Oleh Rahmawati S.Pd ( aktivis Muslimah)
Masalah Stunting ternyata masih menjadi PR besar di negeri ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah namun ternyata belum juga membuahkan hasil. Nyatanya, angka stunting masih sangat megkhawatirkan. Selama ini, pemerintah berusaha menurunkan angka stunting. Menurut Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Hanya saja, penurunan itu dianggap masih kurang, karena masih jauh dari target, yaitu 3,8%.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengungkap bahwa angka stunting sebesar 21,6% itu masih tinggi. Apalagi, Hasto merasa ada kesalahan penghitungan data stunting. Ia menyampaikan banyak Pemda yang melakukan kesalahan perhitungan, seperti anak di atas lima tahun tidak dimasukkan data lagi, padahal belum sembuh dari stunting. (Bisnis Indonesia, 6/4/2023).
Di tambah lagi, beberapa wilayah justru mengalami kenaikan kasus, seperti daerah yang terletak pada 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Contohnya, prevalensi balita stunting di Kabupaten Kepulauan Sula berdasarkan SSGI 2021 berada di angka 27,7% dan pada 2022 berada di angka 28,5%. Artinya, naik sebesar 0,8%. (Republika.co.id, 8/4/2023).
Padahal, selama ini pemerintah sudah menganggarkan dana yang cukup besar untuk menangani masalah tersebut. Menurut Menkeu Sri Mulyani, pemerintah menggelontorkan dana senilai Rp77 triliun. Sayangnya, berdasarkan laporan yang diterima hanya Rp34 triliun yang tepat sasaran. Sisanya justru dipakai untuk kegiatan nyeleneh, seperti rapat koordinasi dan pembangunan pagar puskesmas. (CNN Indonesia.com, 24/4/2033).
Paling mengejutkan, Indonesia yang terkenal kaya raya akan Sumber Daya Alamnya menjadi urutan keempat dunia dan kedua di Asia Tenggara dalam kasus balita stunting. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentunya, pemerintah harus lebih memfokuskan pada akar masalah, agar masalah stunting ini bisa segera diatasi.
Penyebab Tingginya Angka Stunting
Stunting atau gagalnya tumbuh kembang anak, atau kekerdilan pada anak terjadi karena gangguan kesehatan akibat kekurangan gizi, baik saat anak dalam kandungan ataupun setelah mereka dilahirkan. Balita yang terkena stunting sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu. Meski ada juga yang berasal dari keluarga mapan, tetapi jumlahnya sedikit. Kurangnya keluarga dalam mencukupi kebutuhan gizi anak disebabkan kemiskinan, mereka tidak punya cukup uang untuk membeli makanan penuh gizi setiap hari.
Masalah kemiskinan muncul dari pengelolaan sistem ekonomi kapitalis. Siapa saja yang memiliki uang, maka bisa mendapatkan sesuatu dengan cara apa pun. Hasilnya, si kaya makin banyak harta dan si miskin tambah sempit kehidupannya. Muncul jurang besar antara keduanya.
Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi yang memburuk kian memperparah, maka banyak masyarakat yang tidak mampu untuk memberikan gizi yang cukup bagi keluarga mereka. Faktor lainnya status gizi ibu, angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak, faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi.
Pemenuhan pangan dalam asupan gizi masyarakat saat ini masih belum tercapai oleh negara. Lahan pertanian yang seharusnya diproduksi bagi pangan masyarakat telah banyak beralih fungsi. Peralihan fungsi lahan ini menyusutkan ketersediaan pangan bagi masyarakat, sehingga mengancam kesatuan ketahanan pangan nasional dalam asupan gizi masyarakat.
Begitu pula dengan distribusi pangan yang belum merata juga dialami negara bagi masyarakatnya. Beberapa daerah masih mengalami sulitnya keterjangkauan dan tersedianya pangan yang bergizi maupun pangan yang dengan harga terjangkau, terutama daerah yang daerah yang tertinggal atau yang terisolir.
Masalah Stunting tidak bisa dianggap remeh karena problem ini nantinya bisa melahirkan masalah lain. Kita ketahui, anak-anak merupakan generasi yang nantinya diharapkan akan memimpin bangsa. Jika gizi pada anak tidak dicukupi dengan baik, maka akan banyak dampak yang ditimbulkan seperti gejala stunting yang meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk. Dengan kondisi demikian, tidak mungkin bisa berharap lebih pada mereka.
Problem stunting ini juga tidak bisa diserahkan begitu saja pada masing-masing keluarga atau individu. Dalam hal ini, negara tentu memiliki peran besar dalam mengayomi rakyatnya yang terjerat berbagai kesusahan. Namun, yang tampak saat ini justru pemerintah seolah berlepas tangan dan membiarkan rakyat berjuang sendiri. Bantuan sosial yang disalurkan pemerintah banyak yang tidak tepat sasaran dan hanya dinikmati sebagian golongan. Disaat yang sama, rakyat diminta pula untuk menjaga gizi ditengah berbagai kesulitan ekonomi yang menghimpit. Hal ini juga menunjukkan bahwa kapitalisme menempatkan pemerintah hanya sebagai fasilitator terhadap permasalahan yang ada di tengah masyarakat.
Islam Mampu Mengatasi Permasalahan Stunting
Islam adalah agama rahmatan lil alamin, yang di dalamnya Allah telah memberikan seperangkat peraturan yang mampu menjadi tuntunan hidup manusia sekaligus mampu memecahkan masalah dalam kehidupan manusia, karena sejatinya Sang Khaliq yang paling mengetahui ciptaannya. Islam mampu menciptakan kesejahteraan, termasuk masalah stunting.
Penyelesaian tuntas masalah stunting diperlukan solusi yang komprehensif dan sistemik, serta mencabut akar permasalahannya. Dalam hal ini akar permasalahan yang harus dicabut yakni ada pada sistem kapitalis itu sendiri. Berbagai solusi yang ditawarkan pemerintah terlihat belum menampakkan hasil, disebabkan solusi tersebut digencarkan dibawah sistem kapitalis yang justru menjadi akar segala permasalahan. Pada hakikatnya, pengentasan masalah gizi bukanlah semata-mata hanya ditujukan untuk memiliki SDM sehat yang dapat berperan aktif dalam perekonomian negara sebagaimana tujuan akhir dari negara dengan sistem kapitalis, yang hanya menjadikan materi segala solusi tiap permasalahan. Tetapi lebih dari itu, pengentasan stunting ditujukan dalam memenuhi kebutuhan asasi rakyat atas dasar memenuhi perintah Sang Pencipta, yakni sebagai hamba Allah yang menjadi penerus kehidupan di muka bumi. Negara sebagai pelayan rakyat menjadikan pemenuhan pangan dalam ketercukupan gizi rakyat dijamin terpenuhi dan kesejahteraan rakyat-pun diwujudkan.
Stunting berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, untuk mengatasinya negara pun wajib menjamin kesejahteraan rakyatnya. Salah satu metodenya yakni negara menerapkan sistem ekonomi Islam yang berbasis dengan sistem islam secara kaffah atau keseluruhan. Di dalam sistem ekonomi islam, negara ialah pihak yang wajib memperhatikan kesejahteraan setiap individu rakyatnya agar terpenuhi kebutuhan pokoknya tanpa terkecuali. Meliputi kebutuhan pangan, sandang, hingga papan, juga meliputi kebutuhan tambahan berupa kebutuhan sekunder dan tersier.
Negara juga menjamin adanya ketercapaian peran masing-masing anggota keluarga berdasarkan aturan syara. Peran ayah sebagai kepala keluarga, mampu menafkahi keluarganya dengan adanya lapangan pekerjaan yang tersebar dan tepat sasaran. Penyediaan lapangan pekerjaan adalah salah satu hal utama yang harus dilakukan sehingga setiap keluarga memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan memberikan makanan yang bernutrisi untuk tumbuh kembang anaknya.
Apabila ayah tidak mau bekerja, negara akan memberikan sanksi tegas. Maka, terpenuhinya peran ayah maupun wali untuk memberi nafkah, menjadikan ibu tidak perlu bekerja diluar rumah, sehingga peran dan kewajibannya dalam memperhatikan tumbuh-kembang anak mampu dilakukan, serta terpenuhinya gizi bagi anak, anggota keluarga lainnya, maupun dirinya.
Namun, saat ini sistem kapitalisme telah menyebabkan sebagian besar masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga ibu yang seharusnya bertanggung jawab sebagai pengatur rumah tangga sekaligus madrasah pertama bagi anak-anaknya, terpaksa harus keluar rumah untuk bekerja demi membantu ayah mencari nafkah. Tak jarang ditemui bahwa wanita justru menjadi tulang punggung dalam keluarganya dan tak semestinya ini terjadi.
Islam sangat memuliakan wanita, begitu dimuliakannya hingga kedudukan wanita dalam Islam dalam hal mencari nafkah adalah mubah. Ketika seorang perempuan lahir maka ayahnya lah yang menanggung segala kebutuhannya, bertanggung jawab atasnya, hingga dewasa ia menikah maka berpindahlah kewajiban tersebut kepada suaminya. Begitu mulianya wanita dalam Islam, hingga hanya memberikan tanggung jawab pengasuhan anak kepadanya sebagai ibu. Dan ayah sebagai pencari nafkah.
Islam juga sangat memperhatikan pertumbuhan anak di masa awal kehidupannya. Al-Quran memberi tuntunan kepada orang tua, khususnya ibu, untuk memberikan asupan gizi yang sangat tinggi nilainya, yakni pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif untuk anak yang baru lahir sampai berumur 2 tahun.
Solusi stunting perlu penanganan yang maksimal dan serius. Saat ini solusi untuk meminimalisir angka penderita stunting hanyalah solusi tambal sulam, dan bersifat sementara yang tidak menyelesaikan permasalahan rakyat. Melalui pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, pembangunan berorientasi keluarga, negara dengan sistem Islam yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah sesuai fitrah manusia dalam kehidupan akan mampu mengatasi permasalahan stunting secara tuntas.
0 comments:
Post a Comment