JAKARTA KONTAK BANTEN – Unilever merevisi strategi bisnisnya untuk mendongkrak penjualan.
Salah satu langkah yang diambil adalah penghematan operasional yang bakal dilakukan perusahaan.
Sebut saja rencana pemangkasan 7.500 karyawan (Pemutusan Hubungan Kerja / PHK), secara global.
Keputusan ini diambil agar mengatasi kinerja yang buruk dan meningkatkan pendapatan.
Dilansir CBS News, Jumat (5/9/2025), perusahaan juga memecat CEO-nya, Hein Schumacher pada bulan Februari lalu dan menggantinya dengan kepala keuangan Fernando Fernandez agar mempercepat rencana bisnis perusahaan.
Selain itu, perusahaan menegaskan kembali target keuangannya untuk tahun 2025.
Salah satunya target pertumbuhan penjualan 3 persen hingga 5 persen. Termasuk margin operasi dasar lebih dari 18,9 persen.
Sebagai informasi, Unilever beroperasi di hampir 190 negara di seluruh dunia dan telah menjadi panutan tradisional dalam hal keunggulan dan kualitas di sektor Barang Konsumsi Bergerak Cepat (Fast Moving Consumer Goods).
Perusahaan ini memperoleh keunggulan kompetitifnya dari jejak global dan rekam jejaknya dalam meningkatkan nilai bagi konsumen di seluruh dunia
Adapun, perusahaan memiliki tiga segmen produk utama yakni kecantikan dan perawatan pribadi, makanan dan minuman.
Lalu, perawatan rumah yang menghasilkan pendapatan terbesar bagi perusahaan. Pada tahun 2022, Unilever mempekerjakan sekitar 138.000 orang.
Dengan lebih dari 400 merek yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan, tidak ada perusahaan lain yang menyentuh begitu banyak kehidupan orang dengan begitu banyak cara.
Portofolio Unilever beragam, mulai dari makanan bergizi seimbang hingga es krim yang memanjakan, sabun terjangkau, sampo mewah, dan produk perawatan rumah tangga sehari-hari, yang mencakup merek-merek terkemuka dunia seperti Lipton, Knorr, Dove, Axe, Hellmann’s, dan Omo, serta merek-merek lokal tepercaya seperti Blue Band, Pureit, dan Suave.
0 comments:
Post a Comment