Tangerang: Aska atau akrab disapa Mang Akol (52),
yang hidup merana tinggal di gubuk reyot selama 13 tahun akhirnya
mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Wakil Bupati Tangerang Mad Romli menginstruksikan Camat Jayanti dan Dinas Sosial segera memberikan bantuan kepada Mang Akol untuk dapat hidup dengan layak.
Wakil Bupati Tangerang Mad Romli menginstruksikan Camat Jayanti dan Dinas Sosial segera memberikan bantuan kepada Mang Akol untuk dapat hidup dengan layak.
"Sudah saya instruksikan ke Pak Camat Jayanti untuk segera dibantu warga
(Mang Akol) kita. Beri dia hidup yang layak," ujar Romli, Selasa, 15
Oktober 2019.
Romli menyesalkan masih ada warganya terpaksa tinggal di gubuk reyot
yang berdiri dari kata layak huni dengan lingkungannya dikelilingi
empang dan comberan.
Camat Jayanti CR Inton mengaku sudah melihat langsung dan sudah
memberikan bantuan guna membeli sarana prasarana dalam memperbaiki
tempat tinggalnya agar lebih layak.
"Hari ini tim sudah meluncur ke lokasi bawa pasir, semen dan juga tukang. Kita pakai dulu swadaya kecamatan," katanya.
Inton menjelaskan pihaknya akan menyelesaikan pembangunan rumah milik
Mang Akol selama tujuh hari. Karena, lanjutnya, sebagaimana peristiwa
yang sudah terjadi jika sudah ada perintah langsung dari bupati
pengerjaan bakal dilakukan secara cepat.
"Seperti yang sudah-sudah, kalau ada perintah pimpinan kami targetkan dengan cepat," jelasnya.
Terkait masalah kesehatan Mang Akol, pihaknya sudah melakukan koordinasi
dengan puskesmas setempat. Ia menambahkan, tim medis sudah melakukan
kunjungan.
"Karena lumpuh dan karena tidak ada yang mengurusi, semua aktifitas baik makan dan buang air pun dilakukan disitu," katanya.
Aska (52), warga Kampung Sukasari RT07 RW 02 Desa Pabuaran, Kecamatan
Jayanti, Kabupaten Tangerang, harus hidup merana selama 13 tahun di
gubuk reyotnya.
Kondisi tempat tinggalnya berdiri jauh dari kata layak huni itu pun
diperparah dengan lingkungannya yang dikelilingi empang dan comberan.
Mang Akol panggilan akrabnya harus bertahan hidup dalam gubuknya seluas
3x3 meter yang berlantai tanah, berdinding bilik bambu yang penuh
lubang. Tak ada perabotan rumah tangga, hanya sebuah ranjang kayu usang
hingga gulungan plastik dibuatnya sebagai bantal yang menjadi tempat
merebahkan tubuhnya untuk menemani lelapnya tidur.
Tak ada yang baru, semuanya sudah terlihat usang. Bahkan lubang dinding
menganga di mana-mana. Serta pondasi yang mulai keropos hingga genteng
pun sudah banyak yang pecah. Bahkan, kesehariannya ia hanya ditemani
beberapa ekor ayam miliknya yang diberi oleh tetangganya.
Mang Akol menceritakan tentang kondisinya saat ini yang sudah tidak
berdaya untuk melangkah. Dirinya hanya bisa berbaring pasrah karena
penyakit yang telah menggerogotinya sejak 2007.
"Saya kurang lebih 13 tahun tinggal disini. Sebelum saya sakit-sakitan,
dulu saya masih bisa cari uang dengan kerja kuli bangunan dan serabutan,
tapi sekarang tidak lagi karena sudah tidak berdaya sama sekali, karena
lumpuh total. Untuk makan sehari-hari, saya hanya berharap pemberian
dari tetangga," ujarnya, Senin, 14 Oktober 2019.







0 comments:
Post a Comment