SERANG – Usai Lebaran, jumlah pendatang yang ingin mengadu nasib ke
luar daerah cukup tinggi. Pemicunya tak lain karena mereka yang datang
dari kampung ingin mendapatkan pekerjaan lebih baik.
Tak terkecuali di Provinsi Banten. Para pendatang yang datang ke
kabupaten kota di Banten jumlahnya meningkat. Ini bisa dilihat dari
tingginya permintaan surat keterangan domisili atau surat tanda penduduk
non-permanen. Surat ini wajib dimiliki pendatang sebagai syarat untuk
membuat kartu pencari kerja atau yang biasa disebut dengan kartu kuning.
Wilayah industri di Provinsi Banten keberadaannya tersebar di
Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon. Industri padat
karya mayoritas berdiri di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten
Serang. Sementara di Kota Cilegon, mayoritas berdiri pabrik yang padat
modal.
Di Kabupaten Tangerang, meski belum ada lonjakan permintaan pembuatan
surat keterangan domisili, tetapi permohonan pembuatan kartu kuning
meningkat.
Sekretaris Desa Talagasari, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Kosim mengatakan, saat ini belum ada lonjakan permintaan surat
keterangan domisili. “Mungkin nanti minggu depan mulai ada pelonjakan.
Rencanannya, minggu depan akan mulai pendataan kembali jumlah penduduk
untuk mengetahui jumlah pendatang,” tutupnya.
Terhitung sejak Senin (10/6), jumlah pencari kerja (pencaker) lebih
dari seribu. “Setiap hari padat. Per hari bisa mencapai sekira 300 lebih
pencaker yang buat dan perpanjangan masa berlaku kartu kuning untuk
melamar pekerjaan. Kalau hari-hari biasanya 70 sampai 150 pencaker,”
ujar Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tangerang Jarnaji, Kamis
(13/6).
Para pencaker didominasi lulusan SMA SMK sederajat. Untuk melayani
padatnya para pencaker, pihaknya menambah jumlah loket pelayanan. “Kami
menambah sekitar tiga loket pelayanan. Awalnya enam, kini ada sembilan
bahkan bisa ditambah lagi jika jumlah pencaker terus bertambah. Para
pencaker sudah padat mengantre sekira pukul 07.00 WIB,” tambah Plt
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang itu.
KARTU KUNING DIBATASI
Di Kota Cilegon, kesempatan para pendatang mencari pekerjaan lebih
ketat. Disnaker Kota Cilegon memberlakukan pembuatan kartu kuning hanya
untuk warga ber-KTP Cilegon saja. “Yang memohon kartu kuning adalah
warga yang sudah lama tinggal di Kota Cilegon karena telah memiliki
KTP,” kata Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Wawan Gunawan.
Kata dia, sejak empat hari ini sudah lebih dari 213 orang yang
memohon pembuatan kartu kuning untuk kepentingan melamar pekerjaan.
Menurutnya, saat ini belum banyak perusahaan di Kota Baja yang membuka
lowongan pekerjaan. “Sejauh ini perusahaan yang melapor membuka lowongan
kerja baru dua perusahaan, yaitu Rumah Sakit Kurnia dan Koperasi Rusa
Mas Suralaya. Jumlah lowongan pekerjaan yang dibuka hanya sedikit. Rumah
Sakit Kurnia sekira 10 orang, Koperasi Rusa Mas lima orang,” ujarnya.
Kata Wawan, perusahaan yang akan membuka lowongan kerja harus melapor
ke Disnaker terlebih dahulu, kemudian usai penerimaan harus kembali
melaporkan.
LONJAKAN DI LEBAK-PANDEGLANG
Lonjakan pembuatan kartu kuning terjadi di Kabupaten Lebak. Meski
bukan kawasan industri, tapi hingga Kamis (13/6) sebanyak 1.107 warga
telah mengajukan permohonan pembuatan kartu antar kerja (AK-1). Setiap
harinya ratusan calon pencari kerja tampak berbondong-bondong memadati
kantor Disnakertrans, pascalibur Idul Fitri 1440 Hijriah. Kartu ini
sebagai persyaratan pengantar dan kelengkapan ketika mereka melamar
kerja.
Jika sehari-hari kantor Disnakertrans, yang beralamat di Jalan
Siliwangi, didatangi belasan orang pembuat kartu kuning, dua hari
terakhir ini lima ratus orang lebih pencari kerja menjejali kantor
tersebut. Untuk memberikan pelayanan kepada para pencari kerja
Disnakertrans memasang tenda untuk menampung pemohon kartu kuning di
halaman parkir kantor setempat.
Kepala Disnakertrans Lebak Maman Suparman mengatakan, pencari kerja
ramai sejak Senin (10/6) atau pada hari pertama pelayanan umum dibuka
setelah libur Lebaran.
“Ya, hingga tadi siang (Kamis-red) sudah 1.107 orang calon pencaker
mengajukan surat permohonan kartu kuning. Hari pertama saja ada 302
pencaker. Kemungkinan jumlah tersebut akan terus bertambah. Rata-rata
per hari biasanya 250 orang mengajukan pembuatan kartu kuning pasca
Lebaran,” ungkap Maman, kemarin.
Menurut dia, faktor utama banyaknya pencari kerja setelah Lebaran
dikarenakan banyaknya lowongan di pabrik-pabrik yang bergerak di bidang
industri tekstil, sepatu dan kulit. “Laporan yang masuk umumnya mereka
mau bekerja di luar Lebak seperti Serang, Tangerang dan Jakarta,”
katanya.
Lonjakan serupa juga terjadi di Kabupaten Pandeglang. Tiga hari
terakhir tercatat daftar permohonan pembuatan kartu kuning mencapai 750
orang. Jumlah itu sangat signifikan jika dibandingkan dengan hari-hari
biasanya dengan jumlah per bulan rata-rata 800 pemohon. ” Pada hari
biasanya hanya rata-rata 60 sampai 100 pemohon setiap harinya. kini
mencapai 250 pemohon per hari,” kata Kepala Bidang Penempatan Tenaga
Kerja Disnakertrans Kabupaten Pandeglang Dadun Kohar ditemui di ruang
pelayanan, kemarin.
Dadun menjelaskan, melonjaknya jumlah pemohon KTPK selian karena
banyaknya potensi lowongan kerja (loker) setelah Lebarandari, juga
banyaknya lulusan SLTA tahun ini. “Jadi mayoritas pencaker ini usia
produktif. Kemukinan jumlahnya ke depan akan terus bertambah,” katanya.
Dadun memprediksi, jumlah pencaker pada tahun ini lebih banyak jika
dibandingkan tahun sebelumnya. “Soalnya jumlah pemohon pada bulan Juni
tahun lalu per harinya hanya 200 orang, bulan Juni tahun ini per harinya
mencapai diatas 250 orang. Jadi kemungkinan tahun ini pencaker akan
lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya.
Dadun berharap, pencaker asal Kabupaten Pandeglang agar bekerja pada
perusahaan di sejumlah daerah khususnya di luar daerah. “Pemohon ini
rata rata akan melamar pekerjaan di luar daerah. Seperti Serang,
Tangerang, dan Jakarta. Karena di kita minin lapangan pekerjaan,”
katanya.
Dadun menjelaskan, untuk mengurangi pengangguran di Kabupaten
Pandeglang instansinya sudah menjalin kerja sama dengan 14 perusahaan.
“Ada perusahaan yang bekerja sama dengan kita, sebanyak 14 perusahaan
yang sudah pembukaan loker pada busa kerja bulan lalu,” katanya.
Lulusan SMKN 9 Pandeglang Antawijaya mengaku bingung akan melamar
pekerjaan apa dan kemana, lantaran informasinya saat ini banyak
informasi adanya uang sogokan kalau mau bekerja di sejumlah perusahaan
besar. “Apa lagi katanya kalau tidak ada orang dalem di perusahaan
tertentu maka sulit diterima,” katanya.
DIDOMINASI PENDATANG
Lantaran banyaknya jumlah industri padat karya di wilayah Serang
Timur, keberadaan warga pendatang jumlahnya tak sedikit. Kepala Desa
Tambak, Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Jaenudin mengatakan,
wilayahnya menjadi salah satu kawasan industri. Oleh karena itu, tidak
heran jika banyak warga pendatang yang menetap di Desa Tambak. “Data
tahun 2018, itu ada 3.000 warga pendatang di Desa Tambak,” katanya.
Ribuan warga pendatang itu, kata dia, berasal dari berbagai daerah.
Paling banyak berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung,
dan Palembang. “Semuanya berstatus sebagai pekerja di beberapa
perusahaan,” ujarnya.
Saking banyaknya, ia mengaku kesulitan melakukan pendataan keberadaan
warga pendatang. Karena setiap warga pendatang tidak langsung melapor
ke ketua RT dan kepala desa. “Mereka (warga pendatang-red) itu lapor
kalau ada keperluan saja, seperti mau bikin rekening bank untuk
keperluan kerjanya, harusnya kan begitu datang langsung lapor ke kita,”
terangnya.
Pada bagian lain, di Kota Serang, para pendatang yang ingin mengadu
nasib pekerjaan mulai marak. Ketua RT01/02 Lingkungan Kemang, Kelurahan
Penancangan, Tb Ikhsan mengaku, baru mendapatkan empat laporan warga
yang datang ke kawasannya. “Habis Lebaran belum ada orang laporan
pindah domisili. Baru ada empat orang masuk,” katanya.
Empat orang yang datang tersebut semuanya pekerja pada industri yang
ada di Kota Serang. Mulai dari Bandung, Lampung, Ciamis, dan Tegal,
“Yang lapor ke saya cuma itu, mungkin yang enggak lapor banyak juga.
Padahal aturannya ya harus lapor. Jangan menetap, bertamu 1×24 jam saja
harus lapor,” cetusnya.
Dugaan Ikhsan bukan tanpa alasan. Sebab, di wilayahnya tercatat ada
20 lebih kontarakan yang dihuni pekerja yang bekerja di kawasan yang
tidak jauh dari Mall of Serang itu.
Menurutnya, satu kontrakan bisa terdiri dari tiga sampai delapan
kamar. “Tapi yang ngontrak jarang yang laporan ke RT. Padahal sudah
sering ditegur agar ada pendataan,” keluhnya. Informasinya, di kawasan
tersebut juga terdapat mes salah satu restoran yang berada di dalam mal.
Mes restauran tersebut dapat menampung lebih dari sepuluh orang.
“Harusnya yang punya mes itu jugq laporan untuk pendataan dan urusan
administrasi kependudukan,” kata Ikhsan. (
0 comments:
Post a Comment