Chief
Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean memperkirakan tekanan ekonomi
yang terjadi akibat terpaan pandemi covid-19 akan selesai pada
pertengahan tahun depan atau di semester I-2021. Adapun dampak buruk
virus mematikan itu diyakini akan tuntas secara komprehensif jika ada
solusi tepat dari pihak-pihak terkait di dunia.
Dilansir dari Medcom.id
Adrian memandang krisis yang terjadi di 2020 akibat kombinasi dari
berbagai macam dimensi. Pertama, dimensi pandemi covid-19. Kedua,
dimensi efek virus korona terhadap sosial dan politik. Ketiga, dimensi
aktivitas perekonomian yang terpengaruh oleh penyebaran virus covid-19.
Kondisi itu, lanjutnya, berbeda dibandingkan dengan krisis pada 1998 dan
2008.
"Karena
masalah ini berentet dan sulit maka masalah ini akan selesai, dengan
mengacu vaksin akan ditemukan 12-18 bulan ke depan, mestinya krisis
(ekonomi) yang terjadi di awal 2020 ini kemungkinan selesai pada
pertengahan atau semester I-2020. Long way to go," kata Adrian, dalam sebuah webinar, di Jakarta, Minggu, 26 April 2020.
Dengan
kondisi itu, Adrian meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
mencapai 1,8 persen di sepanjang 2020. Ia mengaku prediksi itu masih
lebih baik dibandingkan dengan konsensus lembaga internasional lainnya
yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah
angka1,8 persen pada tahun ini.
"Saya memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 1,8 persen di 2020 dengan inflasi 2,7 persen. Ini forecast moderat optimistis. Sebab, ada yang bilang pertumbuhan ekonomi Indonesia itu nol persen. IMF saja bilang 0,5 persen. Kita hitung secara konsensus katakan 1,75 persen. Saya 1,8 persen," kata Adrian.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sepakat untuk mempererat kerja sama dengan blok keuangan regional untuk menangkal dampak covid-19 terhadap ekonomi global.
Kesimpulan itu menjadi salah satu hasil pertemuan virtual Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dengan sejumlah pimpinan blok keuangan global, seperti Arab Monetary Fund, ASEAN+3, dan G-20.
"IMF dan Lembaga Finansial Regional sepakat bersatu untuk menghadapi tantangan global saat ini berkaitan dengan pandemi covid-19 dan memberikan simpati kami terhadap semua yang terkena efeknya," kata Georgieva.
Georgieva memastikan IMF dan mitranya memantau secara ketat situasi akibat pandemi covid-19 agar bisa menghasilkan kebijakan yang tepat menghadapi situasi yang menimbulkan ketidakpastian saat ini.
Kebijakan yang diambil. lanjutnya, merupakan bagian dari dukungan dan mitigasi secara ekonomi dan finansial terhadap negara yang terdampak pandemi covid-19, terutama untuk negara-negara yang rentan.
Sejauh ini, IMF telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menangkal dampak lebih dalam akibat pandemi covid-19. Salah satunya ialah pemberian keringanan cicilan utang bagi 25 negara berpendatan rendah dalam skema Catastrophe Containment and Relief Fund (CCRT).
Kebijakan sementara itu, jelas Georgieva, memungkinkan negara-negara penerima untuk menyiapkan jaring pengaman finansial dan likuiditas dalam kerangka kebijakan ekonomi menghadapi covid-19.
"Anggota IMF juga telah menegaskan komitmennya untuk secara total menyediakan USD1,7 miliar sebagai respons pendanaan bagi negara yang membutuhkan pinjaman. IMF dan Bank dunia juga mendukung G20 dan Paris Club dalam meringankan kredit bagi negara miskin secara bilateral," pungkasnya
"Saya memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 1,8 persen di 2020 dengan inflasi 2,7 persen. Ini forecast moderat optimistis. Sebab, ada yang bilang pertumbuhan ekonomi Indonesia itu nol persen. IMF saja bilang 0,5 persen. Kita hitung secara konsensus katakan 1,75 persen. Saya 1,8 persen," kata Adrian.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sepakat untuk mempererat kerja sama dengan blok keuangan regional untuk menangkal dampak covid-19 terhadap ekonomi global.
Kesimpulan itu menjadi salah satu hasil pertemuan virtual Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dengan sejumlah pimpinan blok keuangan global, seperti Arab Monetary Fund, ASEAN+3, dan G-20.
"IMF dan Lembaga Finansial Regional sepakat bersatu untuk menghadapi tantangan global saat ini berkaitan dengan pandemi covid-19 dan memberikan simpati kami terhadap semua yang terkena efeknya," kata Georgieva.
Georgieva memastikan IMF dan mitranya memantau secara ketat situasi akibat pandemi covid-19 agar bisa menghasilkan kebijakan yang tepat menghadapi situasi yang menimbulkan ketidakpastian saat ini.
Kebijakan yang diambil. lanjutnya, merupakan bagian dari dukungan dan mitigasi secara ekonomi dan finansial terhadap negara yang terdampak pandemi covid-19, terutama untuk negara-negara yang rentan.
Sejauh ini, IMF telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menangkal dampak lebih dalam akibat pandemi covid-19. Salah satunya ialah pemberian keringanan cicilan utang bagi 25 negara berpendatan rendah dalam skema Catastrophe Containment and Relief Fund (CCRT).
Kebijakan sementara itu, jelas Georgieva, memungkinkan negara-negara penerima untuk menyiapkan jaring pengaman finansial dan likuiditas dalam kerangka kebijakan ekonomi menghadapi covid-19.
"Anggota IMF juga telah menegaskan komitmennya untuk secara total menyediakan USD1,7 miliar sebagai respons pendanaan bagi negara yang membutuhkan pinjaman. IMF dan Bank dunia juga mendukung G20 dan Paris Club dalam meringankan kredit bagi negara miskin secara bilateral," pungkasnya
0 comments:
Post a Comment