Saat ini kekerasan di sekolah telah banyak menjadi berita utama di
berbagai tayangan TV swasta. Tidak hanya kekerasan antara murid, namun
juga antar guru dan bahkan hampir melanda sebagian besar masyarakat.
Namun yang paling memprihatinkan adalah kekerasan yang terjadi di
sebagian besar sekolah, dimana sekolah adalah tempat untuk menuntut
pendidikan , bukan ajang melakukan kekerasan.
Sebenarnya kekerasan di sekolah bukanlah hal yang baru. Eric Harris
dan Dylan Klebold adalah dua pelajar dari Columbine High School di
Littleton Colorado, Amerika, yang pernah menewaskan 11 rekannya dan
seorang guru pada 20 April 1999. Diberitakan bahwa mereka sering
dilecehkan teman-temannya dan merasa tersinggung, sehingga menuntut
balas dan melakukan penembakan tersebut. Lalu bagaimana dengan di
Indonesia? Sekarang mulai terbentuk gank-gank yang saling memperebutkan
kekuasaan masing-masing dan berkelahi, tidak perduli perempuan atau
laki-laki. Bila dibiarkan mungkin saja suatu saat ada murid yang
tersinggung atau merasa dilecehkan lalu menuntut balas. Sehingga hal ini
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan lebih lanjut sebelum sesuatu
yang lebih buruk terjadi.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kekerasan dalam diri seseorang
timbul. Apakah karena game, tayangan kekerasan di TV, keadaan dan lain
sebagainya. Eric harris dan Dylan Klebold adalah 2 contoh pemuda yang
dikabarkan sering bermain game yang tergolong penuh kekerasan seperti Doom, Quake, dan Redneck Rampage.
Mereka telah lama merasa terbuang, namun tidak ada yang memperhatikan,
bahkan tidak oleh pihak sekolah. Karena itu maka sekolah sebaiknya
mengambil tindakan lebih pro-aktif dalam menangani kekerasan di sekolah.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membentuk sekolah agar
lingkungannya menjadi kondusif, baik untuk para murid, guru dan staff.
Sekolah yang kondusif mendukung lingkungan yang aman, pendidikan yang
baik, dan tingkah laku yang terpuji. Program sekolah yang baik akan
tergantung pada berbagai faktor seperti keamanan, hubungan sosial yang
sehat, emosional dan perkembangan akademik yang baik. Karena itu,
karakteristik sekolah yang aman adalah :
- Fokus pada keberhasilan akademik
- Melibatkan keluarga secara menyeluruh
- Mengembangkan hubungan dengan masyarakat
- Menekankan pada hubungan yang positif antara para murid dan staff
- Membahas mengenai masalah keamanan sosial secara terbuka
- Memperlakukan para murid secara adil dan bijaksana
- Menciptakan cara agar para murid tidak segan untuk saling berbagi
- Mempersiapkan sarana bagi para murid yang diduga dilecehkan atau mengalami tekanan
- Mendukung karakter kepribadian yang baik
- Mengenali dan membantu menyelesaikan masalah
- Membantu para murid untuk bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah
Sekolah dapat berusaha sebaik mungkin, namun semuanya kembali pada
usaha pribadi dan keluarga masing-masing. Bagaimanapun bagi para murid,
kekerasan dapat terjadi karena berbagai kombinasi peristiwa, perbuatan
dan emosi yang mungkin dapat menimbulkan kekerasan, baik pada diri
sendiri atau orang lain.
Dari hasil penelitian, mereka yang cenderung melakukan kekerasan
adalah mereka yang sering kali merasa tidak diterima di lingkungan atau
cenderung memperoleh pelecehan atau bullying. Karena itu akan
penting bagi pihak sekolah dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda awal
tersebut, sebelum terjadi hal-hal yang lebih buruk.
Ditulis oleh
Cynantia Rachmijati,S.Ds,Grad.Dipl.Journ,M.M.Pd
0 comments:
Post a Comment