JAKARTA-Jaga Regenerasi Pembatik, PLN Hadirkan Inovasi Canting ListrikKecintaan terhadap batik saat
ini semakin tumbuh, khususnya di kalangan generasi muda. Kain batik,
kini tak hanya dikenal sebagai pakaian formal, tapi juga untuk
keseharian.
Sayangnya, di tengah perkembangan batik
yang begitu pesat, regenerasi pembatik justru mengalami perlambatan. Tak
sedikit daerah-daerah penghasil batik yang kekurangan pengrajin, karena
generasi muda mereka lebih melirik profesi lain.
Melihat hal tersebut, Perusahaan Listrik
Negara (PLN), membuat inovasi baru, dengan mengajak lebih banyak
generasi muda dapat tetap membatik dengan menggunakan kompor dan canting listrik yang efisiensinya bisa mencapai 63 persen.Dinamika dunia ini berubah sungguh cepat, sehungga harus ada
adaptasi. Tetapi, kita juga tidak ingin batik sekadar printing, karena
masih ada idealisme batik itu harus dibatik secara tradisional. Maka
dari itu, alternatifnya adalah membatik menggunakan dengan kompor
listrik yang sepaket dengan canting listriknya," kata Pelaksana Tugas
(Plt) Dirut PLN, Sripeni Inten Cahyani dalam siaran pers yang terima.
Terkait kelebihan dari kompor dan canting
elektrik ini, lanjut Sripeni, pengrajin atau pembatik tidak perlu lagi
untuk meniup cucuk canting sebelum menggoreskan motif. Alhasil, proses
dalam pembuatan pola lebih cepat selesai.
Artinya, dengan alat yang inovatif
tersebut, pengrajin tidak perlu lagi sibuk untuk mengecek tingkat
panasnya. Sehingga pengrajin bisa lebih fokus membuat batik.
"Kalau lebih fokus, harapannya proses pembatikan bisa lebih cepat, dan secara ekonomis lebih naik," harap dia.
Pada kesempatan ini, PLN juga bekerjasama
dengan Gallery Amandari Batik untuk menjelaskan lebih lanjut tentang
kiat membawa batik ke pasar global dalam acara bertajuk "The Story of
Batik: Legacy, Investment, and Diplomacy" yang akan diselenggarakan di
Gran Mahakam Hotel, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Pemilik Gallery Amandari Batik, Uti
Rahardjo, mengungkap jika dari segi investasi, batik memiliki nilai
cukup tinggi. Karena wastra Indonesia satu ini cukup unik, mirip seperti
sebuah lukisan yang hanya ada satu di dunia, sebagai collectible
investment.
"Sekarang semua orang sudah mencintai
batik, bahkan sudah banyak desainer luar memakai bahan batik sebagai
bahan dasar desain mereka. Di era digital seperti sekarang, pembatik
bisa lebih mudah untuk memasarkan batiknya ke luar negeri. Jadi
investasi di sini juga market-nya semakin luas," tutup Uti.
0 comments:
Post a Comment