dan terapkan nilai-nilai itu bersama bawahan. Beri
apresiasi kepada bawahan yang menunjukkan kontribusi.
Tips sederhana untuk memulai menjadi pemimpin yang baik, adalah:
Pertama,
jadilah sumber energi untuk orang lain. Setiap orang yang berjumpa
dengan anda senang karena selalu mendapatkan “sesuatu.” Bahkan bukan
hanya senang, mereka menjadi lebih semangat untuk berkarya dan
bertumbuh. Kehadiran anda dinanti dan menjadi sumber inspirasi.
Kedua,
kurangi memberi instruksi. Pemimpin sering identik dengan pemberi
perintah. Boleh jadi pernyataan ini benar. Namun pemimpin yang ingin
melahirkan pemimpin justru harus belajar mengurangi memberi instruksi.
Ia harus lebih banyak memberi tantangan kepada orang-orang yang
dipimpin. Anggota tim akan diberi banyak kesempatan untuk berkreasi,
mencari solusi sehingga mereka merasa keberadaanya sangatlah berarti.
Sang pemimpin akan lebih sabar mendengarkan dan menyiapkan pertanyaan
yang cerdas.
Ketiga,
ubahlah dari pemberi solusi menjadi penggali solusi. Karena pengalaman
dan jam terbang yang dimiliki, seorang pemimpin biasanya sudah tahu
banyak jawaban atas berbagai hal. Namun pemimpin yang ingin melahirkan
pemimpin perlu menahan diri untuk memberikan jawaban atau solusi.
Pemimpin
harus menggali berbagai solusi atas berbagai persoalan yang terjadi.
Memang perlu waktu dan kesabaran, tetapi begitulah bila kita ingin
orang-orang yang kita pimpin lebih berdaya dan kelak siap menjadi
pemimpin yang lebih hebat dari kita, karena salah satu ciri keberhasilan
kita sebagai seorang pemimpin adalah manakala kita berhasil melahirkan
atau menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang bahkan lebih hebat dari
kita.
0 comments:
Post a Comment