![]() |
SAMPAIKAN PIDATO I Presiden Joko Widodo berpidato tentang kebijakan sumber daya alam pada Indonesian Mining Association (IMA) Award 2019 di Jakarta, Rabu (20/11). |
JAKARTA – Presiden Joko Widodo meminta kepada para pengusaha
pertambangan agar memperhatikan terkait kelestarian lingkungan saat
melakukan aktivitas pertambangan di Indonesia. Hal itu disebabkan saat
ini negara-negara sudah mulai menuju energi yang ramah lingkungan.
“Saya ingin ingatkan bahwa tambang ini berasal dari sumber daya alam
(SDA) yang tidak bisa kita perbarui. Sehingga, sekali lagi, penggunaan
dan manajemen harus ramah lingkungan,” kata Presiden Jokowi saat
memberikan sambutan dalam acara Indonesian Mining Association Award
2019, di Jakarta, Rabu (20/11).
Presiden menjelaskan bahwa dirinya masih melihat banyak kerusakan
lingkungan akibat penggunaan SDA yang begitu cepat. “Saya minta kita
jaga kerusakan lingkungan akibat eksplorasi yang begitu banyak di negara
kita,” jelas Presiden.
Terkait ini, Presiden pun menceritakan pertemuannya dengan Sekjen
PBB, Antonio Guiterez, di Asean Summit, di Bangkok, Thailand, beberapa
waktu lalu. “Disampaikan kepada saya, Presiden Jokowi hati-hati urusan
pertambangan, urusan batu bara. Saya pikir, apa lagi ini. Dia mengajak
saya untuk mulai, ternyata, beliau mengajak saya agar Indonesia
mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit tenaga listrik.
Ternyata arahnya ke sana (ramah lingkungan),” ucap Presiden.
Namun, ia langsung menjawab bahwa pada saat ini Indonesia masih
membutuhkan batu bara tersebut untuk pembangkit listrik. “Nanti kalau
kita switch ke energi baru terbarukan (EBT) baik yang sudah
kita coba yakni tenaga angin di Sidrap, Jeneponto, kemudian Hydropower
yang juga beberapa kita jajaki di Mambamo, Sungai Kayan di Kaltara,”
tutur Presiden.
Harus Ada Hilirisasi
Dalam kesempatan itu, Presiden meyakini persoalan defisit neraca
perdagangan dan defisit transaksi berjalan bisa diselesaikan tak sampai
tiga tahun melalui hilirisasi industri pertambangan.
“Kalau semuanya menuju pada hilirisasi dan industrialisasi, barang
jadi dan setengah jadi, saya yakin tak sampai tiga tahun, semua problem
defisit bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga tahun,” katanya.
Kontribusi itu baru diberikan oleh satu komoditas saja yakni nikel,
belum termasuk komoditas lain seperti timah, batu bara, dan tembaga.
Presiden menegaskan, ada banyak sekali yang bisa dilakukan dari
industri pertambangan termasuk menciptakan nilai tambah di dalamnya.
“Saya berikan contoh batu bara. Gasifikasi. Sekarang dengan teknologi,
ternyata, saya juga baru tahu batu bara bisa menjadi DME (Dimethyl
Ether) dan menjadi elpiji, bisa jadi petrokimia, metanol, dan
lain-lain. Ngapain kita impor elpiji, ngapain kita impor petrokimia yang besar,” katanya.
Jika hal ini muncul dan berkembang maka persoalan defisit transaksi berjalan akan hilang dengan sendirinya.
“Saya jamin hilang, enggak akan lebih dari tiga tahun kalau tambah satu komoditas, batu bara. Belok ke situ sebagian. Rampung kita,” katanya
0 comments:
Post a Comment