![]() |
Para perempuan bisa menyuarakan isu kesetaraan gender salah satunya dengan menjadi jurnalis yang menulis seputar hak-hak perempuan. |
Perempuan dan media bukanlah dua kata dalam mesin pencari yang
mengisyaratkan hal positif. Pelekatan berbagai stereotip yang dibentuk
seperti irasional, mudah marah, mudah terbawa perasaan, dan direduksi
dengan ‘cantik’ atau tidaknya berseliweran pada individu perempuan atau
perempuan secara umum.
Dilansir oleh Divisi Perempuan Aliansi Jurnalis Indonesia (2012) menunjukkan dari 10 jurnalis hanya ada dua sampai tiga jurnalis perempuan. Ini artinya keterlibatan perempuan di media masih sangatlah minim sehingga peran kaum hawa menjadi tak berimbang.
Menyikapi hal ini, pelibatan perempuan dalam media menjadi salah satu cara untuk mengatasi diskriminasi gender. “Kegiatan ini dilaksanakan agar mahasiswi-mahasiswi yang tertarik berkecimpung di dunia media, berkesempatan mendapatkan ilmu dan juga akses ke media,” ucap Hanna Farhana Fauzie, alumni program Global Sports Mentoring Program (GSMP) 2015 yang juga Project Leader Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologie Pelaksanaan program ini didukung oleh American Corner Universitas Tanjungpura dan juga dibuka secara langsung oleh Deputi Atase Pers Amerika Serikat, Sita Raiter.
“Kami percaya bahwa keterbukaan informasi adalah kunci berkembangnya demokrasi di negara heterogen seperti Amerika Serikat maupun Indonesia. Maka pers menjadi salah satu ruang untuk mengawal demokrasi itu,” tuturnya.
Program ini merupakan kali kedua penyelenggaraan Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologies. Penyelenggaraan pertama berlangsung di Jakarta, dan yang ketiga bakal digelar di Balikpapan, April mendatang.
Di Pontianak, workshops ini dihelat di American Corner, Universitas Tanjungpura pada 24-26 Februari 2020 dengan partisipan dari berbaga universitas di Pontianak, Kalimantan Barat.Salah satu peserta, Afifah Nurjanah (19) mengaku antusias mengikuti program ini dan menyatakan cara pandangnya semakin meluas melalui sesi menyoal relasi media dan public relation.
“Sesi ini membuat aku belajar bahwa public relation bukan cuma soal branding tapi juga komunikasi dan jaringan. Aku merasa tertarik untuk mempelajari ini lebih lanjut,” ungkap peserta asal IAIN Pontianak tersebut.
Pada workshops ini diberikan pelatihan berbagai bidang jurnalistik, termasuk fotografi dan video di Pasar Tengah. Pada sesi ini para peserta workshop ditugaskan mencari objek di tengah hiruk pikuk aktivitas berjual beli maupun bongkar muat di sekitar pelabuhan Seng Hie, yang dekat dengan pasar.
“Aku sangat senang bisa terjun langsung untuk memotret dan berkunjung ke tempat di Pontianak yang mungkin dalam sehari-hari tidak bisa aku lakukan karena kuliah. Aku juga senang bisa berinteraksi dengan orang di pasar karena banyak sekali cerita yang unik dan inspiratif. Dari kegiatan ini aku semakin passionate dengan fotografi dan tidak sabar untuk membagikan hasil foto dan caption-ku,” jelas Rachma Putri, mahasiswi FISIP Universitas Tanjungpura.
GenSINDO
Feliani
Universitas Tanjungpura
Dilansir oleh Divisi Perempuan Aliansi Jurnalis Indonesia (2012) menunjukkan dari 10 jurnalis hanya ada dua sampai tiga jurnalis perempuan. Ini artinya keterlibatan perempuan di media masih sangatlah minim sehingga peran kaum hawa menjadi tak berimbang.
Menyikapi hal ini, pelibatan perempuan dalam media menjadi salah satu cara untuk mengatasi diskriminasi gender. “Kegiatan ini dilaksanakan agar mahasiswi-mahasiswi yang tertarik berkecimpung di dunia media, berkesempatan mendapatkan ilmu dan juga akses ke media,” ucap Hanna Farhana Fauzie, alumni program Global Sports Mentoring Program (GSMP) 2015 yang juga Project Leader Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologie Pelaksanaan program ini didukung oleh American Corner Universitas Tanjungpura dan juga dibuka secara langsung oleh Deputi Atase Pers Amerika Serikat, Sita Raiter.
“Kami percaya bahwa keterbukaan informasi adalah kunci berkembangnya demokrasi di negara heterogen seperti Amerika Serikat maupun Indonesia. Maka pers menjadi salah satu ruang untuk mengawal demokrasi itu,” tuturnya.
Program ini merupakan kali kedua penyelenggaraan Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologies. Penyelenggaraan pertama berlangsung di Jakarta, dan yang ketiga bakal digelar di Balikpapan, April mendatang.
Di Pontianak, workshops ini dihelat di American Corner, Universitas Tanjungpura pada 24-26 Februari 2020 dengan partisipan dari berbaga universitas di Pontianak, Kalimantan Barat.Salah satu peserta, Afifah Nurjanah (19) mengaku antusias mengikuti program ini dan menyatakan cara pandangnya semakin meluas melalui sesi menyoal relasi media dan public relation.
“Sesi ini membuat aku belajar bahwa public relation bukan cuma soal branding tapi juga komunikasi dan jaringan. Aku merasa tertarik untuk mempelajari ini lebih lanjut,” ungkap peserta asal IAIN Pontianak tersebut.
Pada workshops ini diberikan pelatihan berbagai bidang jurnalistik, termasuk fotografi dan video di Pasar Tengah. Pada sesi ini para peserta workshop ditugaskan mencari objek di tengah hiruk pikuk aktivitas berjual beli maupun bongkar muat di sekitar pelabuhan Seng Hie, yang dekat dengan pasar.
“Aku sangat senang bisa terjun langsung untuk memotret dan berkunjung ke tempat di Pontianak yang mungkin dalam sehari-hari tidak bisa aku lakukan karena kuliah. Aku juga senang bisa berinteraksi dengan orang di pasar karena banyak sekali cerita yang unik dan inspiratif. Dari kegiatan ini aku semakin passionate dengan fotografi dan tidak sabar untuk membagikan hasil foto dan caption-ku,” jelas Rachma Putri, mahasiswi FISIP Universitas Tanjungpura.
GenSINDO
Feliani
Universitas Tanjungpura
0 comments:
Post a Comment