Santri merupakan gelar, disematkan pada seorang yang menjalani kehidupan dipondok pesantren. Seorang yang identik dengan peci, sarung dan pakaian lusuh ala kadarnya (asal syar’an wa adatan). Santri merupakan sosok yang sangat mengenal dirinya sendiri, hal ini dibuktikan dengan rutinitasnya di pesantren, dimana memanajemen diri merupakan hal yang sangat wajar.
Sebelum melangkah lebih jauh mengenai mengenal diri sendiri dengan menjadi santri, kita bahas dulu santri itu apa?
Santri merupakan elemen dasar adanya pondok pesantren, dikenal sebagai seorang yang berjibaku memahami redaksi kitab kuning karya ulama salaf, santri sangat erat dengan kitab-kitab dan pena. Dalam menjalani keseharian santri sangatlah sederhana, kamar-kamar kecil jauh dari kata mewah menjadi tempat mereka dalam menempuh pendidikan.
Seorang dapat mengenal diri sendiri dengan menjadi santri, hal ini tak lepas karena di pondok pesantren santri menjalani beberapa hal yang menjadikan mereka mandiri, berwawasan luas dan akhirnya membentuk karakter mereka. Hal-hal ini dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Mandiri
Seorang santri dipondok pesantren dituntut menjadi seorang yang mandiri,
mengharuskan mereka bisa memanajemen dirinya sendiri. Di mulai dengan
memikirkan cara mengalokasikan keperluan secara cermat, membagi waktunya
selama 1×24 jam seefisien dan semaksimal mungkin, mengurus barang bawaan sendiri dan lainnya.
Menjadi santri mengharuskan kita mengalokasikan keperluan
secara cermat, hal ini sangat wajar mengingat santri masih mengandalkan
uang saku bulanan kiriman orang tua. Santri harus pintar berhitung agar
nantinya perputaran uang bisa mencukupi sampai diakhir bulan (sebelum
dikirim lagi).
Santri juga harus bisa mengalokasikan waktu, agar nantinya dapat
memaksimalkan program yang telah pesantren tetapkan. Menjaga dan
mengurus barang bawaannya sendiri, santri dilatih untuk open pada barang-barangnya agar tidak hilang dan mengharuskan mereka membeli yang baru.
2. Wawasan yang luas
Suasana atau keadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan tentunya
mengajarkan banyak hal, tak sebatas pengetahuan ilmu agama, pesantren
juga mengajarkan hal-hal mendasar dimasyarakat, seperti sosial dan
pengalaman lapangan.Dalam hal sosial pesantren mengharuskan santri sadar pada santri
lainnya, dikarenakan santri menghadapi berbagai macam lapisan karakter
dengan status sosial yang berbeda-beda. Secara tidak sadar mengajarkan
santri pentingnya bersyukur dan respect santri lainnya. Hal ini
tak lain karena banyaknya santri yang tersebar di berbagai wilayah
berkumpul dalam satu naungan yang sama, dengan strata sosial yang
berbeda-beda.
Pesantren mengumpulkan berbagai macam suku dan budaya melalui santrinya, dimana santri yang tinggal di pesantren akan mengetahui bahasa dan budaya dari wilayah lain, menambah bekal wawasan mereka akan keberagaman yang mereka temui selama dipesantren. Mengetahui bahasa atau adat istiadat wilayah lainnya yang notabene bahkan masih satu darah setanah air.
“Seseorang yang mengetahui bahasa suatu kaum, maka ia
selamat dari tipu daya”. Merupakan suatu kemanfaatan yang didapatkan
dengan mengetahui bahasa masyarakat atau suku lainnya. Pesantren juga
menyediakan pengabdian sebagai santri ndalem. Santri ndalem mempunyai
andil besar dalam pengembangan karakter dan keilmuan santri, dimana
santri yang berkhidmah akan mendapatkan ilmu ekonomi, sosial, peternakan
dan lainnya.
3. Terbentuknya karakter
Menjalani kehidupan dipesantren sangat berdampak pada pendidikan
karakter santri, seperti memulai membiasakan diri hidup mandiri, serta
mengoptimalkan waktu. Adalah sedikit contoh pengembangan dalam
pendidikan karakter selama dipesantren.Santri yang sampai menyelesaikan pendidikan dipesantren, dalam
bermasyarakat akan menjadi orang yang tangguh, teguh pendirian,
berakhlakul karimah atau beretika, dan bertanggungjawab pada tugas yang
diamanahkan.
Terakhir santri akan mengetahui identitas jati dirinya, dengan keberhasilan melalui berbagai rintangan yang datang silih berganti selama masa nyantrinya. Sekian.
0 comments:
Post a Comment