SERANG, (KB).- DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
menggelar lomba baca kitab kuning. Kegiatan itu dibuka Ketua Fraksi PKS
DPR RI KH. Jazuli Juwaini, Ahad (23/9/2018).
Dalam sambutannya, KH. Jazuli Juwaini mengatakan, Fraksi PKS DPR RI
rutin menggelar lomba baca kitab kuning setiap tahun. Pada 2018 memasuki
periode penyelenggaraan yang ketiga kalinya.
“Setiap provinsi, pekan ini menggelar lomba babak penyisihan di
tingkat provinsi. Pemenang tiap provinsi berhak mewakili daerahnya untuk
mengikuti babak final di tingkat nasional. Kegiatan itu akan
dilaksanakan pada 10 Oktober 2018 di DPR RI Senayan Jakarta,” katanya.
Ia mengaku bersyukur dan berbesar hati, sebab lomba baca kitab kuning
direspon secara antusias oleh santri dan pondok pesantren seluruh
Indonesia.
Hal itu, kata dia, terbukti dari animo peserta yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2018 lomba tidak hanya diikuti oleh santriawan, tapi juga santriwati. “Peminatnya juga luar biasa antusias,” katanya.
Hal itu, kata dia, terbukti dari animo peserta yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2018 lomba tidak hanya diikuti oleh santriawan, tapi juga santriwati. “Peminatnya juga luar biasa antusias,” katanya.
Anggota Komisi I DPR RI menegaskan, lomba baca kitab kuning
diselenggarakan oleh Fraksi PKS untuk memberi pesan bahwa tradisi
keilmuwan pesantren ini harus terus dipelihara dan menjadi kebanggaan
bangsa.
“Ini adalah bukti bahwa PKS terus mencintai dan memuliakan ulama, santri, dan pesantren,” tambahnya.
Dikatakannya, pesantren dan kitab kuning adalah bagian dari khasanah
pendidikan di Indonesia dan kewajiban umat Islam untuk menjaga dan
melestarikannya.
“Lomba ini adalah salah satu sarananya, agar seluruh rakyat punya
tanggung jawab untuk menjaga pesantren dan tradisi keilmuwannya,”
tandasnya.
Kita ingin, lanjut Jazuli, bangsa ini menghormati, mencintai dan
memuliakan para ulama, santri dan pesantren yang memiliki jasa dan
kontribusi besar dalam sejarah kemerdekaan bangsa. Bukti penghormatan
itu antara lain dengan terus mencintai, mengembangkan dan mengokohkan
tradisi keilmuwan pesantren.
“Bangsa ini berhutang besar pada ulama, santri dan pesantren. Pekik
takbir dan semangat jihad mereka lah yang memerdekakan bangsa ini.
Bahkan kiprah mereka terus berlanjut hingga saat ini, khususnya dalam
menjaga martabat dan moralitas bangsa Indonesia,” katanya.
0 comments:
Post a Comment