Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an : “Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Makkah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari. Dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin). Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari. “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu. “Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya).” Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya diantara mereka,”Bukankah aku telah berkata kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu).” Mereka mengucapkan, “Maha suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim.” Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela. Mereka berkata,”Aduhai celakalah kita, sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampui batas.” Mudah-mudahan Tuhan kita memberi ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; Sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita. Seperti itulah adzab (dunia). Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.” (QS.Al-Qalam;17-33)
PENJELASAN
Kisah ini diawali di sebuah desa bernama Dharwan. Di desa ini hidup seorang laki-laki sholeh yang memiliki sebuah kebun. Bagi orang Arab, kebun adalah sepetak tanah yang dipenuhi dengan pohon kurma, atau pohon lain sejenisnya. Kita tidak mengetahui secara pasti jenis pohon apa yang ditanam dikebun ini. Akan tetapi yang dinyatakan dalam Al-Quran adalah laki-laki shaleh ini mengeluarkan apa yang diperlukan untuk ditanam kembali sebagaimana layaknya petani yang lain. Kemudian dia menyimpan sebagiannya untuk dimakan oleh dirinya dan keluarganya, sedangkan sisanya disedekahkan kepada fakir-miskn. Demikianlah yang dilakukan oleh laki-laki shaleh ini; mengambil apa yang diperlukan dan menyedekahkan sisanya untuk orang-orang miskin, serta mencukupi kebutuhan orang-orang fakir dan memerlukan. Ini pulalah yang menjadi sumber kemarahan anaknya kepadanya.
Ketika laki-laki shaleh ini menemui ajalnya dan pergi menghadap Tuhannya, kebun itu berpindah tangan menjadi milik anak-anaknya, hingga mereka merubah kebun-kebun mereka menjadi duri yang dipanennya, dan menyesal setelah mereka terpedaya oleh ketamakan terhadap harta. Kedengkian telah membutakan mereka kepada orang-orang miskin dalam beberapa suapan yang dapat menutupi rasa laparnya, yang sebelumnya disedekahkan oleh pemilik kebun kepada mereka. Namun anak-anaknya menganggap keji perbuatan orang tuanya, sehingga mereka memutuskan untuk menahan shadaqoh dari mereka.
Mereka melihat ke kebunnya dan mendapat seperti apa yang disebutkan oleh Al Qur’an sebagai kebun yang subur, banyak buahnya. Tidak seorangpun dari mereka mengetahui bahwa kebun ini tidak tumbuh untuk mereka saja, karena didalamnya juga terdapat rezekinya dan rezeki orang lain. Tidak diketahui apakah rezeki mereka lebih banyak atau rezeki orang-orang miskin? Seharusnya mereka membiarkannya seperti sebelumnya. Namun mereka ingin menyia-nyiakan bagian orang-orang miskin itu, padahal itu tidak jelas bagi mereka. Sungguh celaka orang-orang yang menyia-nyiakannya.
Terjadi konspirasi diantara mereka, karena yakin akan memetik hasil kebunnya pagi-pagi sekali. Masa panen memang akan tiba besok pagi, pagi-pagi buta agar tidak diketahui oleh orang-orang miskin dan meminta jatah mereka sebagaimana yang mereka dapatkana setiap tahun. Seharusnya disisihkan sedikit saja dari buah itu untuk orang-orang miskin, tanpa menghapuskan secara keseluruhan, niscaya itu akan lebih meringankan adzab yang menimpa mereka. Akan tetapi mereka sudah bertekat bulat untuk tidak memberikan sama sekali bagian yang menjadi milik orang-orang miskin, karena setan telah menguasainya, sehingga bersumpah tidak sedikitpun memberikan bagian orang-orang miskin. Setelah membuat perencanaan itu mereka tertidur pulas.
Namun Allah SWT tidak tidur, tidak pula mengantuk. Seandainya Tuhan tidur, niscaya keseimbangan akan hilang. Sesuatu yang misterius berputar dikebun itu, sedangkan mereka sedang tertidur pulas. Itulah kelengahan manusia dari Allah SWT hingga mereka mempercayai tipu daya Nya.Dalam keadaan mereka lengah , Allah SWT mengirimkan sesuatu yang dapat membakar kebun itu hingga merubah menjadi hitam seperti malam yang gelap gulita. Ada yang mengatakan, “Allah SWT mengirimkan kekebun itu suatu kerusakan dari langit dan membinasakannya.” Kebun itu dibinasakan dalam sekejap mata tanpa dirasakan oleh manusia. Hal itu tidak lain karena perintah Allah SWT tidak lebih dari dua kata, “Kun Fayakun!” Kebun itu berubah menjadi hitam sebagaimana hitamnya hati pemiliknya. Balasan selamanya serupa dengan perbuatannya. Mereka ingin menghilangkan hak orang lain yang sudah jelas, sehingga Allah juga menghilangkan apa yang mereka miliki. Dalam keadaan seperti ini, pemilik kebun itu masih tertidur pulas, hingga mereka telah bangun, mereka merasa kaget dan berteriak tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mereka tidak mengetahui bahwa Allah telah merubah kebun mereka menjadi demikian.
Mereka kembali bersumpah untuk melakukan apa yang menjadi ketamakannya, kemudian pergi secara sembunyi-sembunyi, gerakannya sangat ringan, dan suaranya tersembunyi. Hal itu tidak lain karena mereka adalah para pencuri yang ingin mengambil hak orang-orang miskin dan tidak mau memberikannya kepada mereka. Dan tidak ada yang bersikap ekstra hati-hati dalam bersembunyi kecuali pencuri yang waspada yang berjalan dengan sangat hati-hati.
Hati mereka telah kosong dari rasa kasih sayang yang dengannya orang-orang golongan kanan menjadi dikenal. Mereka mengakui bahwa orang-orang yang akan mendapatkan sebagian dari hasil kebun itu orang-orang miskin, dan orang yang miskin adalah orang yang tidak memiliki makanan untuk dimakan pada hari itu. Barangkali dia memilikinya, akan tetapi beban dan tanggung jawabnya yang berat membuatnya tetap memerlukan orang yang membantunya. Namun mereka telah melepaskan rasa belas kasihan itu, sehingga mereka berhak untuk mendapatkan adzab Allah SWT. Hingga detik ini tidak ada seorangpun dari mereka dapat menggambarkan kekuasaan Tuhan yang telah membinasakan kebun itu dan menghanguskan semua buahnya. Tidak ada yang tersisa sedikitpun untuk mereka.
Hukuman telah dipastikan menimpa mereka, ketika mereka melihat buah-buahnya telah dipetik oleh sesuatu yang berputar di kebun itu. Hingga ketika telah pagi, kebun itu nampak seperti malam yang gelap, dan harapan mereka terbang laksana angin. Tiba saatnya suara penyesalan berteriak lantang dan menangisi susu yang telah tumpah.
Ini merupakan miniatur dari masyarakat yang rusak, didalamnya hanya terdapat sedikit orang yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, serta tidak memenuhi seruan itu. Akibatnya, hukuman itu menimpa semua orang. Desa itu hampir saja hancur dan binasa, karena orang-orang yang bejat lebih banyak jumlahnya daripada orang-orang yang baik. Dalam hadits Bukhari dinyatakan,”Dari Ummul mukminin, Zainab binti Jahsy, bahwa dia bertanya kepada Nabi SAW, lalu dia berkata,”Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan ditengahnya terdapat orang-orang yang sholeh?” Beliau menjawab, “Iya, jika banyak perbuatan keji.”
Sekarang setelah nikmat itu hilang dan ditimpa adzab, serta membuat perencanaan untuk berbuat maksiat telah berlalu saatnya, dan hati telah tergelincir, maka permohonan ampun tidak lagi bermanfaat, dan tidak ada taubat setelah ditimpa akibat yang buruk. Sesungguhnya dalam kehidupan Fir”aun terdapat pelajaran.
Terjadilah saling mencela dan menyalahkan setelah mereka menderita kerugian. Setelah saling mencela dan menjelekkan, mereka bersaudara merasa sama-sama memiliki peranan dalam kekeliruan itu, dan pengaruh bagi diturunkannya adzab ini. Mereka menangis dan memperbaiki apa yang telah rusak.Kita tidak mengetahui apakah Allah memberikan apa yang mereka inginkan dan menerima taubat mereka atau tidak? Akan tetapi komentar Al Quran lebih tepat dari semua perkataan lainnya, “Seperti itulah adzab (dunia). Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.” (QS.Al-Qalam 33).
PELAJARAN DARI KISAH INI
1. Mengeluarkan zakat pada masa panen, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah SWT, “Dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya).” (Al-An”am 141). Hak disini adalah dengan berzakat atau shodaqoh.
2. Ketamakan dan Kikir hanya akan mendatangkan kebahagiaan sesaat, namun kebinasaan selamanya, penyesalan yang tiada berguna.
3. Mudah melakukan kemaksiatan akan menyebabkan kerusakan bagi manusia. Satu suap saja dari kemaksiatan dapat mengeluarkan Nabi Adam AS dari surga, dan satu kali sujud saja yang tidak mau dilakukan dapat mengeluarkan iblis yang terkutuk dari Rahmat Allah SWT.
4. Suatu negeri yang makmur akan binasa apabila orang-orang yang jahat dan zhalim di dalamnya lebih banyak daripada orang-orang yang baik.
WALLAHU’ALAM BISHOWAB (SZ)
0 comments:
Post a Comment