SERANG, (KB).-Di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua Tim Pemenangan Internal PDI
Perjuangan untuk pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur (Cagub
dan Cawagub) Banten nomor urut 2 Rano-Embay, Mayjen TNI (Pur) Tubagus
Hasanudin selalu menyempatkan waktu untuk beranjangsana mengunjungi
sejumlah kiai dan ulama yang ada di Banten. Tb-sapaan akrab Tubagus
Hasanudin-juga acap menziarahi makam para tokoh panutan untuk mengambil
pelajaran dari kehidupan dan pengabdian para pendahulu. Sayangnya, Tb.
Hasanudin memilih irit bicara soal kunjungan itu dengan alasan
menghindari riya. TB memang diketahui kerap melakukan kunjungan itu
diam-diam. Diakui Tubagus Hasanudin, sejak kecil dia tumbuh dan
berkembang dalam kultur religius yang kuat. Hal inilah yang membentuk
kepribadiannya hari ini yang selalu menempatkan kiai dan ulama sebagai
sosok sentral yang harus selalu dihormati."Sulit bagi saya meninggalkan segala yang pernah ditanamkan sejak
kecil dalam hidup saya. Ulama dan kiai menjadi sangat penting hadir di
tengah-tengah kita sebagai sumber pengetahuan. Jangan lupa, salah satu
musibah besar bagi umat Islam itu adalah wafatnya seorang ulama," ujar
Tb. Hasanudin. Ia yang kini aktif sebagai fungsionaris PDI Perjuangan
juga dipercaya sebagai Ketua Tim Pemenangan Internal PDI Perjuangan
untuk pemenangan pasangan Rano-Embay di Pilkada 2017. Ia bergabung ke
PDI Perjuangan karena terinspirasi oleh semangat juang Bung Karno. "Bung
Karno adalah seorang religius yang mengawali pengendapan
gagasan-gagasan besarnya sebagai seorang muslim. Islam adalah inspirasi
utama bagi Bung Karno. Itu pula yang membuat saya bergabung bersama PDI
Perjuangan. Tidak ada tempat bagi mereka yang anti Tuhan dan anti Agama
di PDI Perjuangan," ucap Tb. Hasanudin.
Akhlaqul karimah
Akhlaqul karimah
Sementara itu, masih di kesempatan yang sama saat dikonfirmasi soal
pernyataan Wahidin Halim yang menyebut adanya ancaman kebangkitan PKI
dalam Pilkada Banten, Tb. Hasanudin menolak berkomentar. Ia hanya
berujar, ”Calon pemimpin itu otaknya tak boleh dangkal. Calon pemimpin
itu emosinya tidak boleh labil. Calon pemimpin itu pikirannya harus
waras. Calon pemimpin tak semestinya gemar berbohong." Tb tak
menjelaskan lebih lanjut kepada siapa pernyataan itu ditujukan. Ia hanya
menekankan seorang calon pemimpin yang gemar menyebar hoax atau kabar
palsu tak ubahnya dengan penabur fitnah. Tb. Hasanudin yang sejak lama
dikenal sebagai jenderal antikomunis kemudian mengingatkan kembali TAP
MPRS RI dan peraturan perundangan yang melarang penyebaran ajaran
komunis di Indonesia karena bertentangan dengan Pancasila. Karena itu,
ia berpendapat mereka yang menyebarkan paham komunis bisa dipidanakan.Namun Tb juga mengajak semua pihak belajar dari era tahun 70-an. Pada
masa itu isu kebangkitan komunis justru muncul dan sengaja disuarakan
oleh penganut komunis sendiri untuk melakukan semacam uji penerimaan di
tengah masyarakat. "Yang bilang komunis mau bangkit lagi biasanya justru
dilontarkan oleh mereka yang diam-diam berpaham komunis dan gemar
menghalalkan segala cara untuk merebut kekuasaan," tuturnya. Tb.
Hasanudin kembali berpesan dan mengingatkan bahwa akhlaqul karimah
mestinya tidak berhenti sebagai jargon semata. Akhlaqul karimah
sepatutnya tercermin dalam sikap, pikiran, perilaku, dan kata-kata.
"Rakyat Banten sudah pada pintar. Jangan sebut rakyat Banten bodoh. Itu
arogan namanya dan menyakiti hati rakyat," tutur Tb. Hasanudin.
0 comments:
Post a Comment