JAKARTA KONTAK BANTEN Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang kembali menggelar
Sidang Senat Terbuka dalam rangka yudisium Perwira Transportasi Laut.
Pada sidang senat ke-101 ini juga diisi orasi ilmiah oleh Prof. Dr.-Ing.
Ir. Misri Gozan, M.Tech., IPU., Ketua Lembaga Akreditasi Mandiri Teknik
(LAM TEKNIK) sekaligus Guru Besar Teknik Bioproses Universitas
Indonesia. Dalam orasinya, ia mengangkat tema "Young Seafarers for a Sustainable
Ocean and a Prosperous Nation". Tema tersebut selain menjadi seruan bagi
generasi muda pelaut Indonesia untuk turut menjaga kelestarian laut dan
berperan aktif dalam pembangunan bangsa juga memaparkan keberhasilan
pendidikan kepelautan di Indonesia.
“Hari ini kita bisa berdiri dengan penuh kebanggaan, karena Indonesia tercatat sebagai penyuplai pelaut terbesar ketiga di dunia, hanya kalah dari Tiongkok dan Filipina. Bayangkan, lebih dari 1,2 juta putra-putri bangsa kita mengarungi samudra, mengibarkan nama Indonesia di setiap pelabuhan dunia,” kata Misri dalam keterangannya, Sabtu, 23 Agustus 2025.
“Hari ini kita bisa berdiri dengan penuh kebanggaan, karena Indonesia tercatat sebagai penyuplai pelaut terbesar ketiga di dunia, hanya kalah dari Tiongkok dan Filipina. Bayangkan, lebih dari 1,2 juta putra-putri bangsa kita mengarungi samudra, mengibarkan nama Indonesia di setiap pelabuhan dunia,” kata Misri dalam keterangannya, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Ini bukan sekadar angka, tambahnya, melainkan bukti bahwa darah maritim
telah mengalir dalam jati diri bangsa. Dunia mempercayai pelaut
Indonesia karena kerja keras, ketangguhan, dan dedikasi mereka.
Namun, kata Misri, kebanggaan ini juga panggilan agar kita terus menjaga mutu pendidikan dan integritas, sehingga pelaut Indonesia tidak hanya hadir di kapal-kapal dunia, tetapi juga menjadi teladan profesionalisme dan kehormatan bangsa.
Namun, kata Misri, kebanggaan ini juga panggilan agar kita terus menjaga mutu pendidikan dan integritas, sehingga pelaut Indonesia tidak hanya hadir di kapal-kapal dunia, tetapi juga menjadi teladan profesionalisme dan kehormatan bangsa.
Di era transformasi digital dan transisi energi, para insinyur kelautan juga dituntut untuk menguasai teknologi baru, seperti smart shipping, green propulsion system,
dan pemanfaatan energi terbarukan untuk sektor maritim. Dengan
demikian, lulusan dari program studi kelautan tidak cukup hanya
menguasai teori, tetapi harus memiliki kompetensi praktis yang diakui
secara internasional,” lanjutnya.
Di sinilah, kata Misri standar global seperti STCW (Standards of
Training, Certification, and Watchkeeping for Seafarers) yang ditetapkan
IMO berperan penting. STCW menetapkan kompetensi minimum awak kapal:
keselamatan, navigasi, penanganan keadaan darurat, hingga sistem watchkeeping.Bahkan terdapat sertifikasi lanjutan khusus, misalnya Dynamic
Positioning Operator (DPO) yang diakreditasi The Nautical Institute,
sebagai jaminan keterampilan operasional mutakhir. Sementara itu, LAM
TEKNIK selama ini mengakreditasi program studi keteknikan dengan
pendekatan Outcome-Based Education (OBE), yang menilai pencapaian
capaian pembelajaran lulusan, relevansi dengan kebutuhan industri, serta
pengakuan internasional dalam kerangka Washington Accord.
Namun, bidang keteknikan kelautan memiliki kebutuhan yang unik: ia harus
menjembatani pendidikan akademik di perguruan tinggi dengan sertifikasi
profesi maritim berbasis standar IMO/STCW. “Inilah bukti bahwa
akreditasi nasional kita tidak kaku, tetapi adaptif, mendengarkan
kebutuhan unik dunia kelautan,” katanya.
Karier Pelaut
Di akhir orasi ilmiahnya, Misri menegaskan, karier pelaut bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hidup. Panggilan untuk mengabdi, menjaga laut, dan menghadirkan kemakmuran bagi bangsa serta peradaban maritim dunia.Ia juga berharap para lulusan untuk menjaga laut kita dari polusi, dari eksploitasi berlebihan, sekaligus mengembangkan inovasi baru yang mendukung transisi menuju green shipping dan blue economy.
“Dunia kini menantikan pelaut-pelaut muda yang bukan hanya mahir mengoperasikan kapal, tetapi juga bijak dalam memimpin, berani mengambil keputusan, serta menjunjung tinggi integritas. Mulailah dari hal sederhana: menjaga etika profesi, tidak kompromi pada keselamatan, dan selalu membawa nama baik Indonesia di setiap pelabuhan dunia,” katanya.
Sebelumnya dalam sambutannya, Direktur PIP Semarang, Mafrisal menyampaikan, momentum ini bukan hanya sekadar simbol kelulusan akademik, melainkan juga tonggak awal untuk mengarungi kehidupan nyata sebagai insan maritim.
“Kami juga meminta para lulusan harus siap mengarungi samudra luas dengan membawa semangat Pro Prestasi (Profesional, Etika, Standar Global dan Integritas),” katanya.
Ia juga menambahkan, lulusan para taruna yang berasal dari berbagai program studi pada Program Diklat Pembentukan Diploma IV sebanyak 288 wisudawan, yang terdiri dari 95 lulusan Program Studi Nautika, 83 lulusan Program Studi Teknika, 102 lulusan Program Studi Tatalaksana Angkutan Laut dan Kepelabuhanan (TALK), dan 8 lulusan dari jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Type-A.
0 comments:
Post a Comment