INDUSTRI baja di Kota Cilegon terus berkembang. Hal itu dibuktikan
dengan bermunculannya pabrik baja di kawasan industri di Kota bertajuk
Kota Industri, Perdagangan dan Jasa Terdepan itu.
Kali ini pabrik baja PT Krakatau Osaka Steel (KOS) perusahaan patungan Osaka Steel Co Ltd (80 persen) dan PT Krakatau Steel meresmikan pabrik yang berlokasi di Kota Cilegon berkapasitas 500.000 ton per tahun produk baja tulangan, baja profil, dan flat bar.
Kali ini pabrik baja PT Krakatau Osaka Steel (KOS) perusahaan patungan Osaka Steel Co Ltd (80 persen) dan PT Krakatau Steel meresmikan pabrik yang berlokasi di Kota Cilegon berkapasitas 500.000 ton per tahun produk baja tulangan, baja profil, dan flat bar.
“Baja tulangan, baja profil dan flat bar banyak dipergunakan untuk
pekerjaan struktur sipil di sektor konstruksi dan infrastruktur,” kata
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Mas Wigranto Roes
Setyadi pada acara peresmian, Kamis (20/7/2017). Ikut hadir dalam acara
tersebut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Gubernur Banten
Wahidin Halim, Wali Kota Cilegon Tb. Iman Ariyadi, serta beberapa tamu
undangan lainnya.
PT KOS memulai pembangunan pabriknya di kawasan industri Krakatau
Cilegon pada Maret 2015 serta menyelesaikan pekerjaannya pada Desember
2016, serta 25 Januari 2017 pabrik ini mulai beroperasi secara
komersial. Seluruh produk KOS meliputi baja tulangan, baja profil, baja C
(Channel) sudah mendapatkan sertifikasi dari SNI, serta sudah memenuhi
standar internasional untuk ukuran, panjang, ketebalan, dan kelurusan.
PT KOS akan memasok produk baja profil berkualitas tinggi untuk memenuhi
kebutuhan menara transmisi listrik, dan struktur baja lainnya.
Untuk pembangunan jalan tol dan perkeretaapian, PT KOS memproduksi
dan merekomendasikan penggunaan baja tulangan 550 yang dapat
meningkatkan kemampuan dan menghemat masa konstruksi. Produk ini
merupakan tulangan yang sangat tebal berdiameter 50 mm. Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto pada kesempatan tersebut berharap,
hadirnya industri baja di Indonesia dapat meningkatkan kontribusi sektor
industri terhadap PDB yang ditargetkan terus meningkat dari 18,2 persen
tahun 2016 menjadi 30 persen tahun 2035.
Hal itu sejalan dengan pertumbuhan industri non migas dan manufaktur
yang tahun 2017 diharapkan memberikan kontribusi 5,5 dan 18,7 persen
terhadap PDB. Ia menuturkan, Kementerian Perindustrian memiliki enam
kebijakan industri nasional yang meliputi pemberdayaan SDM di sektor
industri melalui pendidikan vokasi. Penguatan struktur industri melalui
optimalisasi rantai nilai, insentif bagi industri berbasis tenaga kerja
dan berorientasi ekspor, pengembangan industri kecil menengah berbasis
digital, pengembangan industri berbasis sumber daya alam.
Pengembangan zona industri di luar Jawa Airlangga juga mengatakan
perlunya memperkuat industri baja sebagai tulang punggung kegiatan
sektor industri lainnya. Seperti permesinan, suku cadang, otomotif,
maritim, dan elektronik. Juga untuk komponen utama sektor manufaktur
seperti bangunan jalan, jembatan, telekomunikasi, dan lainnya.
Airlangga mengatakan, anggaran pemerintah untuk infrastruktur naik di
atas 80 persen untuk tahun depan mencapai Rp 387,3 triliun, sehingga
dapat mendorong industri baja. Menurut dia, permintaan baja (crude
steel) mencapai 14 juta ton, Indonesia masih mengimpor 8 juta ton karena
industri baja domestik baru dapat memproduksi 6 juta ton. Diharapkan
kapasitas produksi baja dapat mencapai 12,9 juta ton tahun 2020 dan
menjadi 26,1 juta ton tahun 2025.
0 comments:
Post a Comment