Berdasarkan data statistik yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), saat ini tercatat satu milyar populasi dunia hidup miskin
mutlak. Mereka bahkan tidak dapat makan secara proporsional sekali dalam
sehari. Selain itu, tercatat sekitar empat milyar orang hidup relatif
miskin karena krisis pangan, rendahnya kebersihan, serta fasilitas dan
infrastruktur yang tidak memadai.
Tanggal 17 Oktober ditetapkan oleh PBB
sebagai Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia. Selain untuk menggalang
perhatian masyarakat dunia terhadap masalah ini, penetapan hari itu
diharapkan dapat merealisasikan langkah kongkret dalam memberantas
kemiskinan.
PBB membagi tiga definisi kemiskinan. Kemiskinan potensial, kemiskinan relatif, dan kemiskinan mutlak. Kemiskinan potensial, ada beberapa faktor diantaranya kekurangan pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, serta pendidikan dan pembinaan. Jenis kemiskinan seperti ini dapat disebut dengan keterbelakangan sosial yang oleh PBB dimasukkan dalam kategori kemiskinan.
PBB membagi tiga definisi kemiskinan. Kemiskinan potensial, kemiskinan relatif, dan kemiskinan mutlak. Kemiskinan potensial, ada beberapa faktor diantaranya kekurangan pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, serta pendidikan dan pembinaan. Jenis kemiskinan seperti ini dapat disebut dengan keterbelakangan sosial yang oleh PBB dimasukkan dalam kategori kemiskinan.
Adapun
kemiskinan relatif, adalah kemiskinan yang menurut PBB disebabkan
faktor pendapatan rata-rata di sebuah negara. Orang yang memiliki
pendapatan lebih rendah dari pendapatan rata-rata negara, maka dia
tergolong miskin relatif. Kategori ketiga dari definisi kemiskinan oleh
PBB adalah kemiskinan mutlak, yaitu orang yang berpendapatan kurang dari
dua dolar Amerika perhari.
Dari
data statistik PBB, saat ini tercatat satu milyar populasi dunia hidup
di garis kemiskinan mutlak. Mereka bahkan tidak dapat makan secara
proporsional sekali dalam sehari. Selain itu, tercatat sekitar empat
milyar orang hidup relatif miskin karena krisis pangan, rendahnya
kebersihan, serta fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai.
Keluarga-keluarga
miskin, menghadapi berbagai kesulitan termasuk di antaranya tidak mampu
menjaga dan merawat anak-anak mereka, serta dalam menyediakan pangan,
keamanan, dan pendidikan. Keluarga miskin adalah pihak yang merasakan
dampak paling besar dalam krisis ekonomi dan sosial di setiap negara.
Dimensi
tragedi kemiskinan dan kelaparan saat ini sudah mencapai pada titik
yang memprihatinkan dan setiap detiknya satu anak meninggal dunia karena
gizi buruk. Sementara di sisi lain, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB
(FAO) menyatakan kekhawatirannya atas kenaikan harga pangan dan
diperkirakan kenaikan harga tersebut akan semakin memperluas kemiskinan
di dunia.
Jumlah
orang miskin tidak terbatas hanya di Tanduk Afrika. Krisis ekonomi dalam
beberapa tahun terakhir juga menunjukkan dampaknya di Amerika Serikat.
Data statistik di Amerika menunjukkan, jumlah warga miskin di negara ini
telah melampaui angka 46 juta orang. Angka tersebut merupakan yang
tertinggi dalam 17 tahun terakhir. Disebutkan bahwa jumlah orang miskin
dari golongan kulit hitam di Amerika Serikat meningkat lebih cepat
dibanding golongan lainnya. Saat ini jumlah mereka telah mencapai lebih
dari 27 persen.
Di
Amerika Serikat, 10 persen populasi negara ini menguasai sekitar 70
persen kekayaan negara dan 20 persen warga Amerika mengantongi separuh
dari total gaji di negara ini. Sementara itu, jutaan warga Amerika hidup
di garis kemiskinan, menganggur, dan tidak terjangkau layanan jasa
kesehatan maupun sosial. Penurunan gaji, tumpukan utang keluarga kepada
bank, kekhawatiran menjadi penganggur, dan krisis ekonomi, merupakan
kendala yang dihadapi warga Amerika Serikat saat ini.
Pada
bulan September 2017, dan dimulainya millenium ketiga, Majelis Umum PBB
telah meratifikasi sebuah program yang ditandatangani para pemimpin 147
negara. Program tersebut terfokus pada delapan acuan global dalam
memberantas kemiskinan. Sejak tahun 2000, telah digelar berbagai sidang
yang memfokuskan masalah pemberantasan kemiskinan dan kelaparan.
Persoalan
diatas saya menyebutnya KEMISKINAN SISTEMIK, yaitu kemiskinan yang
dibuat secara sistematis dan terstruktural, sengaja dirancang sedemikian
rupa agar masyarakat dunia dimiskinkan sebanyak-banyaknya dengan tujuan
menjadikan segelentir manusia kaya menjadi “tuhan” yang lainnya
pengemis.
Kemiskinan
menyebabkan manusia akan melakukan apapun guna memenuhi kebutuhannya,
sehingga nilai-nilai kemanusiaan seorang manusia tidak akan terekspos.
Jika ini terjadi, maka terciptalah “manusia baru” yaitu manusia berhati
bengis.
“manusia
baru” akan membuat kerusakan di muka bumi, menindas dan berbuat
semena-mena. Sementara kita semua mengetahui bahwa pencipta “manusia
baru” tidak lain dan tidak bukan adalah KAPITALISME yang sebentar lagi
pasti akan runtuh dan hancur.
0 comments:
Post a Comment