JAKARTA – Pendaftaran calon anggota KPPS (kelompok penyelenggara
pemungutan suara) mulai Rabu (6/3). KPU menargetkan adanya regenerasi
besar-besaran KPPS pada pemilu kali ini. Sebab, pekerjaan yang harus dilakukan
lebih menantang bila dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.
Jumlah KPPS yang akan direkrut KPU tergolong banyak. Dengan jumlah
809.500 tempat pemungutan suara (TPS), dibutuhkan sekira 5,6 juta
anggota KPPS untuk melayani 190 juta pemilih di dalam negeri. Sebab,
satu TPS akan diisi tujuh anggota KPPS. Itu belum termasuk KPPS yang
akan direkrut untuk melayani dua juta pemilih di luar negeri.
Salah satu lompatan besar dalam perekrutan kali ini adalah syarat
usia anggota KPPS. Pada Pemilu 2014, anggota KPPS minimal harus berusia
25 tahun. Sementara itu, tahun ini persyaratan usia diturunkan menjadi
minimal 17 tahun. Dengan begitu, generasi milenial juga bisa
berpartisipasi dalam pemilu sebagai anggota KPPS.
Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi menuturkan, pihaknya tidak
secara khusus menargetkan kalangan mahasiswa dan milenial untuk menjadi
anggota KPPS. Yang penting bagi KPU adalah adanya regenerasi.
“Kami harapkan ada kombinasi antara KPPS yang sudah berpengalaman dengan yang baru-baru,” terangnya saat dihubungi Jawa Pos, kemarin.
Dengan kombinasi itu, ada beberapa keuntungan yang bisa diambil.
Pertama, para anggota KPPS yang baru bisa belajar melalui pengalaman
seniornya maupun lewat bimtek. Apalagi, KPU sedang mengupayakan anggaran
bimtek untuk empat orang KPPS per TPS. Anggaran yang tersedia saat ini
hanya cukup untuk bimtek dua orang per TPS.
Selain itu, kehadiran KPPS muda diharapkan mampu memutus mata rantai
kecurangan yang terjadi di TPS. “Selama ini kecurangan-kecurangan itu
banyak di tingkat KPPS,” lanjutnya.
Tahun ini, sebagian besar oknum yang dicurigai ataupun terbukti
curang itu sudah terkena aturan pembatasan masa jabatan dua periode.
Posisi mereka akan digantikan orang-orang baru yang diharapkan lebih
berintegritas.
Yang tidak kalah penting, jadi anggota KPPS bisa menjadi sarana
pendidikan politik yang baik. Dengan begitu, makin banyak masyarakat di
kawasan perkampungan, pedesaan, maupun kawasan padat penduduk di kota
yang paham tentang pemilu. Khususnya tentang pemungutan dan penghitungan
suara.
Meski demikian, Pramono mengisyaratkan bahwa perekrutan anggota KPPS
bukan hal yang mudah. Selain usia, ada syarat tidak partisan. Artinya,
calon tidak sedang terkait dengan peserta pemilu.
Selain itu, di saat bersamaan Bawaslu juga sedang merekrut 809.500
pengawas TPS. Kemudian, peserta pemilu juga merekrut saksi TPS. “Jadi,
di tingkat bawah itu riilnya kami sedang berebut (SDM) dengan mereka,”
tutur mantan ketua Bawaslu Provinsi Banten itu.
KPU, tutur Pramono, harus berhati-hati dalam merekrut penyelenggara
pemilu. Sebab, mereka adalah ujung tombak pemilu yang akan melayani hak
konstitusional rakyat Indonesia. Bila sampai ada manipulasi di TPS, ada
potensi terjadi manipulasi lanjutan di level atasnya. Koreksi yang
dilakukan tidak akan banyak membantu bila manipulasi terjadi secara
masif.
Terkait pelatihan, Pramono memastikan tidak hanya berupa bimtek. Ada
buku panduan yang diterbitkan khusus untuk KPPS. KPU kabupaten kota juga
sudah diperintahkan untuk membuat simulasi pemungutan dan penghitungan
suara secara rutin. “Jadi, KPPS langsung melakukan praktik simulasi
sehingga bisa menutupi kelemahan yang tidak mengikuti bimtek,”
tambahnya.
0 comments:
Post a Comment