JAKARTA, -Presiden Joko Widodo bercerita tentang salah satu proyek
infrastruktur transportasi di masa lalu yang sekadar jadi ground breaking
saja, namun realisasinya tidak kunjung tercapai. Dia mengaku tidak
menginginkan hal seperti itu terus terjadi karena seperti dibohongi.
Jokowi mengemukakannya ketika memberikan sambutan acara Rembuk
Nasional 2017 di JIExpo Kemayoran, Senin, 23 Oktober 2017, malam. Dalam
acara tersebut, Kepala Negara mendapatkan sejumlah rekomendasi di
berbagai bidang pemerintahan sebagai hasil pembahasan para peserta
Rembuk Nasional 2017.
Dalam sambutannya itu, Jokowi bercerita mengenai pengerjaan proyek
infrastruktur yang harus terus diawasi. Bila hanya bekerja di dalam
kantor saja, katanya, proyek infrastruktur akan lama terealisasi.
Bahkan, bisa hanya sekadar seremonial berupa ground breaking saja.
Dia menyebutkan salah satu contoh proyek pengerjaan jalur kereta api yang sudah ground breaking
sebanyak tiga kali, namun tidak kunjung rampung. Dia tidak menyebutkan
secara spesifik lokasi proyek jalur kereta api itu. Namun demikian, dia
mengatakan, ground breaking selama tiga kali tanpa ada kemajuan hasil serasa seperti dibohongi.
"Udah ground breaking tiga kali. Dibohongi. Saya tidak mau dibohongi," katanya.
Jokowi menambahkan, dirinya kemudian memberikan arahan kepada
Kementerian Perhubungan agar menyelesaikan proyek jalur kereta api itu.
Jokowi memberikan arahan, akan datang ke lokasi proyek bila pengerjaan
jalur sudah rampung minimal sepanjang 7 kilometer. Dan ternyata, ketika
Jokowi mengecek lagi pengerjaan jalur kereta api, sudah rampung lebih
dari target pribadinya, yakni 12 kilometer.
"Ini negara besar. Tidak mungkin setelah ground breaking proyek, tidak datang ke lokasi lagi. Boleh nyoba saya. Satu proyek bisa saya datangi sampai delapan kali untuk pastikan ada progress," katanya.
Efek berantai pengawasan
Dalam setiap pengawasan ke lokasi proyek, ternyata ada pesan yang
ingin disampaikan oleh presiden. Pesan itu terkait efek berantai
pengawasan di lingkungan kementerian yang mengerjakan suatu proyek.
Jokowi mencontohkan, bila dirinya datang mengawasi ke lokasi proyek
sebanyak 2 kali, maka menteri yang bersangkutan akan datang ke lokasi
proyek sebanyak 4 kali. Pasalnya, sebelum presiden datang ke lokasi,
menteri yang bersangkutan pasti lebih dulu datang ke lokasi untuk
melakukan persiapan.
Hal itu juga bisa berdampak ke staf yang berada di level bawah
menteri, seperti dirjen. Bila menteri datang ke lokasi proyek 4 kali,
staf menteri selevel dirjen, katanya, bisa jadi akan turun ke lapangan
sampai 8 kali.
"Semua saya awasi betul. Saya datang ke satu tempat bisa sampai enam
kali. Kenapa begitu? Ya memang dalam manajemen kalau tidak ada kontrol,
tidak akan jadi," ujarnya.***
0 comments:
Post a Comment