SERANG, (KB).- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota
Serang kesulitan menyelesaikan persoalan sampah di Teluk Banten,
Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Hal tersebut, karena minimnya sarana dan
prasarana (sapras) DLH untuk membersihkan sampah di wilayah perairan.
Sekretaris DLH Kota Serang Tendian mengatakan, dalam membersihkan
sampah di perairan dibutuhkan fasilitas pengangkut dan pengeruk sampah,
seperti kendaraan berat dan perahu. Namun, DLH Kota Serang tidak
memiliki fasilitas tersebut.
Meski demikian, jika sampah sudah terangkat ke daratan, hal tersebut
sudah menjadi kewajiban DLH untuk mengangkutnya ke Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (TPAS) Cilowong.
“Kalau sampah sudah ada didarat, itu tugas kami yang akan
mengambilnya, tapi kalau kami harus membersihkan Teluk Banten agak
sulit, terkendala sarana dan prasarana,” katanya kepada wartawan, Jumat
(19/7/2019).
Ia menjelaskan, pesisir merupakan kewenangan kementerian. Meski
begitu, DLH akan selalu siap jika ada pihak yang mengajak bekerja bakti
membersihkan sampah di Teluk Banten. “Tugas kami adalah mencari
sebanyak-banyaknya orang yang peduli terhadap lingkungan, cuma untuk
membersihkannya ini kami enggak punya sarana,” ujarnya.
Menurut dia, sampah di Teluk Banten sangat besar dan kemungkinan
melebihi volume sampah di TPAS Cilowong. Bahkan, tutur dia, sudah
membentuk daratan. Butuh sarana khusus berupa alat berat yang sudah
dimodifikasi untuk mengangkat sampah tersebut.
“Di Teluk Banten itu yang sudah jadi pulau itu sampah terbesar di
Kota Serang. Bahkan, kalau diangkat itu lebih besar dari Cilowong sampah
plastiknya,” ucapnya.
Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rekonvasi Bhumi Nana
Prayatna Rahadian menuturkan, persoalan sampah Teluk Banten tidak bisa
diselesaikan hanya di hilirnya saja. Tetapi, harus diselesaikan dari
hulu sampai hilir. Hal tersebut, karena sampah yang ada di Teluk Banten
merupakan kiriman sampah rumah tangga dari permukiman di hulunya.
“Pengelolaan sampah harus dimulai dari permukiman. Di sana sampah
harus kami reduksi habis, sehingga tidak ada lagi sampah ke hilir,”
katanya.
Selain sampah rumah tangga, ujar dia, ada juga industri-industri
nakal yang membuang sampahnya ke wilayah perairan. Ia mengatakan, dampak
dari banyaknya sampah yang dibuang ke kali dan berujung di laut lepas
akan dirasakan oleh nelayan. Sebab, sampah yang terbawa ke laut akan
merusak ekosistem terumbu karang yang menjadi lokasi persembunyian ikan.
“Lingkungan itu kan terkoneksi, kami buang misalkan di Sumur Pecung,
kemudian terbawa ke sini nyangkut di terumbu karang, yang rugi nelayan,”
ucapnya.
0 comments:
Post a Comment