Mengatur kemaslahatan umat merupakan tanggung jawab terbesar seorang
pemimpin. Kemakmuran atau kesengsaraan suatu masyarakat sangat
tergantung pada peran yang ia mainkan. Ketika seorang pemimpin berlaku
adil sesuai dengan petunjuk Syariat Islam maka masyarakat pun akan
sejahtera. Demikian sebaliknya, ketika pemimpin tersebut berlaku zalim
dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya maka rakyat pun akan
berujung pada kesengsaraan.
Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak, pemimpin yang adil akan
dijanjikan dengan berbagai macam keutamaan oleh Allah ta’ala. Sementara
pemimpin zalim dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya akan diancam
dengan berbagai macam ancaman. Di antara bentuk ancaman tersebut adalah
sebagai berikut:
- Menjadi Manusia yang Paling Dibenci oleh Allah Ta’ala
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى
اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari
kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang
pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan
paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.”
(HR. Tirmidzi)
- Allah Menelantarkannya pada Hari Kiamat dan Tidak Mengampuni Dosa-Dosanya
Sebuah riwayat dari Abu Hurairah radiyallahu anhu menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ
“Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari
kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan
membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka
disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah ): Orang tua yang
berzina, Penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim)
- Akan Dimasukkan ke Dalam Neraka serta Diharamkan Syurga Baginya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR.
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا
بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ :
يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya,
kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya
surge.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam lafadh yang lain disebutkan, ”Ialu ia mati dimana ketika matinya itu dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan surga baginya.”
Tentunya masih banyak riwayat lain yang menyebutkan tentang ancaman
Allah ta’ala terhadap para pemimpin yang menzalimi rakyatnya. Bentuk
ancamannya pun tidak ada yang ringan, hampir seluruhnya mengingatkan
akan besarnya dosa seorang pemimpin ketika dia berbuat zalim kepada
rakyatnya. Apalagi ketika ia rela berbohong di hadapan rakyat demi
mempertahankan jabatannya.
Kewajiban Menasehati Pemimpin dan Larangan Membenarkan Kezaliman Mereka
Jauh sebelum empat belas abad yang lalu, Rasulullah SAW telah
mengingatkan umatnya akan adanya para pemimpin yang berbuat zalim dan
berbohong di hadapan rakyat. Kita sebagai umatnya, tidak hanya
diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut, namun lebih
daripada itu, Rasulullah SAW juga mengingatkan untuk senantiasa
berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau
bersabda, “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, Imam kaum muslimin, dan
orang-orang kebanyakan.” (HR. Muslim)
Nasihat secara diam-diam merupakan pilihan awal dalam melawan
kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya cara untuk meluruskan
kesalahan penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak
diindahkan, maka Rasulullah SAW pun memberikan motivasi lain kepada
umatnya untuk merubah kemungkaran penguasa. Motivasi tersebut ialah
pahala jihad yang dijanjikan kepada umatnya yang menyampaikan kebenaran
di hadapan penguasa zalim.
Dari Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:رٍ
“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Lalu ketika usaha tersebut tidak dihiraukan lagi dan pemimpin
tersebut tetap pada prinsipnya yang menzalimi rakyat, maka Rasulullah
SAW mengingatkan umatnya untuk menjauhi pemimpin tersebut serta jangan
sampai mendekatinya, apalagi membenarkan tindakan zalim yang mereka
lakukan. Sebab, ketika seseorang tetap mendekati pemimpin zalim tersebut
dan membenarkan apa yang dilakukannya maka ia akan terancam keluar dari
lingkaran golongan umat Nabi SAW dan ia tidak akan mendatangi telaganya
nanti di hari kiamat.
Dari Ka’ab bin Ujroh radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar mendekati kami, lalu bersabda:
إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ
دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى
ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ
حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى
ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta.
Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan
mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku
dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Demikianlah beberapa bentuk ancaman yang disebutkan Nabi SAW
terhadap pemimpin zalim serta bagaimana seharusnya kita menyikapi
kezaliman tersebut. Kebenaran harus tetap dipegang, sedangkan kesalahan
harus senantiasa diluruskan. Nasihat tetap diutamakan namun amal ma’ruf nahi mungkar tidak boleh dilupakan. Wallahu ‘alam bis shawab!
0 comments:
Post a Comment