Beberapa pekan ini, hampir setiap sore, Banten dan sekitarnya diguyur oleh hujan. Kadang bisa dalam bentuk
gerimis yang romantis, di lain waktu hujan turun seperti air yang
dicurahkan dari langit. Hujan dan air selalu menyibakkan misteri dan
inspirasi. Anda pasti mengenal bau tanah basah setelah hujan. Bagi saya,
bau tanah basah setelah hujan adalah bau yang sangat eksotis. Dengan
catatan, bukan tanah yang berada di dekat selokan kotor ya. Biasanya,
tanah basah berpadu dengan rerumputan akan menciptakan sensasi bau yang
benar-benar membangkitkan imajinasi.
Seperti hujan sore
ini, dari pinggir jalan saya memerhatikan aliran air yang memenuhi
selokan. Kemudian ia mengalir entah ke mana. Setelah hujan agak reda,
air pun mengalir dari daun dan jatuh kembali ke tanah. Sepertinya karena
terlalu memerhatikan perilaku air, menurut saya ada tiga filosofi air
yang amat mulia dan analog dengan perilaku manusia. Mau tahu
filosofinya:
Pertama, air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Kalau
saya tidak salah ingat, dahulu saya mendapatkan pelajaran mengenai
sifat-sifat air ketika duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Salah satu
sifat tersebut adalah perilaku air yang selalu mengalir dari tempat
tinggi ke tempat rendah.
Kecuali di zaman modern ketika mesin pompa
sudah ditemukan, pada zaman dahulu tentu amat susah untuk menaikkan air
dari tanah ke permukaan yang lebih tinggi.
Saya
yakin, Tuhan menciptakan air agar manusia bisa mengambil pelajaran
darinya. Menurut saya, sifat air yang selalu mengalir ke tempat rendah
analog dengan sikap rendah hati pada manusia. Air selalu ingin berguna
bagi makhluk hidup yang ada di bawahnya. Ibarat pemimpin, air adalah
pemimpin yang melayani. Jika ia berada di posisi teratas, maka ia akan
menjadi pelayan bagi orang-orang yang membutuhkan di bawahnya. Apalagi
air identik dengan sumber kehidupan. Maka tidak salah jika sifat pertama
ini saya analogikan dengan pemimpin yang melayani. Pemimpin yang
melayani adalah sumber kesejahteraan bagi masyarakat yang ia pimpin.
Kedua, air selalu mengisi ruang-ruang yang kosong.
Cobalah Anda buat sebuah kotak kedap air yang bersekat tapi memiliki
celah. Kemudian isi kotak tersebut dengan air. Air pasti akan berusaha
memenuhi kotak tersebut dengan wujudnya. Perlahan tapi pasti, melalui
celah antar sekat, air akan mengisi kotak tersebut hingga penuh.
Manusia yang baik adalah manusia yang berusaha mengisi kekosongan hati
dari manusia lainnya. Dengan meniru sifat air, kita seharusnya bisa
menjadi penolong bagi manusia lainnya yang sedang bermasalah atau
kekurangan. Tentu, jika sifat air yang kedua ini benar-benar kita
teladani, kita selalu memiliki waktu untuk melengkapi kehidupan manusia
lainnya. Artinya, kita menjadi manusia yang senang menolong dan suka
berbagi. Karena sebenarnya, batin kita terisi setelah memenuhi
kekurangan dari saudara kita.
Ketiga, air selalu mengalir ke muara.
Tak peduli seberapa jauh jaraknya dari muara, air pasti akan tiba di
sana. Sebenarnya saya tidak setuju dengan orang yang menggunakan pepatah
“hiduplah mengalir seperti air” untuk menguatkan gaya hidup
yang tidak punya arah dan serampangan. Justru sebenarnya dengan kita
meniru air yang mengalir, kita seharusnya punya visi kehidupan.
Hal
utama yang patut diteladani dari perjalanan air menuju muara adalah
sikapnya yang konsisten. Bayangkan, ada berapa banyak hambatan yang
dilalui oleh air gunung untuk mencapai muara? Mungkin ia akan singgah di
sungai, tertahan karena batu, kemudian bisa saja masuk ke selokan. Tapi
toh akhirnya ia tetap mengalir dan tiba di muaranya. Waktu tempuh air
untuk sampai ke muara sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa hari,
tapi ada juga yang beberapa minggu. Patut diingat, hal terpenting
bukanlah waktu tempuh yang akan dilalui, tapi seberapa besar keyakinan
untuk menuju muara atau visi atau impian yang akan kita gapai.
Oke,
itulah tiga filosofi air yang bisa saya umpamakan dengan perjalanan
kehidupan manusia. Jika Anda memiliki filosofi lain terkait dengan air,
silakan ditambahkan ya.
Selamat meneladani sifat air
Ketiga, air selalu mengalir ke muara.
Tak peduli seberapa jauh jaraknya dari muara, air pasti akan tiba di
sana. Sebenarnya saya tidak setuju dengan orang yang menggunakan pepatah
“hiduplah mengalir seperti air” untuk menguatkan gaya hidup
yang tidak punya arah dan serampangan. Justru sebenarnya dengan kita
meniru air yang mengalir, kita seharusnya punya visi kehidupan. Hal
utama yang patut diteladani dari perjalanan air menuju muara adalah
sikapnya yang konsisten. Bayangkan, ada berapa banyak hambatan yang
dilalui oleh air gunung untuk mencapai muara? Mungkin ia akan singgah di
sungai, tertahan karena batu, kemudian bisa saja masuk ke selokan. Tapi
toh akhirnya ia tetap mengalir dan tiba di muaranya. Waktu tempuh air
untuk sampai ke muara sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa hari,
tapi ada juga yang beberapa minggu. Patut diingat, hal terpenting
bukanlah waktu tempuh yang akan dilalui, tapi seberapa besar keyakinan
untuk menuju muara atau visi atau impian yang akan kita gapai.
Oke,
itulah tiga filosofi air yang bisa saya umpamakan dengan perjalanan
kehidupan manusia. Jika Anda memiliki filosofi lain terkait dengan air,
silakan ditambahkan ya.
Selamat meneladani sifat air
Ketiga, air selalu mengalir ke muara.
Tak peduli seberapa jauh jaraknya dari muara, air pasti akan tiba di
sana. Sebenarnya saya tidak setuju dengan orang yang menggunakan pepatah
“hiduplah mengalir seperti air” untuk menguatkan gaya hidup
yang tidak punya arah dan serampangan. Justru sebenarnya dengan kita
meniru air yang mengalir, kita seharusnya punya visi kehidupan. Hal
utama yang patut diteladani dari perjalanan air menuju muara adalah
sikapnya yang konsisten.
Bayangkan, ada berapa banyak hambatan yang
dilalui oleh air gunung untuk mencapai muara? Mungkin ia akan singgah di
sungai, tertahan karena batu, kemudian bisa saja masuk ke selokan. Tapi
toh akhirnya ia tetap mengalir dan tiba di muaranya. Waktu tempuh air
untuk sampai ke muara sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa hari,
tapi ada juga yang beberapa minggu. Patut diingat, hal terpenting
bukanlah waktu tempuh yang akan dilalui, tapi seberapa besar keyakinan
untuk menuju muara atau visi atau impian yang akan kita gapai.
Oke,
itulah tiga filosofi air yang bisa saya umpamakan dengan perjalanan
kehidupan manusia. Jika Anda memiliki filosofi lain terkait dengan air,
silakan ditambahkan ya.
Selamat meneladani sifat air
0 comments:
Post a Comment