SERANG – DPRD Provinsi
Banten meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten tidak asal-asalan
membuat program untuk menurunkan angka pengangguran.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survey terkait
angka penangguran secara nasional. Hasilnya Banten menduduki peringkat
pertama dengan persentase mencapai 8,01 persen, disusul Jawa Barat
dengan 7,69 persen, Maluku 7,02 persen, Kalimantan Timur 6,88 persen dan
Sulawesi Selatan 6,07 persen.
Ketua Komisi V DPRD Banten, M Nizar mengatakan, tingginya tingkat
penangguran sudah terjadi sebelum pandemi COVID 19. Bahkan dirinya
meyakini, angka pengangguran di Banten makin bertambah di tengah
mewabahnya virus corona.
“Pengangguran tinggi ketika kondisi masih normal, sekarang kondisinya
COVID. Pertanyaanya apakah kita yakin Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) akan
cepat melakukan penurunan. Saya yakin ini bertambah apalagi ada pabrik
yang tutup. Makanya (program) pemerintah jangan asal-asalan,” kata Nizar
kepada BantenNews.co.id, Sabtu (9/5/2020).
Ke depan, lanjut Nizar, dinas terkait dapat merancang program yang lebih inovatif dalam menekan angka pengangguran.
“Ketika wabah berhenti, ambil langkah-langkah dalam melakukan tindakan.
Sehingga ke depan (angka) pengangguran bisa teratasi,” ujar Nizar.
Nizar menilai, seharusnya Pemprov Banten mempunyai ketentuan yang
berlaku untuk seluruh pabrik di Banten. Salah satunya terkait level
tenaga kerja.
“Kalau kebutuhan tenaga kerja levelnya tidak terlalu rumit maka bisa
memprioritaskan pemuda daerah. Jangan kemudian yang bekerja di Banten
banyaknya dari luar daerah,” paparnya.
“Kecuali levelnya butuh spesialis maka boleh mendatangkan. Sama juga
soal TKA (tenaga kerja asing) kalau levelnya khusus maka boleh
didatangkan dengan catatan ada transfer ilmu kepada putra daerah
sehingga kalau sumber daya manusia di kita sudah bisa, maka nanti akan
ada pembatasan tenaga asing,” sambung Nizar.
Dirinya berharap, kedepan seluruh industri di Banten dapat
mempriotitaskan tenaga kerja lokal. “Harus ada prioritas sehingga angka
pengangguran bisa berkurang,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment