Di saat semakin ganasnya
Covid-19, ada banyak istilah muncul, yang barangkali masih cukup asing
di telinga kita sebelumnya. Misalnya lock down, social distancing, dan sebagainya.
Sekian
istilah di atas diinisiasi untuk diterapkan demi keselamatan bersama.
Tidak perlu menuntut pihak lain agar menjalankannya. Tuntutlah diri
sendiri, lock down aktivitas pribadi, dan lakukan social distancing secara mandiri.
Pertanyaannya,
sesederhana itukah aksi kita di tengah ujian berat ini? Atau meski
sederhana, sudahkah kita menjalankannya? Ada yang sudah dan ada juga
yang belum.Wajib kita renungkan bahwa, di samping terpaksa tunduk pada 'instruksi' lockdown dan social distancing, satu hal lain yang patut kita tumbuhkan kembali adalah semangat peduli terhadap sesama, terutama mereka yang kesusahan.
Apakah saya dan Anda masih sibuk berdebat soal berhasil tidaknya lock down dan social distancing? Bagaimana dengan poin ujian berikutnya, yaitu mengasah kepekaan rasa lewat orang-orang berkekurangan?
Jangankan
mau berbagi, saya dan Anda mungkin sedang berpikir keras bagaimana
caranya supaya bisa memborong dan menimbun barang kebutuhan pokok di
rumah masing-masing.
Gambar-gambar di bawah ini saya ambil dari
akun teman. Pada statusnya, ia memberi keterangan, suasana di gambar
terjadi di Filipina. Ya, sekarang ini pemerintah Filipina memberlakukan lock down.Nyamankah pemberlakuan lock down? Tidak! Akses hidup semakin sulit. Imbasnya lebih dahsyat lagi dirasakan warga miskin. Ingat, kebijakan lock down tidak mengecualikan mereka yang hidupnya bergantung pada kebaikan hati orang lain.
Di "musim" lock down, warga Filipina malah giat mengerjakan "soal ujian berbagi", tanpa lupa mengindahkan social distancing (sekarang sudah diralat menjadi physical distancing).
Jika
diperhatikan, di setiap kemasan barang tidak ada logo partai, label
perusahaan dan semacamnya. Setidaknya pada gambar-gambar tersebut. Kita
kurang tahu di lokasi lain yang tidak ada di gambar.
Itu artinya, sebisa mungkin apa yang diberikan tangan kanan tidak boleh diketahui oleh tangan kiri.
Jangan persoalkan tulisan jelek ini atau pun membuka ruang debat
karena tersinggung seolah dianggap belum berbagi. Saya sendiri juga
belum berbuat apa-apa. Mudah-mudahan sesegera mungkin kita menemukan
tindakan lain untuk menyatakan wujud berbagi itu.
Buat yang sudah
duluan berbagi, ingat pula mereka yang aktif "berkeliaran" di jalanan
dan bernaung di bawah kolong jembatan. Mereka juga termasuk sasaran
empuk wabah Covid-19.Bukan cuma sekadar membagikan masker, hand sanitizer, atau
barang kebutuhan pokok lainnya. Edukasi juga mereka yang belum beruntung
itu cara menyelamatkan diri dari paparan virus. Mereka selamat, kita
pun turut selamat.
Di
balik musibah pasti ada hikmah. Di masa perjuangan melawan wabah
Covid-19, kita diingatkan kembali untuk saling menjaga satu dengan yang
lain, sebagai sesama manusia, ciptaan Tuhan. Semoga Tuhan berkenan
mengakhiri cobaan ini dalam waktu cepat. Amin. **
Oleh : Tuhombowo Wau Manusia Biasa
0 comments:
Post a Comment