TAHERAN KONTAK BANTEN - Ribuan warga Iran memadati Lapangan Enghelab, jantung kota Teheran, dalam sebuah pawai kemenangan besar-besaran pada Selasa, 24 Juni 2025, sebagai bentuk dukungan terhadap angkatan bersenjata Iran yang tengah menghadapi agresi militer Israel.
Laki-laki, perempuan, hingga anak-anak dari berbagai kalangan tumpah ruah ke jalan membawa bendera nasional, potret Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Ali Khamenei, serta gambar para martir. Mereka menyerukan dukungan bagi tentara Iran yang mereka anggap sebagai garda terdepan dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Pawai ini berlangsung hanya beberapa jam setelah diberlakukannya gencatan senjata menyusul gelombang serangan udara Israel yang paling mematikan sejak awal konflik dua pekan lalu.
Sepanjang demonstrasi, warga meneriakkan slogan anti-Israel dan anti-Amerika. Teriakan seperti “Matilah Amerika,” “Matilah Israel pembunuh anak-anak,” serta “Tidak ada kompromi, tidak ada penyerahan diri, lawan Amerika” menggema di antara massa.
Berbagai spanduk dan plakat juga dibawa para peserta. Beberapa bertuliskan, “Kami berdiri sampai akhir,” “Amerika adalah mitra dalam semua kejahatan Israel,” “Tidak untuk perdamaian yang dipaksakan, ya untuk perdamaian abadi,” dan “Labbaik Ya Khamenei.”
Dalam orasi dan nyanyian kolektif, warga menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Angkatan Darat, pasukan Basij, dan kepolisian atas keteguhan dan pengorbanan mereka di garis depan.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Iran Mohammad Reza Zafarqandi mengungkapkan bahwa korban jiwa akibat serangan Israel terus bertambah. Dalam keterangan resminya pada hari yang sama, ia mengatakan bahwa 606 warga Iran telah menjadi martir sejak awal agresi pada 13 Juni lalu.
Menurutnya, hanya dalam 24 jam terakhir sebelum gencatan senjata diberlakukan pada Selasa pagi, sebanyak 107 orang tewas dan 1.342 lainnya terluka dalam gelombang serangan paling brutal yang dilakukan militer Israel.
“Kementerian Kesehatan terpaksa mengevakuasi tiga rumah sakit yang berisiko selama dua pekan terakhir untuk menyelamatkan nyawa pasien,” ungkap Zafarqandi.
Ia juga menyebut bahwa sekitar 95% korban tewas akibat tertimbun reruntuhan bangunan, sementara sisanya meninggal setelah sempat mendapatkan perawatan med
0 comments:
Post a Comment