TANGERANG KONTAK BANTEN –Suasana Kota Tangerang kembali semarak dengan digelarnya Festival Peh Cun 2025 yang berlangsung meriah sejak pagi hingga larut malam, Sabtu (31/5). Rangkaian acara yang dipusatkan di sekitar kawasan Boen Tek Bio dan tepian sungai Cisadane ini bukan hanya menjadi ajang perayaan budaya Tionghoa, namun juga telah berkembang menjadi pesta rakyat yang menyatukan seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang suku, agama, ras, maupun golongan.
Dimulai sejak pukul 08.00 pagi, festival dibuka dengan seremoni resmi yang turut dihadiri oleh Wali Kota Tangerang, menandai pentingnya acara ini sebagai bagian dari kalender budaya tahunan kota. Ketua panitia, Herlinawati, menjelaskan bahwa festival tahun ini kembali mendapatkan antusiasme luar biasa dari masyarakat.
“Dari jam delapan pagi sudah dimulai dengan seremoni dan terus berlangsung hingga pukul setengah sebelas malam. Setelah seremoni, kami melakukan ritual sembahyang Ye, yang merupakan bentuk sembahyang eling dan takwa dalam ajaran Konghucu, di saat matahari berada dalam posisi tegak lurus dengan bumi,” ujar Herlinawati saat diwawancarai di sela-sela acara.
Menurutnya, sembahyang Ye bukan sekadar ritual spiritual, namun juga sarat akan simbolisme alam semesta. Salah satu tradisi unik yang dilakukan dalam rangkaian ini adalah mendirikan telur secara tegak lurus, sebuah fenomena yang dipercaya hanya dapat terjadi pada hari Peh Cun karena keseimbangan energi bumi dan matahari.
“Telur yang bisa berdiri ini jadi simbol keseimbangan dan keharmonisan. Dalam kepercayaan kami, hari ini adalah waktu yang sangat baik untuk memanjatkan doa dan harapan,” tambahnya.
Usai sembahyang Ye, berbagai ritual lainnya juga dilaksanakan, seperti tabur bunga, lempar bacang ke sungai sebagai penghormatan kepada leluhur, hingga kegiatan hiburan rakyat seperti lomba tangkap bebek di Sungai Cisadane. Meskipun tak terkait langsung dengan ajaran agama, tangkap bebek telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi yang dinanti-nanti masyarakat.
“Memang lomba tangkap bebek ini lebih ke arah hiburan rakyat. Tapi justru di sinilah letak kekuatannya, menyatukan masyarakat dalam suasana gembira dan kebersamaan. Ini bukan hanya untuk umat Konghucu, tapi terbuka bagi siapa saja,” kata Herlinawati.
Puncak kemeriahan hari pertama ditandai dengan perlombaan dayung perahu tradisional Peh Cun. Lomba ini tak hanya memikat warga lokal, tetapi juga menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara yang ingin merasakan langsung atmosfer budaya Tionghoa khas Tangerang.
Festival Peh Cun tidak bisa dilepaskan dari cerita legenda Qu Yuan – seorang penyair dan penasihat kerajaan pada masa Tiongkok kuno yang memilih mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke sungai karena kekecewaannya terhadap keadaan negara. Masyarakat yang mencintainya khawatir tubuh Qu Yuan dimangsa ikan, sehingga mereka melemparkan bacang (makanan khas yang dibungkus daun bambu) ke sungai sebagai bentuk penghormatan.
“Setiap tanggal 5 bulan Mei dalam kalender lunar, kami mempersembahkan bacang kepada leluhur sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian tradisi itu,” ujar Herlinawati.
Festival Peh Cun sendiri telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh pemerintah dan menjadi kebanggaan warga Tangerang. Pemerintah daerah memberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk fasilitas maupun promosi, agar warisan budaya ini tetap hidup dan dicintai generasi muda.
“Kami melibatkan anak-anak muda dalam setiap prosesnya, agar mereka mengenal dan mencintai budaya ini. Kami berharap generasi mendatang bisa terus melanjutkan tradisi yang sudah kami rawat turun-temurun ini,” pungkas Herlinawati.
Antusiasme tinggi juga datang dari para pengunjung. Salah satunya adalah Rohinmoy, warga Tangerang yang setiap tahun tak pernah absen mengikuti festival ini bersama keluarganya.
“Saya sangat bahagia bisa mendirikan telur, ini bukan hanya unik, tapi punya makna tersendiri buat saya. Dalam rangka Peh Cun ini saya bersyukur sekali, sehat, panjang umur, dan bisa merayakan bersama banyak orang,” tuturnya dengan penuh semangat.
Meski hari pertama telah ditutup dengan gegap gempita, rangkaian acara Festival Peh Cun masih akan berlangsung hingga Minggu (1/6), dengan berbagai hiburan rakyat, bazar, serta final perlombaan dayung perahu di pendopo Tepekong Air, Gang Tengah.
Dengan semangat inklusif dan kekayaan budaya yang ditawarkan, Festival Peh Cun di Tangerang terus membuktikan diri sebagai salah satu ikon budaya nasional yang layak untuk dilestarikan dan dibanggakan.
0 comments:
Post a Comment