Wednesday, 17 July 2024

ini Penyebab Hancurnya Kebenaran ?

 

 

 oleh Riani Ketua Ikatan Mahasiswa Indonsia

Para penjilat saya istilahkan dengan istilah jilatisme. Mungkin kata jilatisme bukan kata yang familier terdengar atau dibaca. Istilah ini saya maknai pada sikap atau pendirian yang menyuarakan dan memperjuangkan kebenaran bukan karena kebenaran itu sendiri, tapi membenarkan atau menutupi kebenaran yang sesuai ambisius dan seleranya. Mungkin bahasa yang agak vulgar orang yang meyakini untuk mendapatkan popularitas, jabatan dan kekuasaan dengan cara cari muka dan mengabaikan prinsipnya.

Akibatnya tak lagi bicara kebenaran sebagaimana mestinya, justru intelektualnya digunakan sebagai cara untuk “mengemis” popularitas dan jabatan, sehingga nalar kebenaran dan idealisme tunduk dan membisu. Dia sedang membangun pencitraan atau dikekang jabatannya. Yang paling disesalkan jika kaum terdidik dan kalangan intelektual turut menciptakan “tradisi buruk” ini di masyarakat. Jika kalangan intelektual dan orang yang terdidik turut menjilat dan  “iman intelektualnya” juga tergadaikan, pada siapa lagi berharap kebenaran dan nilai kemanusiaan itu diperjuangkan?

Pertanyaan ini mengingatkan saya pada kuntowijoyo kurang lebih pernah melontarkan sebuah ultimatum agar kalangan intelektual (khususnya) tak semuanya berbondong-bondong untuk mencurahkan gagasannya masuk dalam politik praktis. Dengan alasan, agar kekuatan umat yang begitu besar tak menghambat perkembangannya.

Saya memaknai ultimatum ini bukan sebagai larangan tapi “alarm” bahwa pada jabatan yang sifatnya politis menjadi pertaruhan intelektual apakah masih bisa memperjuangkan nilai kemanusiaan atau keadilan, karena tak ada yang lebih penting dari politik kecuali perjuangan kemanusiaan.

Dalam bahasa lain, perjuangan politik itu memperjuangkan dua hal yaitu hirashah al-din (menjaga dan memprioritaskan nilai agama) dan siyasah al dunya (mengatur kehidupan duniawi). Karena itu, menggunakan intelektual dalam politik dengan benar itu adalah kerja suci dan mulia, mereka mulia karena melanjutkan estafet kenabian, mengurus kepentingan agama, dan kemaslahatan manusia.

Atau justru dengan politik membuat ia mengotori dirinya sendiri? Al-Asymawi mengatakan kemuliaan dan kesucian politik adalah kehendak Tuhan sendiri, tapi manusialah yang merusak tujuan mulia tersebut.  Hal ini pula yang diyakini Mahatma Gandhi  bahwa penyebab kemerosotan kualitas kehidupan dalam kehidupan manusia adalah politik tanpa prinsip, pendidikan tanpa karakter, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Oleh karena itu, sebuah kecelakaan sejarah jika kalangan intelektual terbuai dengan kepentingan semu lalu mengabaikan prinsip kebenaran, abai pada kemashlahatan. Mengapa dianggap sebagai kecelakaan sejarah? Didasarkan pada dua hal: Pertama, warisan intelektual adalah warisan kenabian. Alasan itu, menjadi tak dibenarkan jika kalangan terdidik atau intelektual mampu tergoda oleh rayuan popularitas dan kepentingan semu, sebab keberadaan intelektual dalam kehidupan tak ubahnya obor ditengah kegelapan yang memberi setitik cahaya terang bagi dirinya dan orang lain.  Seperti ungkapan Albert Camus salah satu peraih Nobel dari Perancis bahwa sosok intelektual sejati adalah orang yang pikirannya menjaga pikirannya sendiri.

Kedua, intelektual dan ilmuan keberadaannya bukan ia yang mencari popularitas atau kekuasaan tapi kekuasaanlah yang mendekatinya. Dalam lintas seduran sejarah  Nabi Sulaiman  misalnya, bisa mendapatkan kekuasaan, hidup dengan kekayaan melimpah karena ia menjaga “intelektualismenya” dalam membangun ummatnya kala itu.

Logika terbalik dari semua itu bahwa orang yang mengemis jabatan dan meng-gadaikan intelektual dan prinsipnya ia tak akan bisa survive (bertahan) lama, sebab nasibnya selalu ditentukan ia berpihak dan membela siapa. Jika yang ia bela dan perjuangkan sudah tak berkuasa atau tak punya power, saat itu pula ia tak punya nyali bahkan dicatat dalam sejarah manusia sebagai “penjilat”.

Alhasil intelektual yang konsisten berjuang menyuarakan keadilan, tak goyah dengan rayuan “murahan” jabatan, atau berharap diberi jabatan. Seorang intelektual harus tetap memperjuangkan kebenaran. Biarlah sejarah manusia yang membuktikannya sebagai pejuang. Kebenaran akan selalu diksaksikan oleh nurani manusia, seperti kata Rumi mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran dari pada indra penglihatan.

Share:

0 comments:

Post a Comment

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

BERBUAT BAIKLAH SESUNGUHNYA UNTUK DIRI KITA

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PENDIKAN BANTEN SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Silakan Klik Kerja sama Publikasi

MOTO KAMI


Cermat Cerdas Tepat Dalam Informasi Menjadi Media Inpendent Berita Tanpa Intervensi

Unsur Pimpinan DPR RI 2024 2029

Ucapan Selamat Pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang

Ucapan Selamat Pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang

PT KONTAK MEDIA PERSADA GROUP KLIK

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Aku Tahu Apa Yang Kau Suka ?

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

Hidup Untuk Saling Melindungi Bukan Saling Melukai

BUMN PEDULI BANGSA

BUMN PEDULI BANGSA

Penawaran Kerja Sama

TV KONTAK BANTEN

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

KEMENTRIAN SEKRETARIS NEGARA

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

Hari Amal Bhakti ke 78 Bakti Untuk Negeri

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI

FORUM UNIVERSITAS TRISAKTI
Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab._ Najwa Shihab

SILAKAN PASANG IKLAN KLIK

IBU KOTA NUSANTARA

IBU KOTA NUSANTARA

KONTAK MEDIA GROUP

BACA BERITA BIKIN PAS DI HATI YA DI SINI !!

INFO CPNS DAN PPPK 2025 KLIK

PESAN MAKANAN ENGAK RIBET

MOTO KAMI


BERBUAT BAIK TERHADAP SESAMA SESUNGGUHNYA UNTUK KEBAIKAN DIRI KITA

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM

INFO DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) RI

KEMENTRIAN BUMN

KEMENTRIAN BUMN

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

SELAMAT HARI ADIYAKSA KE 62

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

Jadikan Kritik Masyarakat Sebagai INTROPEKSI

ENERGI KOLOBORASI

ENERGI KOLOBORASI

Bergerak TAK TERBATAS

Bergerak TAK TERBATAS

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

KELUARGA BESAR KEJAKSAAN RI

SENYUM ADALAH IBADAH

SENYUM ADALAH IBADAH

SELAMAT DAN SUKSES

SELAMAT DAN SUKSES

Bergerak Tumbuh Bersama

Bergerak Tumbuh Bersama

SELALU BERBUAT UNTUK BANGSA

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

AWAS BAHAYA LATEN KORUPSI

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Kata Motifasi Koran Kontak Banten

Mau Kirim Tulisan Artikel Klik aja

MOTO KAMI


Sekecil APAPUN Yang Anda Perbuat Akan Menjadikan Cermin Kami untuk Maju

BARCODE INFO KERJA KLIK

Silakan Pesan Buku Catatan Kehidupan Ali

Berita Populer

INFO KPK

INFO KEJAKSAAN RI

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

Bergerak Kita Bangkit untuk Indonesia

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BERIKAN SENYUM UNTUK MU INDONESIA

BANGKIT LEBIH KUAT

BANGKIT LEBIH KUAT

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

AYO SELAMATKAN BUMI KITA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

PRAJA MUDA JIWA MUDA

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

Hati Nurani Tidak Ada Dalam Buku Tapi Ada di Hati

BERGERAK DAN BERGERAK

Seputar Parlemen

INFO KPK JAKARTA

INFO ICW NASIONAL KLIK

Salam Damai Untuk Indonesia

Layanan Kota Tangerang Selatan BPHTB

Kementrian

Susunan Redaksi

Kementrian PU

Support