JAKARTA KONTAK BANTEN —Ribuan massa tumpah ruah di kawasan Monumen Nasional (Monas) dan Patung Kuda, Jakarta, sejak Minggu pagi (18/5/2025). Aksi damai ini menjadi perwujudan solidaritas masyarakat Indonesia terhadap penderitaan rakyat Palestina yang hingga kini masih mengalami kekejaman penjajahan dan genosida.
Sejak pukul 06.00 WIB, peserta aksi mulai berdatangan dengan mengenakan pakaian serba putih dan hitam. Mereka membawa berbagai atribut seperti bendera Palestina, spanduk, poster, hingga boneka bayi yang dilumuri cat merah simbol darah. Tak sedikit pula yang mengenakan kostum jurnalis Palestina sebagai bentuk penghormatan terhadap para pewarta yang gugur di medan konflik.
Lantunan takbir dan seruan “Free Palestine!” menggema dari berbagai sudut aksi. Di antara peserta tampak juga sejumlah relawan kemanusiaan, tokoh agama, mahasiswa, hingga keluarga dengan anak-anak yang turut menyemarakkan aksi.
“Kami datang dari Bekasi sejak subuh. Ini bukan soal politik, ini soal kemanusiaan,” ujar Rudi, seorang guru madrasah.
Dalam orasinya, Din Syamsuddin selaku Ketua Komite Pengarah Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) penggagas aksi ini mengingatkan bahwa dukungan Palestina terhadap Indonesia sudah berlangsung jauh sebelum kemerdekaan. Pada 13 September 1944, Mufti Palestina secara lisan telah mengakui kemerdekaan Indonesia, setahun lebih awal dari proklamasi resmi.
“Sudah saatnya kita membalas budi. Kita pernah dijajah ratusan tahun, dan kini kita harus hadir untuk bangsa yang tertindas,” katanya.
Ia menegaskan bahwa aksi solidaritas ini tidak semata-mata soal agama, tapi tentang nilai kemanusiaan universal. “Karena kita adalah manusia, ciptaan Tuhan, yang tidak boleh diam melihat penderitaan sesama,” serunya.
Tema besar aksi kali ini adalah “Hentikan Genosida, Jangan Ada Lagi Nakba di Palestina”, merujuk pada tragedi 15 Mei 1948 yang dikenal sebagai Hari Nakba—hari pengusiran dan pembantaian rakyat Palestina oleh Zionis Israel. Namun para orator mengingatkan bahwa tragedi itu belum berakhir.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, menyerukan agar PBB menetapkan 15 Mei sebagai Hari Tragedi Kemanusiaan Internasional. “Genosida di Gaza hari ini adalah jelmaan modern dari tragedi itu. Dunia tidak boleh diam,” ujarnya lantang.
Menurut Sudarnoto, langkah simbolik itu harus disertai tindakan konkret berupa resolusi Majelis Umum PBB, fatwa Mahkamah Internasional (ICJ), dan keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menghukum Israel.
“Keadilan bukan hanya milik negara kuat. Dunia harus menuntut pertanggungjawaban Israel dan menangkap Benjamin Netanyahu sebagai penjahat perang,” tegasnya.
Apresiasi juga diberikan kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto atas dukungan konsistennya terhadap Palestina. Namun baik Din maupun Sudarnoto menekankan, komitmen tersebut harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
“Indonesia harus memimpin penggalangan kekuatan global dari negara-negara pencinta keadilan untuk menghentikan genosida dan menolak dominasi Amerika Serikat dalam konflik ini,” kata Din.
Salah satu isu yang menuai kritik adalah rencana evakuasi warga Gaza. Menurut Din, solusi terbaik bukanlah memindahkan penduduk dari tanah kelahiran mereka, melainkan membangun kembali Gaza.
“Saya berkomunikasi langsung dengan warga Gaza. Mereka tidak ingin dievakuasi. Mereka ingin pulang, ingin hidup damai di rumah mereka sendiri,” ujarnya.
Ia mengusulkan agar Indonesia mengirim tenaga medis dan pasukan TNI untuk misi kemanusiaan. “Apakah kita cukup patriot? Ini soal keberpihakan moral, bukan sekadar bantuan logistik,” imbuhnya.
Selain seruan kepada pemerintah dan dunia internasional, para tokoh juga mendorong perlawanan kolektif dari masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengintensifkan gerakan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
Aksi juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi, doa lintas agama, serta pertunjukan teatrikal yang menggambarkan penderitaan rakyat Gaza. Peserta membawa poster bertuliskan: “Kecam Amerika: Pendana Genosida!”, “Normalisasi Israel = Pengkhianatan!”, “Nakba Belum Usai!”, dan “Palestina Melawan, Dunia Bergerak!”
Menutup acara, massa menyanyikan lagu “Palestina Pusaka” dan mengheningkan cipta untuk para korban genosida.
0 comments:
Post a Comment