JAKARTA – Sejumlah kalangan mengapresiasi realisasi investasi
langsung periode Januari–Desember 2019 yang mencapai 809,6 triliun
rupiah atau lebih tinggi dibanding target yang ditetapkan 792 triliun
rupiah. Namun, investasi yang meningkat 12 persen dibandingkan periode
sama pada 2018 itu masih didominasi sektor jasa (tersier) sehingga
menunjukkan kualitas yang rendah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef),
Bhima Yudhistira, mengatakan kontribusi sektor jasa sebesar 57,5 persen
dari total investasi (lihat infografis) menunjukkan kualitas
yang rendah. Harapannya adalah investasi masuk ke Indonesia itu
seharusnya lebih banyak ke sektor industri pengolahan dan pertanian,
seperti diketahui dua sektor tersebut merupakan padat karya dan mampu
menyerap lebih banyak tenaga kerja.
“Kalau masuk lebih banyak ke jasa ini artinya kualitas investasi yang
diciptakan tak sebanding dengan serapan tenaga kerja,” ujar Bhima
saat dihubungi di Jakarta, Rabu (29/1).
Menurut Bhima, dengan banyaknya investasi yang masuk ke sektor jasa
dapat diartikan sifatnya lebih banyak ke sektor nonproduktif. “Kalau
banyak ke jasa sayang sekali, karena jasa hanya pendukung bukan sektor
utama motor ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Peneliti Centre of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter
Abdullah, mengatakan kenaikan investasi tidak selalu sejalan dengan
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang langsung berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. “Catatannya adalah, selama ini investasi kita
cenderung mahal, tetapi tidak efektif menciptakan kegiatan ekonomi.
Hal ini karena rasio Incremental Capital Output Ratio (ICOR) terlalu tinggi,” ujar Piter.
Seperti diketahui, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Bahlil Lahadalia, menyatakan realisasi investasi periode
Januari–Desember 2019 mencapai 809,6 triliun rupiah atau lebih tinggi
dibanding target yang ditetapkan 792 triliun rupiah, meningkat 12
persen dibandingkan periode yang sama pada 2018.
“Pencapaian realisasi investasi periode triwulan IV Oktober hingga
Desember 2019 sebesar 208,3 triliun rupiah, meningkat 12 persen
dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018,” kata Bahlil saat
konferensi pers Realisasi Penanaman Modal Triwulan IV di Jakarta, Rabu.
Bahlil mengatakan peningkatan realisasi investasi di 2019
memperteguh komitmen BKPM untuk terus mengawal dan mengeksekusi
investasi yang ada. Hal tersebut sesuai dengan amanat Presiden Jokowi.
“Ini janji saya, jumlah realisasi investasi di 2019 akan mencapai
target. Kami terus fokus pada investasi berkualitas dan investasi yang
menggandeng UMKM agar menciptakan multiplier effects bagi masyarakat sekitar,” katanya.
Realisasi investasi periode triwulan IV 2019 juga berhasil menyerap
tenaga kerja Indonesia sebanyak 330.539 orang, sehingga total penyerapan
tenaga kerja di Tanah Air sepanjang 2019 sebanyak 1.033.835 jiwa.
Selama periode triwulan IV 2019, realisasi investasi Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) mencapai 103 triliun rupiah atau meningkat 18,5
persen dan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai
105,3 triliun rupiah atau meningkat 6,4 persen dibandingkan dengan
periode yang sama pada 2018.
Kepercayaan Asing
Dihubungi terpisah, ekonom senior, Ferry Latuhihin, berpandangan ada
yang menggembirakan yakni besarnya Foreign Direct Investment sebesar
52,3 persen dari total investasi sepanjang 2019. Artinya, ada
kepercayaan besar dari investasi asing pada iklim investasi di
Indonesia. Namun, melihat sektor investasinya yang masih didominasi
jasa sebesar 57,5 persen maka sebenarnya masih banyak pekerjaan rumah
terkait investasi manufaktur di dalam negeri.
“Memang serapan lapangan kerja sudah satu juta lebih dari 800 triliun rupiah yang masuk, sudah lumayan. Tapi kalau jasa kan rantai nilainya pendek. Baik, tapi belum mendasar untuk menyelesaikan masalah kita,” kata Ferry.
Ferry menyinggung rencana Amazon yang akan masuk harus menjadi ujian
bagi BKPM untuk mengawal secara personal. “Banyak kasus insentif kita
terlalu umum, saya ingin melihat Bahlil memiliki tim yang kuat untuk
jadi guide, mendampingi secara personal investor kakap dari luar negeri di bidang manufaktur,” kata Ferry
0 comments:
Post a Comment