SERANG, (KB).- Dewan Pengurus Wilayah Perkumpulan
Gerakan Kebangsaan (PGK) Banten mengadakan diskusi publik dalam menjaga
stabilitas keutuhan bangsa dalam dinamika politik 2019 disalah satu
hotel di Kota Serang, Kamis (20/9/2018).
Ketua PGK Banten, Syamsul Hidayat mengatakan, latar belakang diskusi
itu karena pihaknya ingin mengajak anak-anak milenial untuk tidak hanya
fokus pada dinamika politik 2019, tetapi, bagaimana berfikir agar bangsa
Indonesia tetap utuh dengan adanya hajat besar pemilu 2019.
“Pada penyelenggara kami berharap dan kepada aparat keamanan agar
arif dan netral, karena kami tidak ingin seperi isu yang dimedsos, pihak
penyelenggara dan keamanan tidak netral,” katanya.
Ia juga mengajak agar proses pemilu tidak menjadi alasan pecah antar
umat beragama, sehingga menurutnya politik identitas harus dihindari.
“Kami berharap isu agama ini cukup, jangan sampai yang bukan ulama di
framing ulama dan yang ulama diframing anti ulama,” ucapnya.
Perwakilan dari Polda Banten, AKBP Andi Kardin mengatakan, Untuk
menyongsong hajat besar nanti, harus ada komitmen dari semua pihak untuk
menjaga stabilitas dan keamanan. Pihaknya, kata Andi, bersama
penyelenggara dan kejaksaan sudah membentuk Gakummdu.
“Kepolosian RI diseluruh Indonesia sudah melaksanakan operasi mantap
brata yang dipersiapkan untuk Pemilu,” katanya dalam pemaparannya
sebagai narasumber.
Narasumber lainnya, Ketua Ikatan Alumni UI (Iluni) Banten, Agus
Supriyatna mengatakan, stabilitas masyarakat dapat terjaga jika tiga
dimensi yang ada dapat saling menjaga dan bersinergi. Kata Agus, ketiga
dimensi tersebut adalah dimensi hukum, dimensi ekonomi dan dimensi
politik.
“Untuk kasus penegakan hukum, kita bisa melihat misalnya terkait
penangkapan 41 anggota DPRD di Malang ini membuat masyarakat melihat
bagaimana kondisi penegakan hukum di kita, ini menjadi pertaruhan
kedepannya untuk menjaga stabilitas di masyarakat,” kata Agus.
Ada represifitas yang dilakukan oleh aparat, ambil contoh yang
terjadi betrokan antara aparat dengan mahasiswa yang melakukan unjuk
rasa di Bengkulu dan Sulawesi juga turut disoroti olehnya.
Untuk masalah ekonomi, ia menyampaikan kondisi saat ini kestabilan
negara juga terganggu dari sisi ekonomi, dimana harga-harga yang semakin
naik, juga tentang rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar,
sehingga membuat resah masyarakat. “Ini menjadi pertaruhan pemerintah
sekarang, bagaimana memastikan kondisi ekonomi dapat stabil,” ucapnya.
Sedangkan terkait kondisi politik, ia menyatakan dengan munculnya
putusan MA yang mengabulkan gugatan terkait bolehnya mantan koruptor
untuk mencalonkan diri mengakibatkan munculnya apatis masyarakat.
Divisi SDM Bawaslu Banten, Muhammad Nasehudin menyampaikan,
stabilitas politik dapat terjaga jika tiga elemen yang ada dapat
melakukan fungsinya dengan benar. Seperti penyelenggara pemilu yang
netral dan profesional, peserta pemilu yang fair dan masyarakat yang
turut serta berpartisipasi dalam mengawal pemilu.
Sedangkan terkait perang hastag yang ramai saat ini, menurutnya sudah
disepakati sebagai dinamika politik yang menjadi kenyataan kondisi saat
ini. “Sebenarnya kalau di masyarakat itu adem, namun elit politik dan
kelas menengah yang membuat panas. Disini masyarakat yang harus
berpartisipasi untuk menetralkan,” tuturnya.
Sedangkan terkait putusa MA, Nasehudin mengatakan, fungsi Bawaslu
adalah untuk memutuskan sesuai dengan tempatnya. Karena dalam UU dan
putusan MA sudah membolehkan mantan napi koruptor untuk mencalonkan
diri, maka harus diterima.
“Bukan berarti Bawaslu pro terhadap koruptor. Sebab itu, partisipasi
kelompok masyarakat harus ditingkatkan untuk memberikan pendidikan
politik, seperti mahasiswa ini, agar masyarakat dapat memilih wakilnya
yang baik dan bersih,” katanya.
0 comments:
Post a Comment