CILEGON -TBM Berbinar yang berada di Metro Cilegon, Cluster Grand Cendana,
kembali mengadakan kegiatan rutin untuk masyarakat terutama anak-anak,
dengan agenda ‘Membaca Nyaring’ dan ‘Membuat Kreasi Kuda’ bersama Kak
Iqtifa, seorang praktisi pendidikan yang fokus pada sastra anak dan Kak
Urfa, seorang praktisi desain cerita anak.
Dalam acara tersebut, selain anak-anak, para ibu juga terlihat
antusias menyimak cerita dan semangat membuat kreasi kuda sesuai dengan
tokoh dalam cerita yang disampaikan.
“Acara diadakan kemarin. Selain membaca dan membuat kreasi,
masyarakat juga dapat meminjam buku di TBM. Tak kalah dengan anak-anak,
para ibupun ikut meminjam buku dari TBM. Mereka tetap menyempatkan
membaca buku disela-sela kegiatannya sehari-hari yang padat,” ungkap Dwi
Widyaningrum selaku pengelola TBM Berbinar Cilegon, Senin (3/2/20).
Kepada Bantensatu.co dirinya menyampaikan, pihaknya berencana untuk
membentuk kelompok membaca dan menulis cerita untuk anak-anak, yang
diharapkan suatu saat mampu melahirkan karya dari anak yang mengikuti
kegiatan di TBM Berbinar Cilegon.
“Semoga saja kegiatan ini dapat berkesinambungan dan variatif.
Disamping itu besar harapan kami atas dukungan dan partisipasi dari
masyarakat dan para relawan yang bersedia terlibat langsung dalam
kegiatan literasi di TBM ini,” jelasnya.
Dirinya juga menyampaikan mengenai perbedaan antara membaca nyaring dan mendongeng.
“Mendongeng dan membaca nyaring adalah aktivitas yang sangat
disarankan para ahli untuk orang tua dengan anak-anak. Mendongeng
biasanya tidak menggunakan buku, terkadang dengan alat peraga lain
semisal boneka atau bahkanntanpa alat peraga. Sedangkan membaca nyaring
itu memakai buku. Pembaca akan menampilkan buku yg dibaca kepada
anak-anak,” paparnya.
Menurutnya, anak mendapatkan dua pengetahuan ketika orang tua membacakan cerita padanya, berupa huruf dan bunyi.
“Bercerita pada anak adalah cara mengembangkan kemampuan otaknya yang
sedang berkembang, yakni lewat rangsangan berupa kata-kata. Proses ini
juga dapat membangun ketertarikan anak pada buku. Ketika melihat dia dan
orang tua bisa bersenang-senang dengan buku, anak lama-kelamaan akan
gemar membaca setelah memahami banyak kosa kata,” ujarnya.
Sehingga dirinya menyimpulkan, membaca nyaring adalah kegiatan
membaca dengan menyuarakan tulisan dengan suara yang cukup terdengar,
yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat (penekanan, alunan,
karakter suara) agar pendengar dan pembaca dapat menangkap dan memahami
informasi atau cerita yang disampaikan oleh penulis dalam buku yang
dibacakan.
Ia juga menyarankan, bahwa dalam membaca nyaring, diupayakan agar
orang tua atau yang membacakan dapat menyampaikan cerita dengan ekapresi
dan intonasi suara yang bervariasi agar tidak terasa membosankan oleh
pendengar.
“Sebagai contoh adalah ekspresi sedih atau senang yang juga
ditampakan oleh pembaca nyaring. Atau penggunaan suara yang berbeda-beda
sesuai dengan tokoh ataubkarakter yang ada dalam suatu cerita,”
tutupnya.
0 comments:
Post a Comment