Sesuatu yang sangat penting bagi
Muslim, sehingga ia bisa dibedakan dari muslim yang lainnya adalah
berkaitan dengan kepribadian. Kepribadian yang baik hanya dapat
terbentuk dari hati yang sehat serta kebersihan perilakunya. Hal ini
sangat menolong kita semua kelak di hari akhir, sebagaimana firman
Allah
SWT dalam QS. Asu Syu’araa’ ayat 88-89:
Artinya: (yaitu)
Pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna (88)
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (89)
Bahkan, iman seseorang bisa pula
tidak lurus kecuali hanya jika bermuara dari hati yang sehat dan
perilaku yang bersih. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah SAW
bahwa, “iman seorang hamba itu tidak akan lurus sebelum hatinya lurus.”
Dalam hadist yang lain juga disebutkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ لْجَسَدُ
كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: “Sesungguhnya
di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka semua tubuh akan
baik; jika ia rusak, maka rusaklah semua tubuhnya. Ketahuilah bahwa
segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Muslim)
Dari ketiga dalil yang disampaikan di
atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hati merupakan pusat kedamaian
manusia. Ia menjadi sumber kebaikan tatkala manusia itu berusaha
melaksanakan amal kebaikan. Dengan kesehatan dan kebersihan yang
bersemayam di dalam diri, pembawaan perilaku seseorang menjadi lurus.
Sikapnya santun, perkataannya lemah lembut, hatinya memancarkan kasih
sayang, hidupnya bersahaja, ucapannya mengandung kejujuran, kepentingan
umum ditempatkan di atas kepentingan pribadi, serta memiliki rasa empati
terhadap orang lain. Hal-hal tersebut meniscayakan pahala yang
berlimpah ruah.
Bukan hanya pahala, kembali ke awal, pada kenyataannya hati juga yang membentuk satu kepribadian yang “asyik dan bergairah”. Apa itu kepribadian yang asyik dan bergairah?
Kepribadian yang asyik dan bergairah
adalah kepribadian yang mendatangkan banyak orang disekeliling kita
bukan untuk tunduk pada perintah atau otoritas yang kita punya. Bukan
juga kepribadian yang menebarkan ketakutan atau ancaman pada
sekelilingnya. Tetapi, kepribadian ini ialah kepribadian yang memiliki
banyak teman dalam lingkaran kebaikan.
Kepribadian yang membuat setiap
orang merasa dirinya tenang-menenangkan dan senang-menyenangkan.
Kepribadian yang mengangkat hati dan martabat orang lain. Kepribadian
yang memiliki ghirah atau
semangat membantu yang lemah. Sederhananya, kepribadian ini merupakan
kepribadian yang memancarkan nilai ketuhanan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang.
Bayangkan, ketika kepribadian yang
asyik dan bergairah itu ada padamu membuat dan menjadikan hatimu lurus,
perilakumu bersih, pikiranmu jernih, pembawaanmu tenang, perkataanmu
menyenangkan, dan hidupmu manfaat bagi orang lain, maka sudah barang
tentu membuat dirimu berada di antara orang-orang baik.
Maka tugas kita untuk dapat menjadikan pribadi ini menjadi pribadi Muslim yang asyik dan bergairah adalah dengan pertama-tama,
meyakini bahwa kita sebagai makhluk yang lemah, sehingga membutuhkan
satu konsep “refleksi dan proyeksi” yang berlandaskan asas spiritual.
Sederhananya, refleksi berarti mampu menilai kadar lebih dan kurangnya
diri, sedangkan proyeksi ialah upaya perbaikan diri dengan berkaca pada
proses refleksi. Hal ini sangat penting, terlebih dilingkungan Fisipol
UGM untuk menumbuhkan sikap sadar dan mawas diri.
Kedua, perlulah kiranya kita membentuk suatu inner circle yang
di dalamnya terdapat orang-orang yang saling menasihati dan mengajak
pada kebaikan, serta mengadakan perdamaian. Dan ingatlah tatkala Allah
SWT berfirman dalam QS. An Nisa ayat 114:
Artinya: ”Tidak
ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
Tentu saja, ayat di atas merupakan
peringatan bagi orang-orang yang senang menabur kebencian dan berita
gembira bagi penyeru kebenaran. Dalam hal ini, kritik seolah menjadi
tameng. Tentu saja, sebagai mahasiswa Fisipol, menjadi kritis dan
menyampaikan kritik adalah salah satu manifestasi atas pembelajaran
akademik dibangku perkuliahan. Namun sayangnya, dalam perkuliah jarang
sekali membahas tentang etika dan moral, dalam Islam diajarkan tentang
adab. Maka, kiranya perlu lah bagi kita untuk mempelajari adab. Dan adab
dapat terbentuk, salah satunya, melalui inner cirlce yang berisikan orang-orang yang saling menasihati dalam kebaikan.
Terakhir, dengan menanamkan semangat spiritualitas dan emansipasi yang hendak dibawa oleh kepribadian Muslim. Kita bisa mengatakan, “jika belajar itu adalah ibadah, maka berprestasi adalah dakwah”.
Dari kalimat tersebut, ada satu semangat spiritualitas di mana ketika
kita mengabdikan waktu untuk mencari ilmu pengetahuan, orientasi yang
dituju semata bukan untuk kepuasan diri sendiri, melainkan untuk
mengharap ridha Allah SWT. Kemudian, ukuran berhasil atau tidaknya
belajar kita dapat diukur melalui prestasi, entah dengan bentuknya yang
beragam itu.
Dengan ketiga langkah untuk meraih
kepribadian yang asyik dan bergairah ini, orang lain takkan gentar
mendekatimu untuk sekedar bercanda, bersenda gurau, dan meminta
pertolonganmu. Orang lain akan menaruh rasa hormat dan segan atas
keteguhan nurani bersihmu. Beda halnya ketika pribadimu berlaku keras,
kerap berbuat zalim, dan hanya bisa berkata tanpa pernah berbuat. Orang
akan malas mendekati, punya teman seadanya, dan hanya itu-itu saja,
terlebih tak mendapat pahala dan ridha dari Allah SWT.
Maka, sebagai Muslim, jadikanlah
kepribadianmu sebagaimana “asyik dan bergairah” itu. Kepribadian yang
mendatangkan rasa gembira dan sukacita pada orang banyak. Kepribadian
yang menolak rasa takut dari manusia bermental tiran. Kelak, masa depan
Islam dan dunia yang bahagia itu bergantung pada sikap pengasih dan
penyayang kita saat ini.
Mari kita semua, secara bersama-sama, membentuk kepribadian Muslim yang asyik dan bergairah bersama kami,
Wassalamu’alaykum wr.wb.
Mohammad Ridha
FISOPOL UGM
0 comments:
Post a Comment