JAKARTA ( KONTAK BANTEN) - Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini mengatakan Idul Fitri bukan hanya tentang perayaan keagamaan, tetapi juga momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan seperti religiusitas, persatuan, toleransi, gotong royong, dan nasionalisme.
"Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, umat Islam dapat
berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan
sejahtera," kata Jazuli dalam keterangan tertulis yang diterima
di Jakarta, Rabu.
Jazuli juga menyebut Idul Fitri merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan refleksi diri dan merenungkan amalan-amalan yang telah
dilakukan selama tahun-tahun sebelumnya. Umat Islam diharapkan dapat
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan menjadi insan yang
bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Dalam konteks kebangsaan, kata Jazuli, Idul Fitri harus menjadi
momentum untuk memperbaiki kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara,
memperbaiki kualitas pengamalan nilai-nilai karakter, dan budaya bangsa
yang termanifestasi dalam sila-sila Pancasila.
Yang pertama, Idul Fitri mengajak setiap warga negara untuk kembali
pada hakikat manusia sebagai mahkluk yang spiritual, mahkluk yang
religius, yaitu sosok manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia sebagai pengamalan sila pertama Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Manusia yang spiritual memiliki hati yang bersih, tulus, ikhlas
jauh dari iri, dengki, dan prasangka buruk. Tidak ada niatan untuk
mencelakai sesama anak bangsa. Tidak pula punya niatan menghancurkan
bangsa yang dibangun susah payah oleh para pendiri dan pejuang bangsa
ini. Jika ia seorang pemimpin ia punya kepekaan hati. Melihat semua
masalah kebangsaan dan penyelesaiannya dengan hati. Bersikap adil dan
mencintai seluruh rakyatnya sepenuh hati apapun latar belakang agama,
suku, budaya, kepentingan dan golongannya.
Kedua, Idul Fitri menjadi momen untuk memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa. Silaturahim yang dilakukan di momen hari raya tidak
terbatas antar umat Islam tapi melintasi suku, agama, ras, dan
antargolongan, sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan
memperkokoh rasa nasionalisme.
Dalam praktek kehidupan berbangsa, masyarakat kita punya kearifan
luar biasa. Idul Fitri tidak hanya perayaan bagi umat Islam tapi juga
dirasakan oleh saudara-saudara kita di luar Islam dengan saling mengucap
selamat, saling mengunjungi, dan saling berbagi bingkisan, hadiah, juga
makanan. Inilah bentuk riil toleransi yang tidak sekadar basa-basi.
Ketiga, Idul Fitri menjadi momen untuk meningkatkan semangat gotong
royong dan kepedulian terhadap sesama. Tradisi zakat fitrah infak dan
sedekah mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap
orang-orang yang membutuhkan.
Inilah cermin dari pengamalan sila kedua dan kelima Pancasila,
kemanusiaan yang adil dan beradab dalam rangka mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sekaligus mempertebal
dimensi kesalehan sosial dari ibadah puasa (dan ibadah-ibadah lainnya
dalam Islam) sehingga tidak hanya mempertebal kesalehan pribadi semata.
Keempat, Idul Fitri menjadi momen untuk meneguhkan semangat
kebangsaan dan nasionalisme. Nilai-nilai seperti religiusitas, disiplin,
kerja keras, konsisten, persisten, dan pantang menyerah yang diajarkan
dalam Islam dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang tidak mudah di
tahun-tahun mendatang. Setiap warga negara dituntut untuk memiliki
semangat nasionalisme yang kokoh sekaligus produktif sehingga bukan saja
tidak luntur oleh tantangan dan ancaman tapi juga terus bergerak maju.
Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi membawa dampak positif
sekaligus dampak negatif. Nasionalisme bangsa mendapatkan tantangan,
sekaligus ancaman dari "isme-isme" lain yang dominan seperti
liberalisme, sekularisme, kapitalisme, individualisme, hingga ancaman
terorisme dan radikalisme.
"Jika tidak hati-hati dan antisipasi dalam menghadapi tantangan dan
ancaman tersebut, bangsa kita bisa kehilangan jati diri dan karakternya
yang sejati. Sehingga mudah terombang-ambing, tidak punya prinsip dan
pendirian, tidak punya martabat dan kemandirian. Momentum Idul Fitri
harus mampu mempertebal jati diri dan mengokohkan nasionalisme bangsa,"
tuturnya.
0 comments:
Post a Comment