Puasa sejatinya adalah praktik universal yang ditemukan dalam berbagai agama, meski dengan perbedaan bentuk.Hal ini dikatakan tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin saat menggelar acara
Iftar dan Silaturahim di kediaman pribadinya di Cilandak, Jakarta
Selatan, pada Minggu malam, 9 Maret 2025.
Acara tersebut dihadiri Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN PIM), Eduversal Foundation, dan Komunitas Orbit Lintas Karya.
"Puasa tetap memiliki esensi yang sama, menahan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan,” ujar Din.
Sementara itu, Pegiat Kemasyarakatan Katolik, Handoyo Budhisejati menjelaskan bahwa puasa dalam tradisi Katolik, terutama pada masa Prapaskah, mengajarkan disiplin rohani dan solidaritas dengan mereka yang kurang beruntung.
“Puasa dalam Katolik mengajarkan disiplin rohani dan solidaritas dengan mereka yang berkekurangan," kata Handoyo.
Mantan Ketua Umum MATAKIN, Uung Sendana mengungkapkan, dalam Konghucu, puasa lebih berfokus pada pengendalian diri dan kebajikan.
"Puasa dalam Konghucu menekankan kesederhanaan, introspeksi, dan kebajikan," kata Uung.
Adapun Ketua Umum Permabudhi, Phillip K. Widjaja menjelaskan, puasa dalam ajaran Buddha bertujuan untuk mencapai kejernihan batin.
“Puasa dalam ajaran Buddha bertujuan untuk mencapai kejernihan batin dan mengendalikan nafsu," kata Phillip.
Tokoh Hindu, Nyoman Udayana menambahkan bahwa puasa dalam Hindu, seperti Ekadashi, adalah bentuk pengendalian diri yang juga menyucikan pikiran dan jiwa.
"Dalam Hindu, puasa bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga menyucikan pikiran dan jiwa," ujar Nyoman.
Sementara itu, Ketua Umum PGI, Pdt. Jacky Manuputti, menyampaikan, dalam Kristen Protestan, puasa digunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperkuat spiritualitas.
"Yesus sendiri berpuasa di padang gurun selama 40 hari sebagai bentuk penguatan spiritual," kata Jacky.
Mantan Ketua MUI, KH Amidhan Saberah menambahkan, dalam Islam, puasa Ramadan merupakan kewajiban yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan.
“Dari berbagai perspektif ini, kita melihat bahwa puasa bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga sarana membangun karakter, memperkuat kebersamaan, dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan,” tutup Amidhan
Acara tersebut dihadiri Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN PIM), Eduversal Foundation, dan Komunitas Orbit Lintas Karya.
"Puasa tetap memiliki esensi yang sama, menahan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan,” ujar Din.
Sementara itu, Pegiat Kemasyarakatan Katolik, Handoyo Budhisejati menjelaskan bahwa puasa dalam tradisi Katolik, terutama pada masa Prapaskah, mengajarkan disiplin rohani dan solidaritas dengan mereka yang kurang beruntung.
“Puasa dalam Katolik mengajarkan disiplin rohani dan solidaritas dengan mereka yang berkekurangan," kata Handoyo.
Mantan Ketua Umum MATAKIN, Uung Sendana mengungkapkan, dalam Konghucu, puasa lebih berfokus pada pengendalian diri dan kebajikan.
"Puasa dalam Konghucu menekankan kesederhanaan, introspeksi, dan kebajikan," kata Uung.
Adapun Ketua Umum Permabudhi, Phillip K. Widjaja menjelaskan, puasa dalam ajaran Buddha bertujuan untuk mencapai kejernihan batin.
“Puasa dalam ajaran Buddha bertujuan untuk mencapai kejernihan batin dan mengendalikan nafsu," kata Phillip.
Tokoh Hindu, Nyoman Udayana menambahkan bahwa puasa dalam Hindu, seperti Ekadashi, adalah bentuk pengendalian diri yang juga menyucikan pikiran dan jiwa.
"Dalam Hindu, puasa bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga menyucikan pikiran dan jiwa," ujar Nyoman.
Sementara itu, Ketua Umum PGI, Pdt. Jacky Manuputti, menyampaikan, dalam Kristen Protestan, puasa digunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperkuat spiritualitas.
"Yesus sendiri berpuasa di padang gurun selama 40 hari sebagai bentuk penguatan spiritual," kata Jacky.
Mantan Ketua MUI, KH Amidhan Saberah menambahkan, dalam Islam, puasa Ramadan merupakan kewajiban yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan.
“Dari berbagai perspektif ini, kita melihat bahwa puasa bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga sarana membangun karakter, memperkuat kebersamaan, dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan,” tutup Amidhan
0 comments:
Post a Comment