Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut bahwa Teheran tidak dapat kembali berdiplomasi dengan AS. Pasalnya, Iran menilai AS meusak upaya perundingan untuk mengakhiri perang.
“AS menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati hukum internasional. Mereka hanya memahami bahasa ancaman dan kekerasan,” kata Araghchi seperti dilansir dari The Time of Israel
Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga mengutuk serangan AS terhadap situs nuklir Minggu sore. Ia menyatakan operasi tersebut bukti bahwa Amerika adalah “faktor utama di balik tindakan permusuhan rezim Zionis terhadap Republik Islam Iran.”
Araghchi mengatakan dalam sebuah pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam bahwa ia akan melakukan perjalanan ke Moskow pada sore hari untuk mengadakan “konsultasi serius dengan presiden Rusia (Vladimir Putin).”
Moskow pada hari Minggu memimpin serangkaian kecaman dari sekutu dan proksi Iran. Pemerintah Rusia menuduh Washington sengaja memperkeru kawasan yang sedang bergejolak.
Rusia mengatakan tindakan AS merupakan, “serangan yang tidak bertanggung jawab”. Serangan itu merusak Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir dan merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
“Sudah jelas bahwa eskalasi yang berbahaya telah dimulai, yang penuh dengan perusakan lebih lanjut terhadap keamanan regional dan global,” kata kementerian luar negeri Rusia. “Risiko konflik yang menyebar di Timur Tengah, yang sudah dicengkeram oleh berbagai krisis, telah meningkat secara signifikan.”
Rusia menuntut tanggapan atas serangan itu dari Dewan Keamanan PBB, yang kemudian mengatakan akan bertemu untuk membahas masalah itu pada hari Minggu atas permintaan Teheran.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali menawarkan untuk menjadi penengah antara AS dan Iran.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, menegaskan bahwa sikap Donald Trump hanya akan memperkuat Republik Islam dengan mengonsolidasikan masyarakat di sekitar Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei. “Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian,” ujar Medvedev.
“Rezim politik Iran telah dipertahankan, dan sangat mungkin telah menjadi lebih kuat,” prediksi Medvedev. “Orang-orang berkonsolidasi di sekitar kepemimpinan spiritual, bahkan mereka yang tidak bersimpati dengannya.”
Ia mengklaim bahwa infrastruktur nuklir Iran tampaknya tidak terpengaruh oleh serangan AS. “Pengayaan material nuklir dan, sekarang kita dapat mengatakannya secara langsung, produksi senjata nuklir di masa depan akan terus berlanjut,” tulisnya di X.
Di sisi lain, Tiongkok yang juga memiliki hubungan yang tegang dengan AS, turut mengutuk serangan tersebut. Pemerintah Tiongkok menyeut serangan AS akan “meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.” Beijing menyerukan “semua pihak yang berkonflik, terutama Israel, untuk menghentikan tembakan sesegera mungkin,” kata kementerian luarnegeri.
Iran sendiri menyiapkan untuk menutup Selat Hormuz, pintu masuk ke Teluk tempat hampir seperempat minyak yang dikirim ke seluruh dunia melewati perairan sempit yang dibagi Iran dengan Oman dan Uni Emirat Arab.
Press TV Iran mengatakan penutupan selat tersebut akan memerlukan persetujuan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, sebuah badan yang dipimpin oleh orang yang ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Upaya untuk menghentikan pasokan minyak Teluk dengan menutup selat tersebut dapat menyebabkan harga minyak dunia meroket, menggagalkan ekonomi dunia, dan hampir pasti akan mengundang konflik dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang besar, yang bermarkas di Teluk dan bertugas untuk menjaganya tetap terbuka.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, meminta Tiongkok untuk mendorong Iran agar tidak menutup selat tersebut.
“Saya mendorong pemerintah Tiongkok di Beijing untuk menghubungi mereka tentang hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio, yang juga menjabat sebagai penasihat keamanan nasional.Jika mereka melakukan itu, itu akan menjadi kesalahan besar lainnya. Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi mereka jika mereka melakukannya. Dan kita memiliki pilihan untuk mengatasinya, tetapi negara-negara lain juga harus mempertimbangkannya. Itu akan merugikan ekonomi negara lain jauh lebih parah daripada ekonomi kita.”
0 comments:
Post a Comment