JAKARTA- Ikatan Keluarga Besar (IKB) Universitas Indonesia mendatangi Gedung
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menemui dua pimpinan, Fadli Zon dan
Fahri Hamzah, terkait kecurangan Pemilu 2019.
Perwakilan alumni yang hadir sekitar lebih dari 20 orang itu
menyoroti banyaknya anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
(KPPS) yang meninggal dunia. Data terakhir yang dihimpun, korban
meninggal hingga 600 orang.
Juru Bicara IKB UI, Ahmad Nur Hidayat,
menilai peristiwa yang memakan korban jiwa itu terjadi karena proses
rekrutmen yang salah.
"Dalam proses rekrutmen seorang anak manusia warga negara Indonesia, itu menurut kami tidak tepat. Sudah bisa masuk dalam abuse of recruitment atau disebut slavery
modern atau perbudakan modern," kata Ahmad saat menyampaikan
pandangannya di Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta,
Selasa, 14 Mei 2019.
Ahmad menyampaikan, kerisauan mereka
terhadap kondisi saat ini dinilai sudah menjadi kekhawatiran
bersama. Kalangan terdidik atau ia sebutkan masyarakat intelektual
organik perlu bersuara. Oleh karena itu, wacana pemberontakan sosial
atau people power yang belakangan muncul baginya adalah hal yang wajar.
"Kami melihat arus bahwa ini gejolaknya luar biasa. Dan kalau
seandainya dari pejabat negara, wakil-wakil rakyat institusi pemerintah
bertindak status quo seperti ini, membiarkan tidak ada langkah konkret, maka kami takutkan people power terjadi," kata dia.
"Dan bisa jadi, UI, kami mempelopori people power manakala
kecurangan, penyimpangan, kebohongan, terus dipertontonkan di hadapan
masyarakat tanpa ada penyelesaian konkret dari aparat atau pejabat
negara yang berwenang," kata Ahmad.
Sementara itu, Djuju
Purwantoro selaku Koordinator Advokasi Hukum IKB UI mendesak agar
pemerintah mengungkap secara tuntas sebab akibat kematian massal petugas
pemilu.
Mereka juga meminta kepada DPR dan Bawaslu untuk
melakukan investigasi terhadap kecurangan-kecurangan proses Pemilu
2019. Menurut Djuju, selama prosesnya telah terjadi kecurangan yang
terstruktur, sistematis dan masif.
"Kami menyatakan kematian
massal anggota KPPS tersebut sebagai bencana nasional yang patut
mendapat perhatian serius pemerintah," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment