Sekarang-sekarang
ini banyak terjadi konflik di mana-mana, dari masalah kriminal biasa, ,
sampai dengan masalah yang bermuatan politis. Hingga memicu perang
antar kelompok, antar suku yang intinya perang saudara. Banyak
saudara-saudara kita sesama muslim yang tidak bersalah menjadi korban.
Namun saya tidak ingin membahas hal tersebut, saya hanya ingin mengajak
ikhwanul muslimin khususnya yang ada di Indonesia untuk melihat hal ini
dari segi Aqidah Islam. Semoga dengan pembahasan ini ukhuwah Islamiyah
kita akan selalu terjalin dalam persaudaraan, saling mengasihi dan
menyayangi.
Tentunya kita semua tahu bahwa sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara. Tapi pernahkah kita menyadari hal ini dengan Iman kita dan mata hati kita?
Salah satu pesan penting dalam ajaran agama Islam adalah agar setiap muslilm berbuat baik dan mengasihi satu sama lain. Banyak hadits Nabi SAW yang menekankan hal tersebu. Beberapa di antaranya dapa kita perhatikan di bawah ini. Tetapi sebelumnya marilah kita perhatikan ayat Al-Qur'an yang menyirati hal tersebut:
Tentunya kita semua tahu bahwa sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara. Tapi pernahkah kita menyadari hal ini dengan Iman kita dan mata hati kita?
Salah satu pesan penting dalam ajaran agama Islam adalah agar setiap muslilm berbuat baik dan mengasihi satu sama lain. Banyak hadits Nabi SAW yang menekankan hal tersebu. Beberapa di antaranya dapa kita perhatikan di bawah ini. Tetapi sebelumnya marilah kita perhatikan ayat Al-Qur'an yang menyirati hal tersebut:
وَاخْفِضْ جَنَا حَكَ لِلْمُؤْ مِنِيْنَ
"...Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman."(Al Hijr: ayat 88)
Melalui ayat ini, Allah SWT memerintahkan setiap muslim untuk bersikap rendah hati di antara saudara-saudaranya yang se-Iman, berbuat baik terhadap mereka, dan kata lembut, agar saling mengasihi dan menyayangi, sebagaimana akhlaq Nabi Muhammad SAW dan para sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in (semoga Allah meridhai mereka) yang di sebutkan Allah SWT dalam QS Al-Fath ayat 29, yang artinya, "Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang (yakni para sahabat) yang bersamanya bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan saling mengasihi di antara mereka."
Melalui ayat ini, Allah SWT memerintahkan setiap muslim untuk bersikap rendah hati di antara saudara-saudaranya yang se-Iman, berbuat baik terhadap mereka, dan kata lembut, agar saling mengasihi dan menyayangi, sebagaimana akhlaq Nabi Muhammad SAW dan para sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in (semoga Allah meridhai mereka) yang di sebutkan Allah SWT dalam QS Al-Fath ayat 29, yang artinya, "Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang (yakni para sahabat) yang bersamanya bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan saling mengasihi di antara mereka."
Berikut kita simak hadits-hadits yang memesankan kepada kita untuk benar-benar memerhatikan hal tersebut.
عَنْ
أَبِيْ مُوْسَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَلَ:قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:اَلْمُؤْ مِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَاْلبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُه بَعْضًا، وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari
Abu Musa RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang mukmin
dengan seorang mukmin lainnya laksana bangunan yang saling menguatkan
sebagian atas sebagian yang lain,’ seraya beliau memperagakan dengan
menyusupkan jari-jemarinya,”(Muttafaq ‘alaih)
(Hadits
ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam Kitab Adab, Bab Keutamaan Saling
Menolong di Antara Orang-orang Beriman, Adapun Muslim meriwayatkannya
dalam kitab Kebaikan dan Hubungan, Bab Saling Mengasihi Kaum Mukminin
dan Bersikap Lembut.)
Demikianlah
perumpamaan Rasulullah SAW bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
sebuah bangunan tidak akan sempurna dan tidak akan bermanfaat jika
elemen-elemennya tidak saling melengkapi. Pasir membutuhkan semen,
camppuran semen dan pasir membutuhkan air, Dan agar fondasi kuat, di
butuhkan batu. Sedang besi di butuhkan sebagai penyangga bangunan.
Al-Imam Quthb Al-Irsyad Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata dalam kitabnya Al-Hikam:
مَثَلُ
اْلأُ خُوَّةِ فِيْ اللهِ مِثْلُ شَجَرَة، تُسْقَى، بِمَاءِ التَّزَاوُرِ
وَتُثْمِرُ التَّعَاوُنَ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى، فَإِذَا لَمْ تُسْقَ
الشَّجَرَةُ يَبِسَتْ، وَإِذَا لَمْ تُثْمِرْ قَطَعَتْ
“Perumpamaan
persaudaraan atas nama Allah laksana pohon. Disiram dengan air saling
berkunjung, dan berbuah saling menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.
Jika tidak disirami, pohon akan gersang. Dan bila tidak berbuah akan
ditebang.”
عَنِ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي
تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَا طُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدَ، إِذَا
اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ تَدَا عَى لَهُ سَاِئرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَى (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
"Dari
Nu'man bin Basyir RA, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda,'Perumpamaan
orang-orang beriman dalam saling mencintai, mengasihi, dan berbuat
lembut, laksana tubuh. Jika bagian anggota tubuh yang satu sakit,
seluruh bagian tubuh lainnya akan merasakannya, (sehingga) tidak bisa
tidur dan demam."(Muttafaq 'alaih)
(Al-Bukhari
menghimpun hadits ini pada Kitab Adab, Bab Mengasihi Manusia dan Hewan
Ternak. Sedangkan Muslim menghimpunnya dalam kitab dan bab yang sama
dengan hadits pertama.)
Senada
dengan hadits yang pertama, hadits ini mengumpamakan hubungan
orang-orang beriman laksana tubuh manusia. Ketika dalam masyarakat
muslim tumbuh rasa kasih sayang, kecintaan, dan solidaritas kebersamaan,
akan muncul persaan yang sama saat suka maupun duka.
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا أَّنَ رَسُوْ لَ الله ُصَلَى الله
ُعَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَيَظْلِمُهُ
وَلاَ يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِيْ حَا جَةِ أَخِيْهِ كَانَ الله ُفِيْ
حَا جَتِهِ، وَ مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْ بَةً فَرَجَ اللهُ عَنْهُ
بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَا مَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا
سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari
Ibnu Umar RA, di sebutkan bahwanya Rasulullah SAW bersabda, “Seorang
muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzhaliminya dan juga
tidak acuh tak acuh terhadapnya. Barang siapa memenuhi kebutuhan
saudaranya, Allah memenuhi kebutuhannya. Barang siapa melapangkan
saudaranya dari kesusahan, kelak Allah akan melapangkannya dari suatu
kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa menutup aib saudaranya, kelak
Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.”(Muttafaq ‘alaih)
(Hadits
ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam Kitab Perbuatan Zhalilm, Bab Muslim
tidak Menzhalimi Muslim Lainnya dan tidak Acuh tak acuh Terhadapnya, dan
Kitab Perbuatan yang di Benci, Bab Sumpah Seseorang kepada Rekannya
bahwa Ia adalah Saudaranya. Adapun Muslim meriwayatkannya dalam kitab
Kebaikan dan Hubungan, Bab Pengharaman Berbuat Zhalim.)
Mengenai persaudaraan sesama muslim, Al-Habib Ali bib Muhammad Al-Habsyi berkata:
مُظَاهَرَةُ اْلإِ خْوَانِ أَمْرٌ مُقَرَّرٌعَلَيْهِ يَدُ وْرُ الشَّأْنُ فَا سْتَوْ صِ بِا لْخِلِّ
Saling menolong sesama teman adalah keharusan. Padanya berpusat segala urusan, maka saling berwasiatlah kepada teman.
Makhluk
Allah adalah tanggungan Allah, maka memudahkan kesulitan makhluk Allah,
menutupi kekurangannya, dan berbuat baik kepadanya, sesungguhnya di
sukai Allah. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik kepada mereka
yang menjadi tanggunga-Nya. Islam memperhatikan hak-hak masyarakatnya
dan menyerukan solidaritas kemasyarakatan dalam setiap realitas
kehidupan sosial, baik materiil maupun moril.
وَعَنْ
أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُ كُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا
يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Dari
Anas RA, dari Nabi SAW, Beliau bersabda, ‘Tidaklah beriman salah
seorang di antara kalian hingga ia mencitai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri,”
(Hadits
ini di susun Al-Bukhari dalam Kitab Iman, Bab Di Antara Bagian Iman
Hendaknya Mencintai Saudaranya...(dan seterusnya). Adapun Muslim
menempatkan hadits ini dalam Kitab Iman, Bab Bukti Keimanan adalah
Mencintai Saudaranya.)
Salah
satu aspek kesempurnaan Iman seseorang adalah mencintai saudaranya
seperti ia mencintai dirinya, dan benci bila suatu keburukan menimpa
saudaranya seperti ia membenci keburukan itu menimpa dirinya. Maksud
kecintaan dalam hadits ini bukan sekedar mencintai dari hati ke hati,
melainkan juga kecintaan yang berkaitan dengan kebaikan dalam pergaulan,
itsar (mengutamakan saudara dengan memberi tanpa mengharap sesuatu),
dan berkorban.
Demikianlah
yang terpancar dari hubungan kalangan Anshar dan Muhajirin yang di
abadikan Allah SWT dalam Al-Hasyr ayat 9: "....mereka (orang-orang
Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka, mereka tidak
menaruh keinginan dalam hati mereka atas apa yang mereka berikan kepada
mereka (orang-orang Muahajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka juga
memerlukan..."
Allahumma allif baynana kama allafta baynal-Anshar wal-muhajirin..
(Ya Allah, satukanlah kami sebagaimana Engkau persatukan Anshar dan Muhajirin). Aamin







0 comments:
Post a Comment