CILEGON, (KB).- Perang slogan antar kandidat
ramaikan kontestasi jelang Pilkada Cilegon 2020. Selain masif memasang
gambar atau foto diri, kandidat juga memunculkan “tagline” atau
slogannya masing-masing yang semakin menghangatkan kontestasi pimpinan
daerah lima tahunan tersebut.
Berdasarkan pantauan, petahana Ratu Ati Marliati memasang tagline
“Sukses Cilegon Tak Boleh Henti”. Sementara, kandidat lainnya dari jalur
partai politik (parpol) seperti Iye Rohiman mengusung tagline “Lepaskan
Masa lalu Menuju Cilegon Maju Tagline”. Sedangkan Helldy Agustian
mengusung tagline “Pemimpin Baru”, dan Reno Yanuar dengan tagline
“Cilegon Unggul dan Sejahtera”.
Tak kalah dari kandidat dari jalur parpol, kandidat jalur independen
bahkan lebih berani dan unik. Salah satunya adalah pasangan Ali
Mujahidin dan Lian Firman, yang mengusung tagline “Dinasti dan Korupsi
Harus Terhenti”. Sementara, Pasangan Lukman Harun-Nasir mengusung
tagline ”Cilegon Adem”, dan Johny Mader dan Hawasi dengan tagline
“Cilegon Keren”.
Bakal calon Wali Kota Cilegon, Ati Marliati mengatakan, banyak
kemajuan yang sudah diraih di berbagai sektor pembangunan. Mulai dari
sektor pembangunan fisik maupun nonfisik. Semua itu, kata dia, tidak
mungkin dihentikan atas nama klaim sebuah perubahan.
Gerak pembangunan yang dilakukan hari ini, menurut dia, adalah
kelanjutan dari gerak masa lalu dan gerak yang akan ditempuh pada masa
mendatang, dengan berpijak dari gerakan hari ini.
“Yang bisa dilakukan adalah rangkaian gerak penyempurnaan dari waktu
ke waktu. Sebab, membangun sebuah kota dan masyarakat, tidak mungkin
berangkat dari nol dengan cara membuang capaian masa lalu dan capaian
hari ini. Kalaupun ada, itu tidak lebih dari retorika yang kosong
belaka. Itu sebabnya saya menetapkan sebuah kredo, tagline Sukses
Cilegon Tak Boleh Henti,” ujar Ati.
Dari kubu Iye Rohiman, tim sukses Agus Fauzi mengatakan, tagline
tersebut dimaksudkan agar masyarakat Cilegon tidak mundur ke belakang,
tetapi maju untuk bersama-sama membangun Kota Cilegon maju.
“Saya kira tagline dari Pak Iye sangat bagus. Artinya begini, dalam
sejarah biasanya ada yang manis dan pahit. Kemudian masa lalu itu adalah
sebuah kenangan yang tidak terlupakan. Namun, kami meminta agar jangan
ingat dengan masa lalu. Kalau manisnya masa lalu boleh dikit, akan
tetapi songsong masa depan untuk maju bersama Pak Iye,” ucap Agus.
Helldy Agustian yang juga Ketua DPW Berkarya Banten dengan tagline
Pemimpin Baru yang diusungnya itu menegaskan, perubahan harus dilakukan
dari atas.
“Kalau jadi pemimpin baru, biasanya ada sesuatu yang baru. Bukan
berarti saat ini kurang baik, akan tetapi bagaimana seorang pemimpin
menciptakan inovasi, program yang baru. Sehingga program yang dimiliki
oleh kepala daerah baru dapat dirasakan oleh masyarakat,” tutur Helldy.
Sedangkan tagline Reno Yanuar Cilegon Unggul dan Sejahtera, menurut
timsesnya Tb. Amri Wardhana, tagline tersebut mempunyai makna yang luas.
Dari kata unggul, jelas dia, SDM Cilegon bisa memiliki potensi yang
bisa menyejahterakan.
“Saya kira makna tagline Unggul dan Sejahtera ini luas, karena
dimanapun ketika berbicara SDM yang berkualitas dan unggul, sudah pasti
masyarakatnya akan sejahtera. Dua kata tersebut saling bersambungan. Dan
ini adalah buah pemikiran dari Pak RY sebagai bakal calon Wali Kota
Cilegon,” kata Amri.
Dari kandidat jalur perseorangan pasangan Lukman Harun-Nasir mengusung tagline Cilegon Adem.
“Adem itu berarti sejuk, teduh.Walau banyak sekali menyoroti Kota
Cilegon terbanyak dalam pengangguran setelah Kabupaten Serang,
bagaimanapun Kota Cilegon harus adem,” ujar Lukman Harun yang juga
pemilik Ponpes Al Furqon tersebut, Ahad ( 8/3/2020).
Pasangan perseorangan lainnya Johny Mader mengatakan, tagline Cilegon
Keren berarti Cilegon adalah Kota yang berkembang pesat dan mempunyai
segala macam potensi yang harus bisa digali dan dimanfaatkan
seluas-luasnya oleh masyarakat. Kalau perubahan, kata dia, karena sudah
banyak yang mengambil dan basi.
“Kita berbicara masalah ekonomi, siapa yang mendapatnya. Karena kalau
dihitung ekonomi secara perkapita, Cilegon masih rendah. Dan itu akan
kami usahakan. Berusaha dan berkeadilan merupakan salah satu program
kami untuk Cilegon Keren,” ucapnya.
Sementara itu, pasangan dari jalur perseorangan lainnya Ali
Mujahidin-Firman Mutakin (Lian Firman) yang mengusung tagline Dinasti
dan Korupsi Harus Terhenti, menurut Ali Mujahidin, tagline tersebut
adalah kalimat sederhana yang normatif, tidak melanggar aturan dan
undang-undang.
Dia juga menampik tagline yang diusungnya mengandung unsur
provokatif. Oleh karena itu, pihaknya tetap akan tegas dan lugas
mengusung tagline “Dinasti dan Korupsi Harus Terhenti dan Kota Cilegon”
ke depan harus berubah lebih baik.
“Tagline itu biasa-biasa saja, jadi tidak perlu ada yang tersinggung
jika tidak merasa. Dinasti itu identik dengan nepotisme, dan nepotisme
adalah salah satu hal yang dilarang oleh negara, musuh negara, dan di
atur oleh undang-undang. Karena biasanya nepotisme itu mendekati
perbuatan kolusi dan korupsi. Sedangkan korupsi itu juga biasanya saling
terkait dengan nepotisme yang esensinya adalah musuh negara dan musuh
masyarakat,” tuturnya.
Menarik perhatian
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Litbang Lembaga Kajian Publik
Cilegon (LKPC) Juju Juhana mengatakan, tagline dibuat oleh kandidat
untuk menarik perhatian simpatik masyarakat yang akan memilihnya.
Tagline tersebut, kata dia, merupakan salah satu jualan untuk menarik
massa dan hal itu dianggap wajar.
“Selain menawarkan program visi dan misi, saya kira tagline ini
adalah sesuatu yang menarik untuk dicermati. Sehingga pemilih bisa
menyalurkan pilihannya kepada siapa sesuai dengan tagline yang ia suka,”
kata Juju.
Menurut dia, salah satu hal yang harus diperhatikan dengan tagline,
kata dia, harus bisa merepresentasikan kelanjutannya. Misalnya, dengan
edaran berupa pamflet yang memuat penjabaran dari tagline tersebut.
Namun, ujar dia, tagline tersebut hanya dipahami oleh pemilih kalangan
milenial atau atas yang benar-benar paham.
“Walaupun ada prosentasi pemilih yang tradisional dengan jumlah
kecil, timses atau penyelenggara pemilu harus bisa mengawasi. Karena
pemilih tersebut bisa bersifat transaksional, bahkan sudah bukan rahasia
umum lagi, kalau ada pemilih yang bilang wani piro. Jadi saya kira
tagline itu adalah wajar dan harus ada lanjutan penjabarannya,” ujarnya.
0 comments:
Post a Comment