
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia berkali-kali menemui pertanyaan seperti
ini, mengapa Allah Swt tidak mengabulkan doaku? Atau terkadang manusia
bertanya-tanya mengapa dirinya masih hidup dalam kemiskinan, padahal ia
telah berdoa agar mendapat rezeki dari Allah Swt.
Coba kita melihat ungkapan di atas
secara jujur. Apakah Allah Swt tidak mengabulkan doa orang yang sangat
membutuhkan? Bukankah Allah Swt telah berjanji akan mengijabahi
permintaan setiap orang yang memohon kepada-Nya? Lalu mengapa sebagian
doa tidak dikabulkan?
Pengaduan seperti ini biasanya lebih
sering datang dari mereka yang menggantungkan hatinya kepada Allah Swt
dan menyampaikan permohonan lewat lisannya. Karena ada beberapa faktor
berikut yang membuat mereka biasanya menyampaikan pengaduan sepert ini:
Pertama, mereka mengetahui bahwa Allah
memerintahkan manusia untuk berdoa, sekaligus berjanji akan
mengabulkannya. Sesuai dengan firman Allah Swt, "... Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..." (QS. Ghafir: 60)
Kedua, mereka juga mengetahui bahwa
Allah Swt jujur saat berjanji dan pasti melaksanakan janjinya. Karena
Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imran: 9)
Ketiga, mereka memahami satu kenyataan
dalam diri mereka bahwa hanya Allah Swt yang layak menjadi tempat
memohon. Karena mereka mengetahui bahwa Allah sebagai sumber segala
sesuatu dan kembalinya segala sesuatu kepada-Nya. Allah Swt Maha Pemurah
dan Pemberi yang tiada bandingannya. Itulah mengapa mereka hanya
merujuk kepada-Nya.
Bila mencermati kembali pengaduan
manusia ini, kita akan mendapati ungkapan sebagian doa mereka, dan bukan
seluruhnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka pada tiga penjelasan
sebelumnya. Tapi sayangnya manusia dengan semua indera dan kessadaran
yang dimiliki ternyata masih sering lalai akan banyak hal. Lewat
kelalaian dan kebodohan inilah mereka bertanya kepada dirinya atau orang
lain mengapa sebagian doanya tidak dikabulkan oleh Allah Swt.
Mereka harus tahu bahwa:
1. Ketika kita meyakini bahwa Allah Swt
Maha Kuasa dan kita memohon bantuan lewat kekuasaan-Nya, maka pada saat
yang sama kita harus meyakini juga bahwa Allah Swt Maha Bijaksana.
Kebijakan Allah Swt terkait dengan
segala urusan dan pemahaman manusia pada awalnya sulit memahami hal ini.
Seorang anak pada awalnya benci dengan adanya pekerjaan rumah. Ia lupa
bahwa bila kesulitan seperti ini tidak ada, ia tidak bisa lebih dari
yang ada saat ini. Anak kecil melihat pekerjaan rumah sebagai sesuatu
yang buruk dan memandang waktu kosong sebagai kebaikan. Padahal
kenyataannya tidak demikian.
Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 216 menyebutkan, "Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Dengan demikian, seharusnya kita
memperhatikan satu masalah ini juga. Karena sebagian dari doa yang tidak
diijabahi oleh Allah Swt pada dasarnya itu sudah merupakan ijabah doa
itu sendiri.
2. Doa juga bermakna meminta dan diminta.
3. Tidak baik bersikap tergesa-gesa.
Sebagian dari permohonan kita membutuhkan waktu dan sekalipun Allah Swt
telah mengijabahi doa itu, tapi dalam realisasinya membutuhkan waktu.
Ishaq bin Ammar mengatakan, "Saya
bertanya kepada Imam Shadiq as, ‘Mungkinkan doa seseorang diijabi, tapi
realisasinya terlambat dan dampak dari terkabulkannya doa itu muncul di
suatu waktu?' Imam Shadiq as menjawab, ‘Benar, boleh jadi doa itu
terealisasi satu hingga 20 tahun kemudian."
Dengan mencermati riwayat seperti ini
dapat dipahami bahwa ijabah atau terkabulkannya sebuah doa itu berbeda
dengan terealisasinya. Oleh karenanya, betapa banyak doa sudah
terijabahi, tapi realisasinya masih membutuhkan waktu.
0 comments:
Post a Comment