Ada satu hadis menarik yang saya copas dari media sosial. Bunyinya
adalah sebagai berikut. Rosulullah saw bersabda, "Akan datang
tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia. Pendusta
dipercaya, orang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat,
orang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara." Lalu beliau
ditanya. "Apakah Ruwaibidhah itu?" beliau menjawab. "Orang-orang bodoh
yang mengurusi urusan orang banyak (umat)". (HR. Ibn Majah).
Saya
mengatakan bahwa hadis itu menarik mirip dengan keadaan sekarang di
hampir semua negara. Melalui medsos kita bisa membaca banyak berita dan
informasi yang tidak benar alias dusta alias hoax. Kemudian dalam
kegiatan sehari-hari pun kita sering mendengar pernyataan pejabat yang
tidak sesuai dengan kenyataan alias dusta.
Mau
menyerang sebuah negara yang kaya sumberdaya alam, dibikin berita dusta
bahwa negara itu memiliki senjata pemusnah massal. Padahal senjata itu
tidak pernah ada. Proyek jalan raya baru dibuat sekitar 1 kilometer
sudah segera diresmikan, dan disiarkan foto-fotonya oleh media seolah
proyek yang sudah selesai. Tujuannya hanya untuk memberi kesan bahwa dia
adalah pejabat yang telah bekerja keras. masih banyak lagi dusta-dusta
lainnya. Maka para ahli politik dan sosial menyebut zaman ini sebagai
era Post Truth (Pasca Kebenaran, alias zaman kebohongan) karena
kebohongan telah merajalela di dunia.
Ini
zaman ketika orang jujur difitnah atau sekaligus tidak dihargai.
Akibatnya tidak banyak bahkan hampir semua orang yang jujur tidak mau
menampilkan diri karena merasa percuma. Para penipu sangat dihargai
apalagi jika penipu itu bermurah hati untuk membagi "sedekah" kepada
banyak orang.
Dalam situasi itu,
orang jujur terpaksa menyingkir karena secara finansial mereka tidak
mampu menghamburkan duit. Padahal di masa ini dari banyak sedikitnya
duit yang dihamburkan itulah reputasi seseorang ditentukan. Maka tidak
heran apabila koruptor makin meningkat jumlahnya karena hukum dan publik
lebih menghargai koruptor yang berduit banyak daripada orang jujur yang
tidak punya banyak uang.
Di negara
manapun kita amati makin banyak jabatan dipegang oleh yang bukan ahlinya
karena yang diutamakan adalah koneksi baik koneksi keluarga maupun
pertemanan. Padahal pada hadis yang lain, Nabi bersabda: Apabila amanah
diberikan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Apa yang
dikenal dengan Merit systems dalam rekrutmen dan kenaikan pangkat,
tampaknya sudah digantikan dengan sistem koneksi dan percaloan. Situasi
inilah yang disebut dalam hadis di atas sebagai kondisi dimana orang
bodoh ditugasi mengurus urusan orang banyak.
Tentunya
kita semua harus memberi perhatian serius terhadap kenyataan diatas
agar jika hal itu terjadi dinegara kita, maka hal itu harus bisa segera
dihentikan dan tidak berlarut-larut. Tidak ada manfaat apapun apabila
kebohongan dipelihara. Sebab satu kebohongan akan melahirkan kebohongan
berikutnya. Maka sudah waktunya kita harus menghentikan semua
kebohongan. Mulailah berkata benar dan jujur, sebab kebenaran dan
kejujuran akan mendatangkan ketenangan batin. Sebaliknya kebohongan akan
melahirkan rasa bersalah, rasa berdosa dan ketidaktenangan.
Rekrutmen
pejabat hendaknya lebih didasarkan kepada keahlian dan kemampuan
personal, bukan kepada koncoisme. Dengan demikian maka setiap jabatan
akan dikelola oleh orang yang tahu dan memahami tugasnya. Hanya dengan
cara ini maka gerbong administrasi negara bisa berjalan dengan cepat dan
sampai ke tujuan dengan selamat yaitu terciptanya negara yang aman,
adil dan makmur.
*Ditulis Sadrina Pramesti / Mahasiswa semester II Fakultas Hukum
0 comments:
Post a Comment