Segala puji bagi Alloh yang telah
menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Salam dan sholawat semoga
selalu tercurah kepada seutama-utama pendidik, Rosululloh Muhammad,
keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya dengan baik hingga hari
kiamat.Kehidupan ini penuh dengan tantangan dan
kesulitan. Ia bukanlah tempat hunian yang penuh bertaburkan bunga dan
bukan pula “bulan madu”(1) seperti yang banyak digambarkan dan
dibayangkan oleh kebanyakan wanita. Akan tetapi, seorang wanita harus
memahami bahwa dirinya mau tidak mau harus mengemban tanggung jawab dan
pengorbanan berat yang bagi seorang muslimah hal ini dianggap sebagai
bentuk manisnya iman.Jika wanita muslimah mengetahui hal
tersebut, tentu dia akan mampu menghadapi kehidupan ini, mengendalikan
kecenderungan nafsu, menahan bisikan-bisikan setan, tidak tunduk kepada
syahwatnya, serta lapang dada dan tabah menghadapi kesulitan-kesulitan
hidup. Dia tidak menampakkan kejenuhan dan kebosanan terhadap suami
(khususnya), atau terhadap orang lain, atau bahkan terhadap orang yang
paling dekat dengannya, ayah ibunya. Dia akan menampakkan diri sebagai
orang yang sabar dan ridho terhadap taqdir Alloh.
Teladan Ketabahan Ummu Sulaim
Seorang muslimah harus memiliki kesabaran
yang tinggi. Contoh paling baik dalam hal ini adalah keteguhan Ummu
Sulaim di hadapan suaminya tatkala anaknya meninggal dunia. Disebabkan
ketinggian sifatnya ini, Rosululloh melihatnya berada di dalam surga.Disebutkan dalam sebuah riwayat, pada
saat anaknya meninggal dunia, Ummu Sulaim berkata kepada semua anggota
keluarganya: “Janganlah kalian mengabarkan kepada Abu Tholhah tentang
kematian anaknya sehingga aku sendiri yang mengabarkannya.” Tatkala Abu
Tholhah pulang ke rumah, Ummu Sulaim menyajikan makan malam, lalu dia
berhias diri lebih baik dari biasanya. Abu Tholhah pun ingin
menggaulinya.Setelah dilihatnya Abu Tholhah memperoleh
kepuasan, Ummu Sulaim berkata: “Wahai Abu Tholhah, bagaimana pendapatmu
andaikata ada segolongan orang meminjamkan suatu pinjaman kepada suatu
keluarga lalu mereka mengambil barang pinjamannya, apakah keluarga
tersebut boleh menghalanginya?”
Abu Tholhah menjawab: “Tidak.” Ummu Sulaim berkata: “Maka carilah keridhoan Alloh dengan kematian anakmu!” (HR. Muslim)
Bandingkan antara tindakan Ummu Sulaim
ini dengan para wanita yang mondar-mandir di ambang pintu, menunggu
kedatangan suaminya untuk mengadukan berbagai keluh kesah dan kepedihan.
Kepedihan dan kesulitan hidup sedahsyat
apapun yang dihadapi oleh seorang istri, ia harus menghadapinya dengan
penuh perjuangan. Penderitaan saat mengandung, melahirkan, dan berbagai
kesulitan lain dalam hidup yang dihadapi istri—yang menghendaki keutuhan
rumah tangganya—harus dipikul tanpa keluhan dan kegundahan. Jika hal
ini dilakukan, rumah tangga akan terjaga dari cacat dan kelemahan yang
disebabkan oleh kesulitan hidup dan minimnya kesabaran.
Dengan kesabaran tanpa disertai
kecemasan, hidup akan terasa manis dan jiwa menjadi terkontrol. Dengan
ketabahan wanita dalam menghadapi tantangan, cinta kasih akan tetap
subur.
Bukti Kesabaran Seorang Istri
Kehidupan yang telah kita jalani selama
ini memberikan banyak pengalaman tentang tantangan dan kesulitan di
tengah kehidupan rumah tangga. Kesulitan-kesulitan tersebut sangat
memungkinkan untuk dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Hal
ini pula yang harus banyak dipelajari oleh para wanita. Sayangnya,
banyak di antara mereka belajar dari pengalaman yang tidak berguna.
Sungguh baik perkataan Abu Darda’ kepada
istrinya: “Jika engkau melihatku sedang marah maka buatlah aku ridho dan
jika aku melihatmu sedang marah maka aku akan membuatmu menjadi ridho.
Jika tidak, kita tidak akan menyatu.” Inilah pengaruh bimbingan
al-Qur’an, sebagaimana firman Alloh (artinya):
… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imron [3]: 134)
Di antara gambaran hikmah dan kesabaran
wanita, ia tidak boleh meminta cerai kepada suaminya. Dari Tsaubah , dia
berkata: Rosululloh bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلَاقًا مِنْ غَيْرِ بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ.
“Wanita mana saja yang meminta talak kepada suaminya tanpa alasan, haram baginya aroma surga.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi sedangkan beliau menghasankannya)
Wanita Kehilangan Jati Dirinya
Kemajuan teknologi di bidang informasi
saat ini sudah menyeruak sedemikian rupa sehingga media masa elektronik
maupun cetak bisa sampai ke masyarakat sampai ke pelosok desa dan telah
banyak mengotori fithroh wanita sebagai sosok manusia yang lekat dengan
suami, rumah, dan anak. Sebagai akibatnya wanita tidak lagi betah
tinggal di rumah untuk melayani suami, mengurus anak, dan rumah
tangganya. Mereka berbondong-bondong keluar memadati jalan-jalan,
perkantoran, pertokoan, tempat-tempat yang tidak layak untuk perempuan —
seperti di pabrik-pabrik, di proyek-proyek, di bengkel-bengkel; bahkan
tak sedikit wanita yang bekerja sebagai sopir angkot maupun bus yang
sangat berisiko baginya.
Mereka rela menyerahkan suami dan anaknya
kepada pembantu atau orang tuanya yang dulu sudah capai mengurusnya.
Namun, disebabkan orang tuanya dulu melakukan hal yang serupa, anaknya
pun kini melakukan hal yang sama kepadanya. ‘Iyadzan billah.
Kondisi seperti ini dapat dengan mudah
kita temui, baik di desa maupun kota. Memang sangat memprihatinkan,
kebanyakan mereka tidak memahami apa arti hidup, untuk apa dia hidup,
dan hendak ke mana setelah dia hidup?
Mereka tidak mengenal siapa yang
menciptakan dirinya, untuk apa dia diciptakan, dan kewajiban apa yang
harus ditunaikan kepada penciptanya.
Ada suatu kejadian, seorang muslimah
berkerudung dan bertitel sarjana pendidikan akan mendaftar sebagai
tenaga pengajar di sebuah lembaga pendidikan Islam. Saat diwawancarai
oleh panitia dan ditanya “di mana Alloh”, dia terdiam agak lama. Setelah
panitia mengulangi pertanyaannya, barulah dia menjawab bahwa Alloh itu
ada di hati. Panitia menegaskan lagi: “Berarti menurut Ibu, Alloh itu
banyak, karena ada di setiap hati manusia sedangkan manusia jumlahnya
banyak.” Dia menjawab: “Bukan begitu, kita meyakini bahwa Alloh itu
satu, tetapi Alloh itu dekat dengan kita.”
Yang sangat menarik dari kejadian
tersebut, seusai wawancara si ibu tersebut menemui salah satu panitia
puteri lalu dia menangis. Mengapa? Karena pertanyaan serupa sering
ditanyakan oleh anaknya saat mau tidur dan dia tidak bisa menjawab.
Semoga Alloh mengaruniakan hidayah kepada ibu tersebut ke dalam Islam di
atas pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Mungkin bagi sebagian muslimah—bahkan
kebanyakan orang—masalah ini(2) tidak dianggap penting. Padahal masalah
ini adalah masalah fundamental yang harus diketahui oleh setiap muslim.
Mereka mungkin hanya tahu bahwa tuhannya adalah Alloh, agamanya Islam,
dan nabinya adalah Nabi Muhammad . Namun pengetahuannya hanya sebatas
itu, tanpa mengetahui makna, rukun, syarat maupun
konsekuensi-konsekuensinya (yang tidak mungkin dibahas di sini).
Barangkali secara sepintas orang
mengatakan bahwa jawaban ibu itu benar, tetapi ternyata jawaban tersebut
bertentangan dengan dalil yang menetapkan bahwa Alloh itu bersemayam di
atas Arsy. Jawaban ibu tersebut mencerminkan betapa minimnya
pengetahuan agama para wanita muslimah—terlebih lagi masyarakat
kita—sampai-sampai tentang hal yang sangat mendasar sekalipun tidak
mereka ketahui sementara gelar sarjana sudah mereka sandang.
Oleh karena itu, wahai saudariku —
khususnya para istri muslimah, pelajarilah agama kalian dengan
sungguh-sungguh dan bersabarlah dalam menuntut ilmunya, setelah itu
amalkan dan bersabarlah pula dalam mengamalkannya, karena setan—musuhmu
yang nyata, baik dari kalangan jin maupun manusia—tidak akan
membiarkanmu berada dalam kebaikan. Berdo’alah selalu kepada Alloh dalam
menunaikan amanah agamamu, serta amanah suami dan anak-anakmu.
Saudariku tercinta, carilah pahala dari Alloh!
Agar anda merasakan kebahagiaan rumah
tangga, hendaknya anda ketahui bahwa ganjaran dan pahala menanti anda
atas ketaatan kepada suami serta hubungan baik anda dengannya. Sungguh
benar sabda Rosululloh :
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ
خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا
قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ.
“Jika seorang wanita sholat lima
waktu, berpuasa sebulan penuh, menjaga kemaluannya, dan taat pada
suaminya, maka akan dikatakan padanya: ‘Masuklah dari pintu surga mana
saja yang engkau inginkan.’” (HR. Ahmad dan dihasankan oleh al-Albani dan lainnya)
Beliau juga bersabda: “Maukah kalian
aku kabari tentang wanita (istri) kalian di surga?” Mereka berkata:
“Mau, wahai Rosululloh.” Beliau berkata: “Setiap wanita yang pencinta
dan subur, jika ia marah atau dikasari atau dimarahi oleh suaminya ia
berkata: ‘Ini adalah tanganku di tanganmu, aku tidak akan bercelak atau
memakai celak sampai engkau ridho.’” (HR. Daruquthni dan Thobroni)
Aduhai, betapa indah ketabahan dan
kesabaran seorang istri yang disebutkan oleh Rosululloh. Betapa tulusnya
permintaan maaf yang ia ucapkan kepada suaminya tercinta. Sungguh hal
itu tidaklah timbul melainkan dari sikap ketabahan dan kesabaran yang
tinggi pada seorang istri. Dan sekali lagi, ini adalah gambaran betapa
indahnya harapan seorang wanita di sisi suaminya, yang mana dalam segala
keadaan ia hanya berharap keridhoan suaminya untuk mendapatkan
keridhoan Robbnya demi surga-Nya.
Ada hal yang sangat penting untuk kita
ingat, apapun yang anda lakukan tergantung pada niat anda. Tatkala anda
berbuat baik kepada suami, melakukan hubungan baik dengannya, dan taat
kepadanya sebagai bentuk ketaatan kepada Alloh , niscaya anda telah
melakukan hal tersebut. Jika anda berniat tatkala mendidik anak lantaran
ingin menyiapkan pemuda sholih dan generasi mu’min niscaya anda telah
melakukan hal itu. Begitu pula makan, minum, dan tidur anda jika
disertai dengan niat taqwa kepada Alloh niscaya anda telah melakukan hal
itu.
Dengan demikian, hidup anda akan berubah
menjadi kemenangan, pahala, dan keuntungan. Itu pun masih ditambah lagi
dengan bagian yang akan anda peroleh di akhirat. Tanpa diragukan lagi,
hal ini akan menanamkan kebahagiaan, ketenteraman jiwa, dan ketenangan
hati. Nabi bersabda:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذٰلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ
إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَمَنْ هَمَّ
بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً
كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ
سَيِّئَةً وَاحِدَةً.
“Sesungguhnya Alloh telah menetapkan
kebaikan dan keburukan lalu menjelaskannya dalam kitabnya. Maka, barang
siapa yang menginginkan kebaikan dan belum melakukannya niscaya Alloh
menuliskan baginya satu kebaikan, jika ia menginginkan kebaikan dan
melakukannya niscaya Alloh menulis untuknya sepuluh kebaikan sampai
tujuh ratus lipat sampai dengan kelipatan yang banyak. Barang siapa yang
menginginkan satu keburukan lalu ia tidak melakukannya maka Alloh
mencatat baginya satu kebaikan, dan jika ia menginginkan satu keburukan
dan melakukannya niscaya Alloh mencatat baginya satu keburukan.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Senantiasa bermunajatlah kepada Alloh!
Saudariku istri muslimah, janganlah
kehidupan dunia membuat kalian lalai dari mengingat Alloh. Ketahuilah,
dunia ini — sebagaimana yang dikatakan Ali bin Abi Tholib : “Halalnya
adalah perhitungan dan haramnya adalah neraka.”
Sabda Rosululloh (artinya):
“Barang siapa yang menjadikan dunia
sebagai tujuan utamanya maka Alloh akan membuat perkaranya berantakan
dan menjadikan kemiskinan di depan kedua matanya serta tidaklah datang
dunia kecuali yang telah ditentukan kepadanya. Dan barang siapa yang
menjadikan akhirat sebagai niatnya maka Alloh akan mengumpulkan
perkaranya dan dijadikan kaya di dalam hatinya dan dunia akan datang
dengan sendirinya.” (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih)
Wahai saudariku kaum muslimat, ada
baiknya bila kita senantiasa mengingat empat hal yang diwasiatkan oleh
Imam Ahmad kepada umat ini, agar ketabahan senantiasa menjadi perisai
dan kesabaran senantiasa menjadi sinar yang menerangi. Beliau pernah
bertutur: “Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka
tenteramlah jiwaku. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dilakukan orang
lain, maka aku pun disibukkannya. Aku tahu bahwa kematian akan datang
tiba-tiba, maka aku segera menyiapkannya. Dan aku tahu bahwa diriku
tidak akan lepas dari pantauan Alloh, maka aku akan merasa malu
kepada-Nya.”3
Jagalah hubungan kalian dengan Alloh,
niscaya kalian akan mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan
ketenteraman jiwa. Alloh berfirman:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ro’du [13]: 28)
Di antara penyebab senang dan gembira
adalah berdzikir kepada Alloh. Sebaliknya, berpaling dari dzikir kepada
Alloh serta dari ketaatan dan bersyukur kepada-Nya akan melahirkan
kesengsaraan dan kesempitan di dunia dan di akhirat. Alloh berfirman:
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS. Thoha [20]: 124)
Saudariku istri muslimah, agar diri kalian bisa dekat dengan Alloh, lakukanlah hal-hal berikut ini dengan penuh kesabaran:
· Jagalah sholat lima waktu pada waktunya.
· Bersungguh-sungguhlah melakukan sholat sunnah.
· Perbanyaklah dzikir kepada Alloh dan sholawat kepada Rosululloh.
· Perbanyaklah do’a dan pujian, tunduk dan beristighfarlah kepada Alloh.
· Senantiasa membaca al-Qur’an.
· Komitmen dalam melakukan kewajiban dan menjauhi hal-hal yang haram.
· Jagalah hijab yang syar’i.
· Sucikan rumah anda dari kemungkaran serta alat-alat yang sia-sia dan tak berguna.
Saudariku istri muslimah, kalian tidak
bisa melakukan semua itu tanpa taufiq dan rohmat dari Alloh. Oleh sebab
itu, mohonlah taufiq dan rohmat kepada-Nya serta bersabarlah dalam
menunaikannya.
———————————————————————————–
note:
1“Bulan madu” bukan istilah yang baik
menurut syari’at Islam. Ia sekedar gambaran bagaimana pasutri terlelap
dalam menikmati hari-harinya yang cenderung hanya memperhatikan kepuasan
nafsu duniawi semata, lalai dari hakikat pernikahan yang sebenarnya.
Maka waspadalah dari mengikuti kebiasaan orang non Islam. (red)
2 Yakni tentang pertanyaan: “Di mana Alloh?”
3 Manaqib al-Imam Ahmad, Ibnul Jauzi, cet. Maktabah al-Ha
0 comments:
Post a Comment