![]() |
Kalah dalam suatu kompetisi adalah hal yang biasa. Tapi kekalahan sejati
adalah ketika tidak mampu bangkit dari kekalahan, tidak mau mencoba
untuk berbenah diri dan melanjutkan perjuangan. Inilah makna dari
kekalahan yang sebenarnya. Jika hal ini sudah menggerogoti pikiran dan
jiwa, maka kita tinggal menunggu kekalahan selanjutnya. Semua tergantung
sikap dan mentalitas dalam menyikapinya. Kalau kekalahan memicu
kemarahan, membawa keputusasaan, selain menghancurkan citra sendiri,
juga merusak tatanan sosial dan akan menuai kekalahan lebih parah lagi.Tamsil ini hanya mengingatkan kita bahwa kekalahan bukanlah akhir
segala-galanya, tapi itu adalah awal menuju sebuah kesuksesan. Tidak ada
orang yang ingin kalah, tapi kalau memang kita harus kalah, terimalah
itu dengan lapang dada dan berjiwa besar. Karena hakekat menang atau
kalah itu Sunnatullah. Sama halnya ada kaya dan miskin. Kekalahan atau
kemenangan merupakan perguliran waktu di antara manusia.Kekalahan akan melahirkan kemenangan, jika selalu disikapi dengan
pikiran waras dan lego lilo. Al Gore saja saat kalah melawan George Bush
Jr pada Pilpres AS, dengan penuh kearifan berucap “Kekalahan dan
kemenangan adalah jalan untuk memuliakan jiwa kita.”Walau disadari dalam kompetisi itu tujuannya untuk menang, tetapi bukan
dalam bentuk konsep harus menang. Konsep menang kalah sama-sama
terhormat yang selalu ditandatangani peserta sebelum pelaksanaan
pilkada, hal ini hendaknya bukan hanya di atas kertas, tetapi juga dalam
pelaksanaannya. Konflik dalam pilkada sangat tergantung dari perilaku
dan tindak tanduk elite, yang menjadi figur panutan di mata rakyat
pendukungnya. Mereka harus menerapkan etika berpolitik santun, satya
wacana dan jujur dalam menyikapi komitmen bersama. Figur sportif yang
berjiwa besar dalam menyikapi hasil penghitungan suara, diharapkan mampu
menjadi magnet bagi rakyat untuk lebih berpartisipasi dalam pelaksanaan
pilkada berikutnya.Setiap pasangan calon kepala daerah, saat mengadakan deklarasi damai,
selalu menyatakan siap kalah dan menang. Mereka selanjutnya bergandengan
tangan, berpelukan dan menegaskan siap menerima kekalahan dan
kemenangan dengan lapang dada. Siapa pun yang terpilih dan dipilih
rakyat harus dihargai.Dengan kata lain, walaupun tidak dipilih dalam kontestasi pilkada,
kebersamaan dan semangat perjuangan dalam membangun daerah harus terus
ditunjukkan. Jangan ada yang menunjukkan kekecewaan dalam bentuk-bentuk
anarkisme, destruktif, merusak ketertiban umum, apa lagi menghancurkan
fasilitas publik.Pilkada secara esensi berupaya mewujudkan suara rakyat. Tentunya, siapa
pun yang terpilih sebagai kepala daerah, harus mengemban amanah rakyat
dengan penuh tanggung jawab. Apabila ada pasangan calon yang tidak
menang, harus diartikan rakyat sesungguhnya belum memberi kesempatan
kepadanya. Dalam demokrasi, ada semangat untuk menghargai serta
menjunjung tinggi kepentingan rakyat seutuhnya. Di sana juga ada
nilai-nilai suci yang memang tidak bisa diukur dengan uang, apalagi
ditakar dengan banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam proses pilkada.
Menyikapi Kekalahan
Beberapa cara positif yang bisa dilakukan untuk menerima sebuah kekalahan untuk mencapai sebuah kemenangan.
(1) Ketika kita mengalami kekalahan, maka hal yang seharusnya dilakukan adalah mengakui kelebihan lawan. Ini adalah wujud dari jiwa besar yang kita miliki. Akuilah bahwa memang lawan lebih baik dari kita. Tidak mudah memang. Tapi kalau mau jujur dengan diri sendiri maka semua akan menjadi mudah. Kenapa orang lain bisa menang dan kita kalah, itu adalah tanggung jawab kita bukan tanggung jawab orang lain.
Menyikapi Kekalahan
Beberapa cara positif yang bisa dilakukan untuk menerima sebuah kekalahan untuk mencapai sebuah kemenangan.
(1) Ketika kita mengalami kekalahan, maka hal yang seharusnya dilakukan adalah mengakui kelebihan lawan. Ini adalah wujud dari jiwa besar yang kita miliki. Akuilah bahwa memang lawan lebih baik dari kita. Tidak mudah memang. Tapi kalau mau jujur dengan diri sendiri maka semua akan menjadi mudah. Kenapa orang lain bisa menang dan kita kalah, itu adalah tanggung jawab kita bukan tanggung jawab orang lain.
(2) Orang yang banyak memberikan alasan adalah orang yang tidak bisa
menerima kekalahan dengan jiwa yang besar. Berbagai alasan yang mereka
utarakan hanya untuk menutupi kekurangan yang mereka punya. Hal ini
tentu bukanlah mental yang dimiliki seorang pemimpin, karena mental
pemimpin tidak akan punya pemikiran semacam itu. Jika diri kita masih
suka mencari alasan dan suka mengambinghitamkan orang lain, maka
kemenangan tidak akan kita raih, kalaupun menang, itu hanya kemenangan
yang semu.
(3) Hal terpenting dalam hidup ini saat menerima kekalahan adalah dengan
melakukan evaluasi diri. Evaluasi ini bisa di lakukan dengan banyak
hal. Misalnya dengan merenung (introspeksi diri), meminta masukan,
menerima kritik dan saran dari orang lain. Evaluasi diri ini akan
menjadikan kita lebih peka terhadap kelemahan diri dan selalu berupaya
untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
(4) Ada kalanya kita melihat orang yang mengalami kekalahan cenderung
memiliki kecemasan dan ketakutan. Kecemasan dan ketakutan inilah yang
membuat mereka tidak berani mengambil risiko untuk yang ke dua kalinya
atau seterusnya. Tentu hal ini bukanlah mental para pemenang. Para
pemenang sesungguhnya tidak akan pernah berhenti berjuang meskipun
kekalahan demi kekalahan terus dialami. Namun ia tidak pernah menyerah
dan yakin akan mencapai sebuah kemenangan.
Pemenang sejati sesungguhnya adalah berjiwa besar mengakui kekalahan dan berhati lapang menerima kemenangan orang lain!
Pemenang sejati sesungguhnya adalah berjiwa besar mengakui kekalahan dan berhati lapang menerima kemenangan orang lain!
0 comments:
Post a Comment