![]() |
PEMBUKAAN KTT - Pejabat Kementerian Lingkungan Polandia, Michal Kurtyka, menjadi pembicara pertama pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Katowice, Minggu (2/12). |
KATOWICE – Bank Dunia menyatakan akan menggelontorkan 200 miliar
dollar AS sebagai investasi bagi aksi perubahan iklim untuk periode
2021–2025. Hal tersebut diucapkan Direktur Senior Bank Dunia untuk
Perubahan Iklim, John Roome pada Konferensi Perubahan Iklim Persatuan
Bangsa- Bangsa (PBB) atau Conference of the Parties 24 (COP24) yang
dihadiri 200 peserta dari berbagai negara di Katowice, Polandia, Senin
(3/12).
John Roome mengatakan hal itu dilakukan demi target yang terus
meningkat secara signifikan dalam mengatasi perubahan iklim dan sebagai
sinyal penting kepada komunitas global yang lebih luas unt uk melakukan
hal yang sama. “Jika kita tidak mengurangi emisi dan membangun dari
sekarang, kita akan memiliki 100 juta lebih orang yang hidup dalam
kemiskinan pada tahun 2030,” katanya.
Dalam sebuah pernyataan, Bank Dunia mengatakan rincian 200 miliar
dollar AS akan terdiri dari sekitar 100 miliar dollar AS dalam bentuk
pendanaan langsung dari Bank Dunia. Sementara itu, sekitar sepertiga
dari dana yang tersisa akan berasal dari dua lembaga Kelompok Bank Dunia
dengan modal pribadi, sisanya dimobilisasi oleh Kelompok Bank Dunia.
“Dan kita juga tahu bahwa semakin sedikit kita membahas masalah ini
secara proaktif hanya di tiga wilayah, seperti Afrika, Asia Selatan, dan
Amerika Latin, kita akan memiliki 133 juta migran iklim,” ujar Roome.
Sementera itu, Ketua Panitia Pelaksana COP 24 yang juga pejabat
Kementerian Lingkungan Polandia, Michal Kurtyka, mengatakan pertemuan
selama dua minggu akan membahas upaya meredam dampak perubahan iklim.
“Kami di sini menyiapkan dunia bertindak bersama menghadapi perubahan
iklim,” katanya. KTT iklim di Katowice dianggap paling penting sejak
perjanjian iklim di Paris 2015. Para ahli mengatakan dibutuhkan
pemotongan emisi besarbesaran untuk dukung Kesepakatan Paris.
Tanpa AS
Konferensi negara-negara penandatangan kesepakatan iklim Paris, yang
dikenal sebagai COP24 itu digelar untuk membahas bagaimana para peserta
menerapkan komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Amerika
Serikat yang sebelumnya bergabung dalam kesepakatan telah mengundurkan
diri tahun lalu.
“Sejak penandatanganan perjanjian, ini adalah COP yang paling
penting, dan kita memerlukan inisiatif dari Anda seperti untuk bersaksi
bahwa pemerintah, swasta, dan perorangan bersedia bekerja sama mengatasi
perubahan iklim, dalam komitmen multilateralisme,” kata Wakil
Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB, Ovais Sarmad.
Sedangkan delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Siti Nurbaya, optimistis COP 24 menghasilkan rencana
konkret untuk mewujudkan Kesepakatan Paris. “Meski Amerika Serikat
menarik diri dan Brasil kabarnya akan mundur, tapi sebagian besar negara
ingin Kesepakatan Paris dilaksanakan,” kata Siti.
0 comments:
Post a Comment