SERANG, (KB).- Bupati Pandeglang Irna Narulita
meminta Gubernur Banten Wahidin Halim mengawal proyek strategis nasional
yang akan dibangun di Banten, khususnya di Kabupaten Pandeglang.
Sebanyak 5 dari 12 proyek strategis nasional ada di Pandeglang, seperti
Tol Serang-Panimbang dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.
Menurut Irna, kondisi ekonomi masyarakat di daerahnya akan terbantu jika
proyek nasional terwujud di Pandeglang. Selain itu, Pandeglang bisa
mengejar ketertinggalan dengan daerah lain. “Jadi kami ingin tahu
progresnya, sejauh mana dan masukan beliau seperti apa. Di Banten kan
ada 12 proyek nasional, limanya berada di wilayah Pandeglang,” kata
Irna, seusai bertemu dengan WH, di Ruang Kerjanya, di Pendopo Gubernur
Banten, KP3B, Kota Serang, Jumat (19/5/2017).
Lima proyek nasional di Pandeglang yakni KEK Tanjung Lesung, Jalan
Tol Serang-Panimbang, Bandara Banten Selatan, aktivasi rel Kereta Api
Rangkasbitung-Labuan dan pembangunan gardu induk listrik.
Dari lima proyek tersebut, dua proyek yang berpotensi terwujud dalam waktu dekat yaitu Tol Serang-Panimbang dan aktivasi rel Kereta Api Rangkasbitung-Labuan. “Aktivasi rel kereta api itu yang dinilai paling memungkinkan untuk segera terwujud karena sesuai izin gubernur dulu ke dirjen perkeretaapian sudah dimulai. Tapi tadi ada arahan dari gubernur karena beliau ingin tetap bisa dikawal seluruhnya, mudah-mudahan bisa bersinergi dan kami nunggu arahan,” tuturnya.
Dari lima proyek tersebut, dua proyek yang berpotensi terwujud dalam waktu dekat yaitu Tol Serang-Panimbang dan aktivasi rel Kereta Api Rangkasbitung-Labuan. “Aktivasi rel kereta api itu yang dinilai paling memungkinkan untuk segera terwujud karena sesuai izin gubernur dulu ke dirjen perkeretaapian sudah dimulai. Tapi tadi ada arahan dari gubernur karena beliau ingin tetap bisa dikawal seluruhnya, mudah-mudahan bisa bersinergi dan kami nunggu arahan,” tuturnya.
Pada pertemuan tersebut, Irna juga meminta WH mengawal proyek Bandara
Bansel. Soalnya, setelah dipindahkan lokasi rencana pembangunannya,
proyek itu hingga kini belum menunjukkan progres yang signifikan.
“Kemarin kan karena tidak adanya ketersediaan lahan dan izinnya sudah
habis dalam lima tahun, maka proyek bandara waktu itu terancam dicoret.
Tapi alhamdulillah saya upayakan supaya itu tidak sampai dicoret.
Setelah berkoordinasi, Kementerian Kehutanan memberikan solusi dengan
memberikan lahan milik Perhutani untuk pembangunan bandara,” ujarnya.
Sementara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Banten, Hudaya Latuconsina mengatakan, lahan yang nantinya akan dipakai
untuk lokasi pembangunan Bandara Banten Selatan merupakan milik
Perhutani. “Berdasarkan surat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan setidaknya Pemprov mempunyai dua opsi untuk lahan tersebut,
pertama pinjam pakai dan kedua ruilslag (tukar guling). Kita harus
pastikan lahannya, kita juga akan minta Pemkab Pandeglang untuk bisa
mengidentifikasi itu,” tutur Hudaya.
Menurutnya, yang menjadi persoalan adalah Penlok yang tidak
ditindaklanjuti oleh Kementerian Perhubungan karena masih direview.
“Sekarang masalah lahan jadi pertimbangan utama, karena lahan di daerah
Panimbang sudah mahal. Maka dari itu penawaran kementerian memberi opsi
seperti ini,” katanya. Selain itu, Perda Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) hingga kini belum ditandatangani.
“Misalkan tata ruang kehutanan yang akan digunakan untuk bandara, dari mana penggantiannya itu harus sudah dijawab juga.
“Misalkan tata ruang kehutanan yang akan digunakan untuk bandara, dari mana penggantiannya itu harus sudah dijawab juga.
Kebetulan yang digunakan hutan produksi jadi tidak ada masalah, itu
milik Perhutani tinggal hitung-hitungan saja. Bahkan Pak Gub juga
mendukung itu,” ujarnya. Menurutnya, Kemenhub memastikan pembangunan
Bandara Bansel sudah dimulai 2018. “Berdasarkan hasil pertemuan dengan
Bu Irna, Pak Gub minggu depan minta ada rakor untuk itu. Jadi Senin
besok kita rapat dulu untuk siapkan bahan dasarnya, saya juga akan
kroscek dokumen penting bagi proyek ini,” ucapnya.
0 comments:
Post a Comment