![]() |
Presiden Iran Hassan Rouhani. alarabiya.net |
Presiden Iran, Hassan Rouhani pada Kamis menyampaikan pihaknya ingin
mencegah perang setelah Teheran dan Washington terlibat konfrontasi
militer awal Januari untuk kedua kali dalam kurun waktu kurang dari
setahun. Ketegangan Iran dan Amerika Serikat (AS) meningkat sejak
pembunuhan Panglima Pasukan Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassim
Sulaimani pada 3 Januari lalu.
Rouhani mengatakan dialog masih memungkinkan untuk dilakukan.
"Pemerintah berusaha setiap hari untuk mencegah konfrontasi militer
atau perang," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip
dari Times of Israel, Jumat (17/1).
Iran berada di ambang konflik baru setelah AS membunuh Sulaimani
dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad, mendorong Iran untuk
membalas dengan menyerang pangkalan pasukan AS di Irak.
Rouhani mengatakan serangan tersebut merupakan "kompensasi" atas
kematian Sulaimani, arsitek strategi militer Iran di Timur Tengah.
Serangan itu menyebabkan kerusakan material yang signifikan tetapi tidak ada korban, menurut militer AS.
Ketegangan antara kedua negara yang telah lama bermusuhan ini tampak
mereda setelah jatuhnya pesawat penumpang Ukraina yang tak sengaja
ditembak rudal Iran. Tragedi itu menewaskan 176 orang, sebagian besar
warga Iran dan Kanada.
Di Iran, warga berunjuk rasa menuntut pejabat pemerintah mengundurkan
diri setelah militer Iran mengakui menembak jatuh pesawat tersebut.
Pasukan keamanan pun dikerahkan di seluruh wilayah Teheran untuk
mengatasi para pengunjuk rasa.
Menurut jurnalis AFP, sekitar 50 anggota polisi hura hara dengan tongkat, motor dan peluncur gas air mata ditempatkan di simpang utama utara Teheran pada Kamis malam.
Terpusat di ibu kota, jumlah pengunjuk rasa lebih sedikit
dibandingkan unjuk rasa anti pemerintah pada November 2019, yang dipicu
kenaikan harga BBM. Pada Rabu, Rouhani menyerukan persatuan nasional.
0 comments:
Post a Comment