SERANG-Musim
kemarau yang melanda Kota Serang semenjak awal bulan Juli 2019, menjadi
perhatian khusus Pemerintah Kota (Pemkot) Serang. Dikarenakan, musim
kemarau inipun diprediksi oleh BMKG Stasiun Meteorologi Kelas 1 Serang
mencapai bulan Desember.
Maka itu,
Walikota Serang, Syafrudin menjelaskan, telah mengintruksikan kepada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang dan Dinas
Pertanian (Distan) untuk memberikan bantuan kepada daerah yang mengalami
kekeringan. Tidak hanya itu, Syafrudin juga mengaku, kekeringan adalah
faktor alam dan tidak ada sangkut pautnya dengan proyek senilai Rp 8
Miliar yang berada di daerah Kasemen, lokasi kekeringan terjadi di Kota
Serang.
"Inikan
faktor alam, dan kita juga sudah mengintruksikan Distan Kota Serang
untuk membantu para petani yang mengalami kekeringan. Sedangkan untuk
BPBD juga, sebulan yang lalu, telah diberitahukan untuk memberikan
bantuan air kepada masyarakat Kota Serang yang kekurangan air bersih,"
ungkapnya kepada TOPmedia, saat ditemui di Pusat Pemerintah Kota
(Puspemkot) Serang, di Kota Serang Baru (KSB), Kamis (1/8/2019).
Lanjut
Syafrudin, Pemkot Serang juga telah berkoordinasi dengan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Banten untuk ikut serta membantu menormalisasikan
bantaran sungai yang ada di Kecamatan Kasemen. "Supaya air tetap lancar,
kita telah meminta bantuan Pemprov Banten untuk ikut serta dalam
menormalisasi bantaran sungai di Kota Serang," jelasnya.
Sementara
itu, Sekretaris Umum, DPP Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruly
Ardiansyah menyalahkan Pemkot Serang yang tidak siap siaga dalam
mengantisipasi kekeringan dan penanganannya pun terkesan terlambat.
"Seharusnya
kekeringan bisa diprediksi oleh Pemerintah, dan manajamennya dibuat
dengan baik. Jangan ini mah setelah ramai baru turun tangan," ujarnya.
Agus juga meminta, kepada Pemkot Serang bisa merawat sumber air. Khususnya untuk Pertanian, dan irigasinya dirawat dengan baik.
"Saya kira,
dalam mengatasi kekeringan untuk pertanian harus secara serius. Karena
petani dapat mengalami kerugian yang cukup besar. Maka itu bantuan biaya
hidup dan sifat darurat seperti, mesin pompa air harus diberikan kepada
petani. Dukungan harus benar-benar diperlihatkan," tegasnya.
Sisi
lainya, Kasi Data dan Informasi, BMKG Stasiun Meteorologi Kelas 1
Serang, Tarjono ikut angkat bicara. Ia memprediksi, puncak musim kemarau
di wilayah Banten, khususnya Kota Serang, terjadi pada bulan September
2019. Bahkan, kata dia, kekeringan pun dapat terjadi hingga bulan
Desember.
"Saat ini
BMKG pusat masih mengadakan rapat penentuan awal musim penghujan,
termasuk untuk wilayah Banten. Makanya masyarakat Banten maupun Kota
Serang, diimbau untuk lebih bijak dalam menggunakan air dan tetap jaga
stamina," tandasnya.
Sebelumnya
diberitakan, memasuki musim kemarau, berdasarkan data Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang, sejumlah lingkungan di
Kota Serang mengalami penurunan debit air hingga menyebabkan kekeringan
di dua Kelurahan wilayah Kota Serang, yaitu Kelurahan Bendung Kecamatan
Kasemen dan kelurahan Cilowong Kecamatan Taktakan.
Titiknya
sendiri terdapat 17 titik yang membutuhkan air bersih dari 16 RW di
Kelurahan Bendung dan satu RW di Kelurahan Cilowong. Tidak hanya itu,
menurut keterangan Dinas Pertanian (Distan) Kota Serang. Seluas 750
hektar sawah kekeringan di wilayah Kasemen dan Walantaka.
Bahkan
lokasi kekeringan tersebut, berdekatan dengan proyek drainase dan jalan
sepanjang 2 Kilometer (KM) milik Pemerintah Kota (Pemkot) Serang senilai
Rp 8 Miliar. Bahkan, Walikota Serang, Sayfrudin maupun Wakil Walikota
Serang, Subadri Usuludin sering melalui lokasi kekeringan tersebut,
setiap ingin berkunjung ke Kesultanan Banten
0 comments:
Post a Comment